51. Cunning

760 32 0
                                    

Chila masuk ke dalam mobil Rizal dengan tersenyum senang, "Hai," sapanya membuat Rizal tersenyum dan mengacak rambutnya pslan.

"Morning." jawab Rizal dengan memberi kecupan di pipi Chila.

"Ga lupa minum obat kan?" tanya Rizal dengan memutar setir mobilnya agar untuk berbalik arah.

"Engga." balas Chila sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Ko tumben Ijang bawa mobil?"

"Gapapa, bosen aja pake motor."

"Ijang beli es boba dulu ya?" minta Chila.

"Ck, masih pagi Ci, nanti siangan kan bisa." decak Rizal, ia heran kenapa gadis ini sangat menyukai minuman itu, hampir setiap hari meminumnya dan tak pernah bosan.

Chila mencebik, "Tau gitu berangkat bareng Abang biar di beliin es boba."

"Jadi di ga seneng bareng gue nih?" Rizal menaikan sebelah alisnya.

"Seneng, tapi ga di beliin es boba." ujarnya membuat Rizal terkekeh.

"Nanti Sayang, ini masih pagi."

Chila mendengus membuat Rizal melirik Chila yang mencebikan bibirnya itu. Rizal lalu mengambil tangan Chila dan mencium punggung tangannya, "Ngambekan." ujarnya.

Chila blushing, perlakuan kecil itu berdampak besar bagi Chila. Sederhana namun istimewa. Ia hendak menarik tangannya lagi namun Rizal menatapnya sejenak sebelum akhirnya fokus kedepan dengan menggenggam tangan Chila erat.

Hal itu membuat Chila yang hendak mengetik pesan pada Sifa pun susah, "Ihh Ijang bentar, Ijang nyetir aja."

"Diem Sayang." Rizal bertutur lembut namun terdengar memaksa, ia tak mau melepaskan genggaman tangannya membuat Chila hanya bisa pasrah.

••***••


Derren dan Sifa berjalan beriringan di koridor sekolah, mereka sedang menuju ke kelas Sifa, Sifa bersenandung pelan sembari mendengar headset, sedangkan Derren menggenggam tangan Sifa di sebelahnya, lelaki itu tersenyum melihat gadisnya yang terlihat bahagia, tak lagi menangis.

Beberapa saat setelahnya Sifa melepas headset yang dipakainya, ia menoleh menatap Derren yang ternyata sedari tadi melihatnya membuat Sifa tersenyum malu, "Al nanti pulang sekolah aku mau beli es krim ya?"

Derren mengangguk dengan mengelus rambut Sifa. Tangan besar Derren merangkul Sifa dan Sifa memegang tangan Derren yang menggantung di bahu nya, "Tapi Al, aku udah beberapa hari ini ngga kerja, aku juga beberapa bulan ini sering ijin ga masuk, terus semalem juga engga." Sifa cemberut membuat Derren gemash setengah mati ingin menggigitnya, "Kalo gitu gajadi beli es krim deh, aku harus kerja, nanti juga pasti di marahin sama Bos." lanjutnya.

"Gapapa ga usah kerja kalo mau main sama aku, urusan kerjaan kamu biar aku urus, aku bisa suruh anak-anak yang ngizinin biar kalo kamu ngga masuk kaya gini lagi jadi ada yang gantiin, Bos kamu ngga akan marahin kamu dan kamu tetep di gaji, karna kerjaan kamu kan tetep di lakuin." ujar Derren.

"Enggak!" tolak Sifa, "Enggak, enggak, enggak, aku ga mau ngerepotin kamu lagi, biarin ini urusan aku, kamu ngga boleh ikut campur. No! No! No." Sifa menggeleng tegas namun terlihat lucu di mata Derren.

"Engga ada yang repot Sayang, gapapa." balas Derren.

"Nggak, aku tetep gamau."

"Aku ga terima penolakan." balas Derren dengan mencubit hidung Sifa.

Sifa berdecak pelan, "Ishh sakit tau." Ia mendengus dengan mengusap hidungnya membuat Derren hanya terkekeh kecil.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang