21. Maukah Kau Mendengarnya, Putri Matahari?

17 0 0
                                    

Salsa masih merasa heran dengan sikap Erlangga di supermarket tadi yang memintanya menunjukkan senyum. Entahlah,rasanya seperti bukan berhadapan dengan Erlangga, sebab sepanjang yang Salsa tahu,suaminya jarang mengucapkan kata-kata gombalan seperti itu.

Rasa heran itu membuat Salsa tidak bisa melepaskan pandangannya dari sang suami yang kini tengah menyantap es krim cone rasa lemon yang dipilihkan Salsa untuknya.

''Salsa,apa ada yang aneh di wajah Mas?'' tanya Erlangga yang rupanya sadar diperhatikan oleh sang istri.

Salsa langsung memalingkan wajah dan kembali memakan es krim mochi rasa choco mint miliknya.

Satu hal yang Salsa sukai di Jepang adalah tersedianya berbagai macam es krim yang belum pernah ditemuinya. Bukan hanya rasa yang masih bisa diterima Salsa seperti choco mint atau lemon, ada juga rasa wasabi, bawang putih bahkan rasa daging kuda mentah yang sama sekali belum pernah dicoba Salsa. Rasanya butuh keberanian besar untuk mencobanya dan Salsa belum memiliki itu.

''Salsa,'' panggil Erlangga lagi dengan lembut.

''I..iya Mas,''

''Apa ada yang aneh dengan wajah Mas?''

''Tidak sih,''

''Tapi?''

''Eh?''

''Kamu bilang sih, bukankah biasanya ada tapi?''

''Aku memang bilang sih Mas, tapi kan tidak selalu berarti ada kelan... ah,'' ucap Salsa yang baru sadar apa yang diucapkannya kemudian tertawa.

Erlangga memandang istrinya sambil tersenyum tipis sebelum mengatakan ''Syukurlah kamu tidak hanya tersenyum tapi tertawa,''

Salsa jadi tersipu kemudian memakan esnya lagi. Berbeda dengan es yang dimakan Erlangga, es yang dimakan Salsa bentuknya bulat, seperti mochi dan terdiri dari beberapa buah sehingga Salsa bisa memakannya bergantian.

''Aku tidak merasa wajah Mas aneh kok, aku cuma heran karena sikap Mas saat aku sakit terasa berbeda.''

''Beda?''

''Iya, aku tidak pernah melihat Mas yang bersikap protektif. Jadi, aku merasa jengkel karena seolah tidak dipercaya bisa menjaga diri. Lalu tadi tiba-tiba saja Mas menggombal di supermarket, aku jadi kaget dan berpikir apa yang bicara denganku benar Mas atau bukan,'' ucap Salsa jujur.

Berkaca dari pengalaman sebelumnya, Salsa berkesimpulan kalau lebih baik bicara jujur ketika berhadapan dengan Erlangga. Setidaknya Erlangga tahu apa yang Salsa rasakan dan tidak perlu ada saling tebak -menebak diantara mereka

''Salsa,''

''Y..ya Mas?'' Salsa berdebar sekarang, menanti apa yang akan dikatakan suaminya.

''Kapan Mas menggombal?'' tanyanya yang langsung membuat Salsa terdiam tidak percaya.

Dalam kepala Salsa, mereka mungkin akan berdebat tentang sikap protektif Erlangga tapi yang ditanyakan suaminya malah tentang menggombal.

Salsa tidak tahu apakah Erlangga sedang bercanda atau tidak karena wajahnya tetap tanpa ekspresi.

''Eh? itu tadi waktu Mas minta aku pilihkan es krim. Mas kan bilang...kalau...'' Salsa ragu untuk melanjutkan ucapannya, rasanya sangat aneh kalau dia yang harus mengatakannya.

''Waktu Mas minta Kamu menunjukkan senyum? apa itu termasuk gombal?''

''Ih, Mas pura-pura tidak tahu atau bagaimana sih? orang kan biasanya mengucapkan itu kalau mereka sedang merayu atau menggombal,'' ucap Salsa tersipu.

''Mas tidak bermaksud gombal, Mas hanya ingin Kamu menunjukkan senyum yang selama beberapa hari ini jarang terlihat,'' ucap Erlangga jujur.

Ya, Salsa tahu itu. Dia tahu betul kalau suaminya bukan tipe yang suka merayu. Lagipula kalau dipikirkan baik-baik, apakah ada orang di dunia ini yang merayu istri dengan memintanya tersenyum di supermarket? Dengan wajah datar pula. Salsa langsung merasa malu karena berpikir kalau Erlangga menggombal.

Tapi, tetap saja kan, yang namanya perempuan kalau dengar kalimat seperti itu, akan berpikir kalau pria yang mengucapkannya sedang menggombal. Atau, itu hanya dalam pikiran Salsa saja?

''Maaf,'' ucap Erlangga tiba-tiba yang kemudian menyadarkan Salsa dari lamunannya.

''Maaf, kalau sikap Mas beberapa hari ini membuat Kamu jengkel dan tidak terbiasa Salsa,''kata Erlangga dengan serius.

''Mas bukannya tidak percaya kalau Kamu bisa menjaga diri sendiri. Mas tahu betul kalau Kamu selalu berusaha menjaga diri dengan baik supaya Mas bisa kuliah dan bekerja dengan tenang,'' jelas Erlangga.

''Ketika Kamu sakit, jujur saja, Mas bingung apa yang sebaiknya dilakukan. Tapi, yang terpikir oleh Mas adalah memastikan supaya Kamu sehat dan hal yang sama tidak terulang lagi. Dan, untuk melakukan itu, Mas harus membuat Kamu beristirahat. Mas tahu kamu jengkel dan tidak nyaman.Mas minta maaf untuk itu tapi dehidrasi bukan hal yang bisa dianggap remeh dan Mas tidak ingin Kamu mengalaminya lagi,'' Salsa selalu terkesima setiap mendengar Erlangga bicara panjang. Selain karena jarang terjadi, apa yang diucapkan biasanya penting sehingga perlu diperhatikan baik-baik.

Salsa sadar kalau ia sudah egois. Dia jengkel karena mementingkan perasaannya sendiri. Padahal apa yang dialami Erlangga juga pasti tidak mudah. Dia harus mengerjakan pekerjaan rumah yang sebelumnya dikerjakan Salsa. Untung kuliahnya sedang libur musim panas, bagaimana kalau tidak?

''Maaf Mas, aku sudah egois. Hanya memikirkan perasaanku sendiri, padahal apa yang Mas lakukan selalu memikirkan aku. Tapi...aku malah...''

''Kamu istri Mas, wajar kalau Mas memikirkan Kamu dalam setiap tindakan,'' ucap Erlangga tegas namun matanya memandang Salsa lembut.

''Terima kasih Mas, Mas sampai izin bekerja juga untukku, apa tidak apa-apa?" tanya Salsa yang membuat Erlangga terdiam memandangnya.

''Ma...Mas?"

''Salsa,''

"Ya?''

''Tadinya Mas ingin membicarakan ini saat makan malam,tapi karena Kamu sudah membahasnya, Mas akan membicarakannya, Kamu mau dengar?" tanya Erlangga yang kini membuat Salsa gugup.

Apakah Erlangga melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan Salsa?

Kisah Putri Matahari dan Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang