Memendam sesuatu memang tidak enak, bahkan bisa membuat gelisah yang mengakibatkan seseorang sulit untuk tidur.
Setidaknya, itulah yang terjadi pada Salsa. Sejak masuk kamar, ia hanya bisa membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri tanpa bisa benar-benar tertidur.
Benaknya terus mempertanyakan sikap Erlangga yang entah kenapa tidak terlihat marah tapi juga tidak membicarakannya. Ditambah, Salsa merasa kalau Erlangga seperti melarangnya untuk melakukan sesuatu.
Salsa benar-benar merasakan berbagai macam hal sekarang. Belum hilang rasa bersalahnya, dia juga merasa bingung dan gelisah karena tidak tahu isi pikiran sang suami.
Memang sih, sepanjang yang diketahuinya, Erlangga bukanlah tipe orang yang gemar menunjukkan emosi. Ekspresi wajahnya bahkan terlihat sama ketika memakan masakan Salsa, baik yang terlalu asin maupun yang lupa diberi bumbu.
Mata Erlangga adalah petunjuk utama Salsa untuk mencoba mengerti watak suaminya itu. Tetapi sekarang dia tidak bisa melihat mata Erlangga, karena pria itu lebih memilih untuk belajar di luar kamar. Lebih tepatnya di meja lipat yang sering mereka gunakan untuk makan di dapur.
Karena tidak bisa membendung rasa penasarannya lebih lama lagi. Salsa memilih untuk mengintip Erlangga dari pintu kamar mereka. Namun hanya punggung Erlangga yang terlihat olehnya.
Sebuah ide pun tercetus dalam kepala Salsa. Ia akhirnya menuju dapur untuk berpura-pura mengambil minum.
Menyadari kehadiran Salsa, Erlangga membalikkan badannya dan bertanya pada sang istri,''haus?''
Anggukan kepala Salsa membuat Erlangga berdiri dan mengambil botol air dingin dari lemari es, kemudian menuangkan air untuk Salsa juga dirinya sendiri.
Salsa terus memperhatikan wajah Erlangga yang sama seperti biasanya, bahkan terlihat lebih serius.
''Ehm...Mas sedang belajar? Apa besok ada ujian?'' tanyanya mencoba membuka percakapan.
''Bukan, ini mata kuliah hari ini. Sensei meminta kami untuk menyampaikan pendapat mengenai apa yang sudah kami pahami. Bukan hanya pendapat asal, tapi apa yang membuat kami bisa berpendapat seperti itu. Mas merasa masih butuh lebih memahami materinya,''
Salsa terdiam mendengar jawaban Erlangga. Rasa bersalah kembali berkecamuk dalam hatinya. Erlangga jadi belajar sampai semalam ini karena Salsa juga.
Bertekad tidak ingin mengganggu suaminya,Salsa pun memilih untuk kembali ke kamar. Tapi hatinya berat karena dia tidak tahan sejak tadi diam-diaman dengan Erlangga.
Lagi, otak Salsa terpikir sesuatu dan dia pun membalikkan badannya lagi ke arah meja makan. Namun, karena ragu, dia membalikkan badan lagi ke arah kamar. Tapi tubuhnya seperti tidak mau menurut, sehingga yang akhirnya dilakukan Salsa adalah maju dan mundur di depan pintu kamar.
Tingkah laku absurd Salsa rupanya diperhatikan oleh Erlangga yang langsung menghampiri sang istri.
''Salsa, ada apa? Kamu ingin mengatakan sesuatu?'' Salsa akui Erlangga cukup peka untuk tahu kalau dia ingin bilang sesuatu tapi ternyata suaminya itu tidak cukup peka untuk tahu apa yang ingin diucapkannya. Ya, kalau dipikir-pikir, bagaimana dia tahu kalau Salsa tidak bilang?
Akhirnya dengan keberanian yang entah datang dari mana, Salsa menangkup wajah Erlangga dengan kedua tangan dan menariknya lembut untuk mengecup singkat bibirnya.
"A...ku minta maaf untuk hari ini,terima kasih karena sudah menjemputku, Mas yang semangat ya belajarnya, Ja...jangan lupa tidur," Kata Salsa terbata lalu berjalan cepat ke kamar mereka meninggalkan suaminya yang membatu sampai tidak menyadari kalau ada suara kaki menabrak meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
General FictionCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr