45. First Time.

1K 29 3
                                    

Rifki berjalan pelan dengan sedikit tertatih menuju ke arah kelasnya. Ia hanya sendiri karna Sifa sudah kembali ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran. Saat ini adalah sudah saatnya jam pulang murid-murid SMA ELANG, murid-murid sudah pada keluar jadi Rifki juga harus pulang.

Ia memasuki kelas, terlihat hanya ada Sifa yang tengah sibuk mencatat, sedangkan kelasnya sudah sepi.

"Sif," panggil Rifki yang membuat Sifa menoleh.

"Ya?" tanyanya.

"Gue pikir lo udah pulang, ternyata belum, ko ga pulang? nyalin catetan kan bisa di rumah." ujar Rifki dengan duduk di samping Sifa tanpa permisi.

Sifa melanjutkan menulis sebentar lalu menutup bukunya dan memberikan buku itu pada Rifki, "Tadi g6w catetin buku lo juga biar lo ga ketinggalan pelajaran, sebagai tanda maaf juga." jawab Sifa.

Rifki mengangguk dan tersenyum, "Thanks ya Sif, gara-gara cowo lo jadi lo yang harus tanggung jawab in semuanya kaya gini." ujar Rifki dengan sedikit menyindir.

Sifa hanya mengangguk lalu memasukan pulpen dan buku catatan nya sendiri ke dalam tas. Rifki pun ikut memasukan buku nya ke dalam tas dan langsung memakai tas nya dengan menatap Sifa, "Lo pulang sendiri? Chila mana?"

Sifa balas menatap Rifki, "Gue suruh pulang duluan, gue bisa pulang sendiri." jawab Sifa.

Sebelum Sifa benar-benar pergi, Rifki terlebih dahulu memegang tangan Sifa untuk menahan nya, "Bareng gue aja, gue bawa mobil kok."

"Ngga usah makasih." tolak Sifa.

"Bareng gue aja, ini juga sebagai ucapan makasih gue karna lo catetin catetan gue." ucapnya.

Sifa menimang-nimang, ia takut Derren akan marah lagi. Tapi tak enak jika menolak permintaan Rifki, bukan apa-apa tapi dia tetap merasa tak enak saja hingga akhirnya Sifa mengangguk untuk menerima permintaan Rifki.

••***••

Derren berjalan ke arah kelas Sifa dengan memainkan kunci motornya. Mulutnya itu tengah bersiul-siul sambil berjalan. saat sampai di depan kelas Sifa, Derren justru melihat Rifki yang sedang memegang tangan Sifa.

Rifki. Satu nama itu benar-benar membuat Derren muak, ingin rasanya Derren ukir nama itu di batu nisan saja. Ia mendatarkan wajahnya lalu pergi begitu saja, niat hati ingin mengantar Sifa pulang jadi ia urungkan.

Derren berjalan ke arah parkiran hingga matanya jadi memicing saat melihat seorang gadis yang berdiri di sebelah motor nya, Derren terlihat tak perduli dan langsung menaiki motornya begitu saja.


"Derren, anterin aku pulang ya? aku di tinggal temen-temen. Hape aku juga lowbat buat mesen taksi." ujar Syafa.

Ya, Syafa. Perempuan yang mengobati Derren di kantin tadi. Derren merogoh ponselnya dari saku, mengotak atik nya sebentar lalu memasukan nya kembali.


"Gue udah pesen. Tunggu aja." ujar Derren lalu memakai helmnya.

"Derren, bareng dong, boleh yaa, ya ya ya?" mohon Syafa.

"Ga." tolak Derren singkat.

"Ayolah Der, pleas, sekaliiii aja, ya pleaseee." Syafa memegang lengan Derren.

Derren hendak menolaknya lagi namun matanya melihat ke arah spion motornya yang menunjukkan Sifa dan Rifki di belakangnya. Sifa yang sedang membantu Rifki berjalan. Jika saja Derren bisa, ingin Derren bakar saja orang itu hidup-hidup.

DERREN'S STORY {END} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang