36. Hadiah untuk Pangeran Es

16 1 0
                                    


Dari sekian banyak peristiwa yang membuat gugup selama 31 tahun hidupnya, Salsa bisa pastikan kalau yang sekarang sedang terjadi merupakan salah satu yang paling besar.

Ia tidak pernah tahu kalau menyambut suami yang sedang berulang tahun pulang kerja, dengan niat memberikan hadiah, bisa membuatnya dalam situasi yang tegang luar biasa.

Bagaimana dada Salsa tidak berdebar kencang dan keringat dingin tidak berhenti keluar dari tangannya ,ketika melihat Erlangga yang baru pulang, memandanginya sambil terdiam. Wajah suaminya yang pada dasarnya jarang menampakkan ekspresi itu kini makin sulit ditebak di mata Salsa. Erlangga bahkan tidak beranjak dari pintu masuk.

''Ma...Mas, tidak masuk?'' tanya Salsa akhirnya memberanikan diri mengajak Erlangga bicara terlebih dahulu.

"Oh,iya...Mas masuk," jawab Erlangga seperti orang yang baru saja tersadar dari lamunannya.

Erlangga melepas sepatunya kemudian melangkah ke kamar mandi terlebih dahulu.

Setelah memastikan tangannya sudah bersih dan kering, Erlangga menghampiri Salsa yang menunggu di dapur. Dengan sigap, Salsa mencium tangan Erlangga. Setelahnya meski terlihat malu-malu, ia memejamkan mata ketika menerima kecupan dari Erlangga.

Awalnya, mereka hanya memiliki kebiasaan cium tangan. Tetapi mereka belajar kalau untuk menjaga hubungan suami istri supaya tetap harmonis juga dibutuhkan banyak usaha.

Apalagi, dengan berkurangnya waktu kebersamaan mereka, tentu dibutuhkan tambahan cara lain untuk menjaga hubungan tetap harmonis.

Karena itulah beberapa bulan ini mereka mencoba menerapkan beberapa kebiasaan baru dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Misalnya memberikan kecupan ketika pergi maupun pulang atau ketika hendak tidur, lebih sering mengirim pesan, hal yang tadinya jarang dilakukan karena mereka lebih suka berbicara langsung. Tentu kebiasaan mengobrol mereka tidak hilang, hanya menambahkan cara untuk bisa berkomunikasi saja.

Salsa makin tidak bisa berkata-kata ketika Erlangga masih tetap memandanginya dari jarak dekat.

''Salsa,'' panggilnya

''I..,iya Mas,''

''Kamu tampil beda,''

''I..,iya, apa Mas suka?'' tanya Salsa berusaha tampak percaya diri. Menurut Hitomi, kunci dari berhasil atau tidaknya tampil beda adalah percaya diri, jadi itulah yang coba dirapalkan Salsa dalam kepalanya sekarang ini.

''Suka, Mas senang Kamu memakai gaun itu,'' jawab Erlangga yang langsung membuat Salsa merasa ingin melompat dan bersorak gembira. Tentu saja itu hanya diungkapkannya di dalam hati.

''Iya, sejak Mas membelikannya, Aku belum pernah memakainya karena belum menemukan waktu yang tepat. Aku pikir sekaranglah waktu yang tepat,''

''Sekarang?''

''Iya,''

''Kamu menyiapkan sesuatu?''

''Ayo kesini Mas,'' ajak Salsa pada Erlangga ke kamar tidur yang juga merangkap menjadi ruang serba guna di rumah mereka itu.

Di atas meja, sudah dua piring kecil berisi potongan kue yang sama dengan yang tadi dibawa Salsa ke kampus Erlangga.

Kue yang dibawa Salsa habis tak bersisa, tapi dia masih menyiapkan kue di rumah karena ia tahu itu kesukaan suaminya.

" Kamu menyiapkan ini?" tanya Erlangga.

"I...iya, tadi kan Kita merayakannya bersama teman-teman Mas. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Mas makan kue ini sekaligus memberikan ini," ucap Salsa menyerahkan bungkusan berwarna biru tua dengan pita berwarna biru muda.

Kisah Putri Matahari dan Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang