19. Sisi Lain Pangeran Es

32 0 0
                                    


Masih segar dalam ingatan Salsa, Hitomi pernah mengatakan kepadanya bahwa menikah akan membuat kita lambat laun bisa melihat sisi lain pasangan yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Saat itu Salsa merasa senang mendengarnya karena artinya dia punya lebih banyak kesempatan untuk melihat sisi lain Erlangga yang belum pernah diketahuinya.

Namun, tidak pernah disangkanya, kalau sisi lain dari seorang Erlangga Pratama ternyata sedikit membuatnya jengkel.

Salsa baru tahu kalau Erlangga punya sikap sedikit overprotective. Pasalnya ia meminta Salsa untuk diam dulu dirumah dan tidak kemana-mana termasuk pergi les.

Erlangga pun mengambil alih pekerjaan yang biasa dilakukan Salsa mulai dari mencuci, memasak dan bersih-bersih.

Karena itulah selama 2 hari ini, yang dilakukan Salsa hanyalah makan, tidur dan menonton.

Sejujurnya Salsa merasa aneh karena biasa mengerjakan berbagai hal dengan bebas namun kali ini tidak. Ia juga sebenarnya tidak enak pada Erlangga yang harus mengerjakan semuanya.

Salsa sendiri bukannya tidak berusaha mengerjakan sesuatu, tetapi pandangan mata yang mengisyaratkan tidak mau dibantah dari Erlangga selalu berhasil membuat Salsa menurut.

Namun berkat itu, Salsa bisa menemukan kegiatan baru favorit yaitu diam-diam memperhatikan punggung Erlangga ketika pria itu sedang memasak. Sejak pertama melihatnya,ia merasa sosok Erlangga yang sedang serius memasak itu keren.

Pemikiran itulah yang membuat Salsa selalu ada di dapur ketika Erlangga memasak. Setidaknya walaupun membuatnya jengkel, Erlangga masih bisa membuat hati Salsa menghangat dan ingin memperhatikannya.

Seperti sekarang, matanya tidak bisa lepas dari punggung Erlangga yang sedang menyiapkan bakso kuah hangat untuk makan siang mereka.

Salsa tahu kalau Erlangga bisa memasak, sebab suaminya itu pernah bekerja di Jepang sehingga terbiasa mandiri. Namun, yang tidak diketahui Salsa adalah seberapa terampilnya sang suami.

Menurut Erlangga, itu karena dulu ia dan teman satu apartemennya selalu bergantian untuk memasak.

Mata Salsa berbinar ketika Erlangga meletakkan mangkuk yang masih panas. Di dalamnya ada dua buah bakso, bihun, ayam yang sudah dipotong kecil serta sawi. Di samping mangkuk Salsa ada piring yang berisi telur dadar.

''Wah kelihatannya enak,'' ucap Salsa hendak bersiap untuk menyantapnya.

''Hati-hati Salsa, itu masih panas,'' kata Erlangga mengingatkan. Dihadapannya juga ada mangkuk dengan asap yang sama banyaknya.

''Iya, aku jadi semangat Mas, jadi tambah rindu dengan mie bakso yang ada di Indonesia,''

''Syukurlah, kalau kamu semangat makan. Makanlah yang banyak. Nafsu makanmu beberapa hari ini kurang baik kan?"

''Iya, aku akan mulai makan,'' ucap Salsa. Ia kemudian berdoa dan mulai menyantap bihun dan bakso itu perlahan.

Erlangga memperhatikan istrinya dengan lembut sebelum akhirnya juga mulai menyantap makan siangnya. Dalam hati, ia bersyukur karena Salsa sudah mulai bersemangat seperti biasa.

Sudah dua hari ini, Salsa tidak bisa makan dengan gembira dan selalu menyisakan makanannya. Padahal Erlangga sudah membuatkan makanan yang lembut dan mudah dicerna seperti bubur atau sup.

Bagi Erlangga,rasanya ada yang kurang dari melihat Salsa makan dengan tidak gembira. Sebab istrinya itu punya kebiasaan makan dengan wajah ceria sambil menceritakan sesuatu dengan heboh. Tentu lesunya Salsa membuat meja makan mereka menjadi lebih sepi.

Namun, masih ada hal yang disyukuri Erlangga, yaitu Salsa masih mau memakan telur dadar, makanan favoritnya sampai habis. Oleh karena itulah, dia selalu membuatkan telur dadar disamping makanan utamanya.

''Salsa,'' panggil Erlangga ketika mereka sedang menikmati makanan.

''Ya?''

''Apa ada sesuatu yang ingin kamu makan?''

''Eh?"

''Sekarang waktunya berbelanja, Mas sudah berpikir akan membuat apa untuk 3 hari ke depan, tapi Mas ingin tahu apa ada menu yang kamu inginkan?''

Kalau ada satu sifat Erlangga yang diketahui Salsa dengan baik sejak sebelum mereka menikah adalah kemampuannya untuk memikirkan rencana.

Erlangga dan rencana seolah merupakan paket yang sulit dipisahkan. Jika ingin melakukan sesuatu, Erlangga akan menyusun rencana panjang. Dimulai dengan mencari informasi kemudian mencari tahu apa yang bisa dilakukannya untuk mewujudkan rencana itu.

Termasuk mengenai belanja untuk makan. Erlangga sudah menyusun menu apa saja yang akan dibuatnya serta bahan apa saja yang butuh dibelinya.

Kebiasaan tersebut sangat berbeda dengan Salsa yang lebih suka membiarkan hidupnya mengalir termasuk untuk urusan belanja.

''Hm...apa ya. Aku bingung Mas. Nasi kare tampak enak tapi daging burger juga tidak kalah menggoda,'' ucap Salsa bingung.

"Baiklah,akan mas catat dulu bahan-bahannya,supaya nanti tidak lupa dibeli"

"Mas,"

"Ya?"

"Apa aku boleh ikut keluar?"tanya Salsa sambil memberikan tatapan penuh harap pada Erlangga.

"Kamu sudah merasa baikan?"

"Aku sudah merasa lebih baik kok Mas. Lagipula ada Mas, aku tidak akan sendiri kan?" ucap Salsa semangat.

Erlangga berpikir sejenak. Dalam hati, ia tahu kalau Salsa merasa bosan karena ruang geraknya terbatas. Namun, di satu sisi, ia juga mempertimbangkan musim panas yang masih terik. Dia tidak mau kalau Salsa yang sudah mulai pulih harus drop lagi. Tapi demi meningkatkan semangat sang istri, Erlangga pun mengambil keputusan.

"Baiklah,Kamu ganti baju dulu.Biar Mas yang cuci piring "

"Eh?"

"Kamu mau ikut belanja kan?" Erlangga memastikan.

"Mau," jawab Salsa dengan semangat.

"Selain itu,Salsa,"

"Ya?"

"Kamu...benar sudah sehat?"

"Iya,tidak apa-apa kok Mas, "

"Ada yang mau Mas bicarakan nanti saat makan malam,"

"Oke, tenang saja.Aku akan mendengarkan Mas," jawab Salsa gembira. Tidak berpikir apapun soal apa yang ingin dibicarakan suaminya karena terlalu senang.

Kisah Putri Matahari dan Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang