Melakukan sesuatu secara diam-diam memang bukanlah hal yang mudah, terlebih kalau kau hidup di negeri asing yang belum lama kau datangi. Itulah yang Salsa rasakan sekarang.
Setelah melihat selebaran yang diterimanya di depan supermarket, hatinya mengatakan kalau ia perlu pergi. Tetapi, masalahnya adalah bagaimana ia bisa pergi tanpa memberitahukan kemana dan apa yang ingin dibelinya pada Erlangga, Sementara ia sudah mengatakan akan langsung pulang tadi?
Akhirnya, Salsa mencoba menyusun strategi layaknya hendak memimpin perang. Ia membuka buku catatannya dan menuliskan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum mempraktekkannya.
Pertama ia memeriksa rute serta jam kereta terlebih dulu.
Setelah mendapatkan informasi, dia pun mencoba menghitung waktu yang dibutuhkan untuk pergi dan pulang. Setelah dirasa beres, hal selanjutnya yang perlu dilakukan Salsa adalah mengirimkan pesan kepada Erlangga.
Dia tidak bisa menelpon suaminya karena ini masih waktunya kelas, tapi ini menguntungkan juga, sebab Salsa bisa jadi malah sulit mencari alasan ketika bicara langsung. Salsa teringat peristiwa tadi pagi dimana hatinya berubah tidak karuan hanya ketika Erlangga bicara padanya dengan lembut.
Rencananya bisa hancur kalau dirinya bicara langsung dengan Erlangga,jadi dia hanya mengirimkan pesan yang mengatakan kalau ia akan mampir ke suatu tempat sebentar.
Dan setelah menempuh perjalanan dua stasiun, disinilah dia sekarang, sebuah toko yang dengan berdiri di depan pintunya saja sudah mampu menggoda indera penciuman Salsa.
''Irasshaimase,'' sapa ramah seorang pegawai pada Salsa yang masuk dengan malu-malu. Kalau dipikir-pikir, ini merupakan kali pertamanya pergi seorang diri tanpa Erlangga. Biasanya dia bisa mengobrol atau bertanya apa saja pada suaminya, tapi kali ini dia perlu melakukannya sendiri.
Namun, Salsa berusaha kuat, demi menyesuaikan dengan rencana spektakulernya, dia pun langsung memesan sambil menunjukkan selebaran kepada pegawai toko. Untungnya pegawai toko itu langsung paham dan segera menyiapkan apa yang Salsa pesan.
Ketika menunggu pesanan, Salsa dihampiri seorang wanita cantik yang tampak begitu anggun. Wanita itu menanyakan apakah Salsa bisa bahasa Jepang yang dijawab Salsa dengan malu kalau ia bisa sedikit.
Diluar dugaan, meski awalnya tampak canggung, Salsa ternyata bisa bicara banyak dengan wanita yang ternyata adalah pemilik toko.
''Salsa-San pandai ya berbahasa Jepang,'' puji pemilik toko yang dari tebakan Salsa berusia tidak jauh darinya.
'' Ah, tidak juga, dulu pernah belajar saat kuliah,'' Jawab Salsa gugup.
''Lalu apa yang Salsa-San lakukan sekarang? Sekolah?''
''Bukan, aku menemani suami,''
''Suami? Ah Anda sudah menikah rupanya,''
''Iya,''
'' Apa yang suami Salsa-San lakukan di Jepang? Bekerja?''
''Oh, bukan, suamiku kuliah. Karena dulu suamiku bekerja lebih dulu, dia baru ada kesempatan kuliah sekarang, tapi sebelumnya dia sudah pernah bekerja di Jepang,'' cerita Salsa bangga.
Pemilik toko tersenyum melihat tingkah Salsa yang awalnya malu-malu tapi langsung berubah menjadi bangga saat membicarakan suaminya.
''Dia sangat berarti bagimu ya?''
''Eh?''
''Caramu membicarakannya menunjukkannya,yang kau beli juga untuknya kan?''
''Ehm, iya, ah aku.....ingin mendukungnya,'' ucap Salsa sambil memalingkan wajah dan tanpa sengaja melihat jam dan langsung terpekik karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
General FictionCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr