Derren memarkirkan motornya di pekarangan rumah Sifa, ia menyugar rambutnya lalu turun dengan tangannya yang menenteng kresek berukuran besar. Itu adalah cemilan yang Derren beli dari supermarket.
Tadi saat Derren hendak ke rumah Sifa, ia melihat tanggal, dan hari ini adalah tanggalnya Sifa datang bulan, pasti moodnya akan buruk atau cenderung marah-marah. Derren sudah sering menjadi korban amukan singa betina setiap bulannya, ia sudah kebal. Jadi ia berjaga-jaga untuk sekarang ini.
Tapi terkadang jika datang bulan mood Sifa tak selalu marah-marah, kadang juga semakin manja, dan apapun itu, entah marah atau manja, Derren tetap menyukainya.
"Sayang," panggil Derren setelah mengetuk pintu rumah Sifa.
Tak ada jawaban dari dalam membuat Derren mengernyit, apakah rumah ini sepi? Tapi lampunya menyala semua. dan lagi kemana Sifa?
Derren melihat jam tangannya, jam setengah delapan, kalau pun bekerja Sifa akan berangkat jam delapan malam.
Derren mengetuk pintu rumah Sifa lagi "Sayang, buka pintunya, aku dateng!!" Panggil Derren.
Sepi, seperti tak ada orang. Apa Sifa keluar? Derren mengecek ponselnya dan tak ada notif apapun dari Sifa. Bahkan terakhir chat tadi pagi saat Derren hendak menjemput Sifa untuk sekolah. Setelahnya pulang sekolah pun Derren mengantarkan Sifa dan menetap di rumah Sifa hingga hampir malam, lalu ia pulang. Karna Derren juga ada pekerjaan yang belum di selesaikan jadi ia pulang dulu, dan saat sudah selesai dia kemari, namun Sifa sudah tak ada. Padahal hanya beberapa jam ia meninggalkan Sifa di rumahnya.
"SAYANGGG!!!" teriak Derren lebih keras, mungkin Sifa tak mendengarnya.
Tetap tak ada jawaban, Derren menenangkan dirinya agar tidak panik. Ia memilih untuk menelpon Sifa dan suara ringtone HP Sifa justru terdengar dari dalam. Derren menajamkan pendengaran nya, ya! Itu suara ponsel Sifa, ia tak salah lagi karna ia sangat hafal apapun tentang gadisnya.
Derren mencoba membuka pintunya siapa tau tidak di kunci, namun ternyata di kunci.
Akhirnya Derren menendang pintu itu hingga terbuka, padahal Derren memegang kunci rumah Sifa yang selalu ia bawa, namun Derren terlalu hawatir. Semenjak kecelakaan hari itu, Derren terus tak berhenti menghawatirkan Sifa, ia takut hal buruk terus terjadi pada gadisnya.
Begitu Derren masuk ia langsung berteriak memanggil Sifa, "Sayang!"
Tak ada siapapun, sepi! Derren juga melihat ponsel Sifa tergeletak di meja ruang tamu. Ia mengambil ponsel Sifa lalu mengeceknya, siapa tau dia janjian dengan temannya atau ada petunjuk lain. Namun tak ada sama sekali yang membuat Derren menggeram marah, ia mengatur nafasnya. Derren menaruh camilan di kresek yang ia bawa ke meja itu lalu menelpon Chila, mungkin dia mengetahui dimana Sifa atau justru sedang bersamanya.
Namun lagi-lagi Derren menggeram saat Chila bilang tak tau dimana Sifa, Derren pun memutuskan sambungan telpon nya.
"Ck, kemana sih kamu, suka banget ngilang." decak Derren tak tenang.
Derren mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah Sifa hingga matanya tak sengaja melihat botol alkohol tergeletak di lantai rumah Sifa, Derren mengambilnya, tak mungkin Sifa minum alkohol, Lalu siapa?
Itu artinya ada laki-laki yang datang ke rumah Sifa. Derren berfikir keras, siapa yang ke rumah Sifa dengan membawa botol anggur, tunggu.... Atau justru orang itu datang ke rumah Sifa dalam keadaan mabuk? tidak! Pikiran Derren semakin buruk sekarang.
"AKHHHH!"
Derren membanting botol anggur itu hingga pecah, lalu bagaimana caranya Derren menghubungi Sifa kalau ponselnya saja ada di sini?

KAMU SEDANG MEMBACA
DERREN'S STORY {END}
Romancehanya sebuah kisah cinta sederhana anak remaja di masa putih abu-abunya. Ini adalah kisah ke bucinan seorang Leader gengster pada gadis biasa, gadis miskin yang hanya hidup dengan ayah tirinya. Seorang Leader gengster yang sangat mencintai ga...