"Derren pulang,"
Derren memasuki Rumahnya, dan langsung di sambut Bunda nya, "Nak. kamu ngga kenapa-napa kan? Bunda hawatir banget sama kamu astaga," ucap Bunda nya tanpa memberi jeda membuat Derren jadi merasa bersalah.
Derren berlutut lalu mencium kaki Bunda nya, "Maafin Derren, Bunda." ucap Derren.
Bunda nya menangis melihat Derren, Kirana lalu menyuruh Derren untuk berdiri agar tak berlutut di kakinya, dan Derren langsung memeluk Bunda nya erat.
"Kamu ngga kenapa-napa kan Nak?" tanya Bunda nya hawatir.
"Derren gapapa Bunda, udahh dong jangan nangis, Derren ngga kenapa-napa, maafin Derren yaa udah buat Bunda hawatir, Derren minta maaf." ujar Derren melerai pelukan nya lalu mengusap air mata Bunda nya.
"Kamu tuh emang ya, Bunda cuma punya anak satu, sukaaaaa banget bikin orang kawatir." kesal Kirana.
Derren jadi mengingat Sifa yang jika marah pasti di bumbuhi dengan menangis, kenapa bisa sama? herannya.
"Iyaa Derren minta maaf yaa Bunda sayang." ucap Derren lembut.
"Mau bikin anak lagi abis ini Bunda, biarin aja kamu mau pergi, jungkir balik, salto juga Bunda gaperduli, Bunda mau bikin cadangan." rajuk Bunda nya.
"YA GA BISA GITU DONG." bantah Derren tak terima. "Nanti kalo Bunda gaperduli sama Derren, Bunda ga sayang lagi dong sama Derren? emang darimana lagi Bunda bisa dapetin anak ganteng kaya Derren gini, Derren Leader loh bun, kalo Bunda bikin anak lagi nanti Derren ajak berantem anak Bunda satu lagi, biarin aja, Derren gamau berbagi, Derren gasuka berbagi. Gamau tau, Pokonya warisan Ayah buat Derren semuanya, gausah bagi-bagi, sayang Bunda juga buat Derren semuanya gaboleh bagi-bagi pokonya, terus terus nanti kalo Bunda punya anak, anak nya bakal jelek ga kaya Derren ganteng, maco, cool, nanti anak Bunda jelek pokonya, emang Bunda mau punya anak jelek? enggak kan, makanya gausah punya anak lagi." cerocos Derren cepat membuat Bunda nya tertawa geli melihat kelakuan Derren.
"Kamu ini! bawel banget, nyerocossss aja terus." ujar Kirana memukul dada Derren.
Entahlah, Bunda nya dan Sifa suka sekali memukul dada nya, sepertinya mereka kembar yang terpisahkan hingga memiliki kebiasaan yang sama.
"Ya siapa suruh Bunda mau punya anak lagi, Derren gamau punya adik pokonya, titik, Valid no debat, Derren gasuka bantahan!" final Derren.
"Iyaaa iyaaaa, kamu udah makan?" tanya Bunda nya mengalihkan topik.
"Udahh, tadi di buatin Sifa bubur." jawab Derren.
Bundanya mengernyit mendengar jawaban Derren, sedetik kemudian lalu ia tersenyum. "Kalo Sifa yang buatin bubur di makan, padahal ga suka bubur."
Derren tersenyum malu, "Ya masa udah di buatin ga di makan si Bun, kan sayang." elak Derren menggaruk kepalanya.
"Sayang bubur nya atau Sifa nya?" goda Bunda nya.
"Apasih Bun ih."
••***••
"Lo pulang bareng siapa?" tanya Chila yang sedang berjalan di koridor dengan memakan ice krim. Chila tak sendiri, tapi ada Sifa, Andika, Vino, Febri dan Rizal juga.
"Kata Derren dia bakal jemput gua." jawab Sifa.
"Yaudah."
"Ijang nanti beli boba ya?" pinta Chila.
"Enggak." tolak Rizal.
"Iiihhhh beliin boba." paksa Chila.
"Lo udah makan dua ice krim ci, tadi di kantin juga minum es campur, udah, nanti batuk." ujar Rizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERREN'S STORY {END}
Romanshanya sebuah kisah cinta sederhana anak remaja di masa putih abu-abunya. Ini adalah kisah ke bucinan seorang Leader gengster pada gadis biasa, gadis miskin yang hanya hidup dengan ayah tirinya. Seorang Leader gengster yang sangat mencintai ga...