Salsa melakukan peregangan sesaat setelah turun dari bus yang membawanya ke Hiroshima semalam. Perjalanan ke Hiroshima dari Tokyo dengan memakai bus memakan waktu 13 jam, jauh lebih lama dari waktu perjalanan Indonesia-Jepang yang memerlukan waktu sekitar 8 jam.
Sebenarnya masih ada pilihan kendaraan lain seperti Shinkansen maupun pesawat tapi Salsa memilih untuk menaiki bus yang harganya lebih terjangkau.
Meskipun bus yang ditumpanginya terbilang memiliki harga yang terjangkau tapi cukup nyaman karena memiliki fasilitas kursi yang empuk dan kamar mandi. Namun, rasa lelah di tubuh tetap muncul setelah melakukan perjalanan sejauh itu.
Salsa tidak asing dengan negara Jepang tetapi ini merupakan kali pertamanya datang kesini.
Salsa kemudian menaiki taksi untuk mengantarkannya ke tempat tujuan, sebuah apartemen yang terletak tidak jauh dari salah satu universitas di Hiroshima.
Sejujurnya dia merasakan berbagai macam hal sekarang ini mulai dari gugup, takut, khawatir, semua bercampur menjadi satu. Mata Salsa kemudian memandang cincin yang tersemat di jari manisnya, tanda ikatan yang dimilikinya dengan seseorang. Seseorang yang membuat Salsa berani melakukan perjalanan seorang diri ke negeri asing.
Setelah memandangnya, tiba-tiba saja Salsa langsung merasa berdebar dan tersipu. Hanya membayangkan akan bertemu saja membuatnya seperti ini apalagi jika bertemu nanti.
Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Salsa hampir saja kelewatan dari tempat tujuannya.
Setelah membayar dan berterima kasih kepada pengemudi taksi, Salsa kembali memandang pemandangan yang ada di depannya.
Dua bangunan dengan dua lantai yang memiliki beberapa pintu yang Salsa tebak salah satunya akan menjadi unit tempat tinggalnya, kini terlihat di sisi kanan dan kiri Salsa.
Salsa langsung menepuk dahi yang terhalang oleh kerudung yang dikenakannya setelah menyadari kalau HPnya mati akibat kehabisan baterai. Dia ingat alamatnya tapi melupakan detail apartemen yang menjadi tujuannya.
Tidak kehabisan akal, dia langsung mengambil agenda yang dihiasi banyak stiker dari tas ransel yang dibawanya dan melihat catatan alamat apartemen disana. Tertulis alamat serta nomor apartemen tujuannya tetapi Salsa merutuki dirinya sendiri yang tidak menuliskan apartemen yang ditujunya ada disebelah kanan atau kiri.
Setelah diam ditempat beberapa saat, Salsa memutuskan untuk mencari dari sisi sebelah kiri yang lebih dekat dengan posisinya berdiri sekarang. Toh apartemen di Jepang pasti memasang nama pemiliknya jadi kemungkinan Salsa salah masuk apartemen harusnya kecil bahkan tidak ada bukan?
Akhirnya Salsa memberanikan diri untuk berjalan melihat nama yang dicarinya di lantai bawah. Setelah tidak menemukannya, ia pun menaiki tangga sambil membawa koper besarnya.
Pintu pertama sampai keempat bukanlah nama yang dikenalnya tapi pintu kelima sedikit membuka. Apa jangan-jangan pintu itu dibukakan untuknya? Tapi Salsa takut dikira penguntit kalau mengintip.
Hati Salsa langsung berdebar ketika didengarnya suara perempuan yang mengucapkan kata dalam bahasa Indonesia.
"Sebentar, nanti dulu, sabar ya," pintanya
Salsa sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang, dari suaranya perempuan itu sepertinya baik-baik saja. Tapi kalau setelah Salsa pergi terjadi sesuatu apa tidak akan jadi masalah?
Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Salsa sampai tidak sadar kalau ada yang mendekatinya dan menyentuh bahunya hingga membuatnya sangat shock.
"Astagfirullah!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
Algemene fictieCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr