sudah dua jam Derren menunggu di depan ruangan Sifa, namun tak ada tanda-tanda Dokter akan keluar, kini di depan ruangan itu sudah ada Vino, Febri, dan Andika, mereka datang setengah jam lalu. Jam saat ini menunjukan jam dua belas malam.
Rizal sudah berganti pakaiannya yang di bawakan oleh Febri, Derren juga di bawakan baju ganti namun Derren hanya diam, sedari tadi Derren hanya diam tanpa mengatakan apapun, ditanya pun tak akan di jawab, sesekali Derren akan berteriak dan mengacak rambut nya frustasi.
Chila bahkan sudah tertidur di pelukan Rizal dengan posisi duduk.
"Zal ngga bawa Boncel pulang aja? kasian tidur gitu." saran Febri.
Rizal menunduk melihat gadisnya, "Udah, dia gamau pulang, gue tadi sempet mau langsung bawa pulang tapi dia kebangun dan gamau pulang, katanya mau nunggu disini juga." jawab Rizal.
"Mau gantian aja yang gendong boncel? Lo kecapean gitu." tawar Febri membuat Rizal menatapnya tajam.
Febri menggaruk belakang kepalanya, "Emm anu, maksud gue biar lo ga cape gitu Zal." ucap Febri meringis.
Rizal mendekap tubuh Chila, ia juga membalutkan jaket ANOD milik Chila lalu mengecup keningnya.
"Istirahat Sayang." bisiknya lembut di telinga Chila membuat Chila semakin menduselkan wajahnya di dada Rizal dengan nyaman.
Andika yang biasanya banyak bicara pun diam, entah karna mengetahui situasi atau.. "Ngantuk gue." ucapnya membuyarkan ekspektasi Author yang terlalu tinggi.
Pintu terbuka menampilkan Dokter berjas putih, Derren langsung berdiri dan menghadap Dokter itu, "Gimana keadaan cewe gue?" tanya Derren, nadanya seolah tak mau menerima kabar buruk.
"Keadaan pasien sangat kritis, luka di kepalanya sangat parah, kami juga sempat melakukan operasi ringan agar luka di kepalanya tak sampai mengenai saraf mata yang akan membuat kebutaan, darah pasien keluar cukup banyak dan kami juga sudah melakukan transfusi darah untuk pasien sebanyak tiga kantong, kondisi tubuhny-"
"INTINYA!" bentak Derren kesal, dokter ini terlalu banyak bicara.
"Pasien kritis, detak jantungnya melemah, sekarang ini hanya keajaiban dan mukjizat tuhan yang bisa membantu kita agar pasien melewati masa kritisnya." ujar Dokter itu.
Derren mencengkeram kerah baju dokter itu, "TERUS LO DARI TADI DI DALEM NGAPAIN AJA SIALAN, KENAPA CEWE GUE MASIH KRITIS BANGSAT!" bentak Derren.
Febri melerai nya, "Der udah, tenangin diri lo." ucap Febri.
"GIMANA GUE BISA TENANG BAJINGAN, CEWE GUE DI DALEM KRITIS ANJING!" Derren memukul rahang Febri membuat Febri meringis.
Kemudian Derren mendorong dokter itu kasar dan langsung menerobos masuk ke ruangan Sifa, "Maaf Pak tapi belum ada yang di izinkan masuk, keadaan pasie-"
Derren menepis dokter itu tak perduli lalu masuk ke dalam. Derren berjalan pelan melihat kondisi gadisnya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu, hidungnya memakai selang oksigen, kepalanya di perban, dan ada mesin EKG untuk terus mengetahui detak jantungnya.
Derren duduk di samping brangkar, ia menatap Sifa sendu, air matanya tak bisa di tahan untuk turun. Ia benar-benar hancur.
Perlahan Derren mengambil tangan Sifa untuk di genggam. tangan nya terasa dingin, wajahnya pucat, dan tak ada senyum di bibir nya, senyum yang menjadi candu Derren.
"Sayang....." panggil Derren sangat pelan, air matanya menetes lagi, ia tidak kuat melihat Sifa seperti ini, lebih baik dirinya yang sakit. Kalau bisa ia mau menukar sakit Sifa.
Derren mengusap air matanya, "Aku lemah banget ya? makanya bangun, jangan bikin aku lemah kaya gini, kamu tau kan kamu itu sumber kekuatan sekaligus kelemahan aku." ujar Derren mengelus punggung tangan Sifa.
![](https://img.wattpad.com/cover/292390800-288-k341248.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DERREN'S STORY {END}
Romancehanya sebuah kisah cinta sederhana anak remaja di masa putih abu-abunya. Ini adalah kisah ke bucinan seorang Leader gengster pada gadis biasa, gadis miskin yang hanya hidup dengan ayah tirinya. Seorang Leader gengster yang sangat mencintai ga...