33. Lebaran Pertama Putri Matahari dan Pangeran Es Part 2

8 1 0
                                    


''Salsa, Kamu harus selalu masak yang sehat. Jangan banyak jajan, ingat kalau yang perlu Kamu jaga kesehatannya bukan cuma dirimu sendiri tapi ada suamimu juga,''

''Iya,'' jawab Salsa tenang.

''Apa Kamu benar mendengarkan? Jangan iya-iya saja,ini penting loh,''

''Iya, Aku mendengarkan,'' jawab Salsa lagi.

''Kalau begitu tunjukkan wajah serius sedikit dong, jangan seperti orang melamun begitu,''

''Aku tidak melamun Bunda,''

''Tapi Kamu terlihat tidak fokus Salsa,''

Salsa sejak tadi merasa kalau situasi yang sekarang terjadi tidak asing baginya. Ya, adegan yang hampir sama terjadi ketika Ayahnya datang dan bertanya soal kesehatan Salsa. Salsa ingat betul kalau saat itu, ia begitu jengkel dengan pertanyaan Ayahnya yang terlalu khawatir pada dirinya. Dan sekarang ia kembali mengalami hal yang sama. Bedanya adalah kali ini ia merasa tidak dipercaya untuk mengurus suaminya.

''Mba, tidak usah khawatir, Aku yakin Salsa pasti mengerti kok,'' ucap suara lembut yang membela Salsa.

''Iya, Salsa pintar kok, Kamu sebaiknya tidak terlalu keras pada putrimu,'' saut suara yang tampak lebih tua menanggapi.

Salsa memandang penuh rasa terima kasih kepada Tante dan juga Kakek-Neneknya yang menghentikan ibunya melanjutkan pembicaraan.

Sekarang, Erlangga dan Salsa sedang melakukan panggilan video dengan 3 pihak. Kakek dan Nenek Salsa, Tante Salsa serta keluarganya dan Bunda Salsa dengan keluarganya juga.

Sama seperti Ayahnya, Bunda Salsa juga sudah menikah lagi. Berbeda dengan keluarga baru Ayahnya yang terlihat kurang menerima Salsa, keluarga baru Bunda Salsa yang terdiri dari suami dan anak perempuannya justru tampak sangat menerimanya. Beberapa kali suami baru Bunda Salsa dan saudara tiri Salsa itu menanyakan situasi Salsa selama di Jepang. Namun kerumitan hadir justru dari sikap Bunda Salsa.

''Erlangga bagaimana kuliah dan kerjanya?kata Salsa, Erlangga punya pekerjaan baru?'' tanya Kakek Salsa yang tampaknya sadar situasi yang terjadi dan mencoba mencairkannya dengan mengajak Erlangga bicara.

''Alhamdulilah Kek, mohon doanya supaya lancar selalu,'' jawab Erlangga dengan tenang. Meski tidak banyak bicara, sejak tadi Erlangga menepuk pelan tangan Salsa dari bawah meja seolah mengingatkannya untuk sabar dan tenang.

"Erlangga, Saya harap Kamu tidak memanjakan Salsa, Ia perlu tahu kalau sebagai istri, banyak tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Apalagi kalau nanti kalian punya anak ketika masih di Jepang," kali ini Bunda Salsa mengajak bicara Erlangga.

"Terima kasih atas perhatiannya Bunda, Sejauh ini Salsa sudah bekerja keras untuk melakukan semua tanggung jawabnya. Kami juga sebisa mungkin berusaha berbagi tugas di rumah, " jawab Erlangga dengan tenang tanpa sadar kalau beberapa pasang mata yang ada disana menatapnya dalam, termasuk Salsa.

Elsa, Bunda dari Salsa adalah mantan wartawan lapangan yang sekarang lebih memilih untuk bekerja di balik meja . Tetapi gaya bicaranya yang tegas dan penuh intimidasi ketika mewawancarai orang belum hilang. Tidak banyak orang yang bisa menghadapi Elsa dengan tenang dan Erlangga termasuk di dalam daftar orang yang tidak banyak itu.

Ekspresi Bunda Salsa terlihat kurang puas dan ingin melanjutkan pembicaraan tetapi dialihkan oleh tante Salsa yang tahu betul tabiat kakak dan ponakannya.

Elisa, tante Salsa, adalah orang yang membantu kakek dan nenek mengurus Salsa ketika kecil ketika orang tuanya bercerai dulu. Karena itulah Salsa lebih dekat kepada mereka dibandingkan dengan Ayah maupun Bundanya.

Pembicaraan pun beralih menjadi cerita kegiatan sehari-hari semua orang. Misalnya Kakek dan Nenek Salsa yang menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan sesama pensiunan. Tante Salsa yang lebih banyak bercerita tentang sekolah dua anaknya dan Bunda Salsa yang menceritakan tentang Vanya, anak tirinya yang memiliki banyak prestasi di kampusnya.

Salsa dan Erlangga lebih banyak mendengarkan sampai semua menyudahi panggilan tersebut.

Tanpa sadar, Salsa menghela napas kencang setelahnya. Erlangga memperhatikan istrinya sambil tetap menepuk lembut tangannya. Ia tahu betapa lelah istrinya sekarang dan memilih untuk memberinya waktu menenangkan diri.

''Mas,''

''Hm?''

''Mas tidak ingin mengatakan sesuatu?''

''Tidak, memang Kamu ingin dengar Mas bilang apa?''

''Hm, entahlah. Mungkin kata-kata penyemangat atau nasihat mungkin?''

''Mas hanya ingin ada disampingmu,''

Salsa menatap dalam wajah suaminya kemudian meletakkan kepalanya di bahu Erlangga.

''Maaf ya Mas,''

''Untuk?''

''Harusnya hari ini jadi hari yang baik, tapi Aku membuatnya menjadi terbalik,''

''Tidak juga,''

''Benarkah?''

''Kita tetap melaksanakan shalat Id, makan bersama dan bersilaturahmi dengan keluarga, tidak ada yang berbeda dari lebaran kita selain Kita ada di Jepang,'' ucap Erlangga lembut.

Salsa terdiam mendengar jawaban Erlangga namun tersenyum karena mengerti kalau suaminya itu hanya ingin menemaninya tanpa banyak mengucapkan apapun.

''Terima kasih Mas,'' kata Salsa

''Untuk?''

''Ada disampingku,''

''Itu tugas Mas sebagai suami Salsa,''

''Tapi tetap saja, Aku ingin mengucapkan terima kasih untuk itu,'' ucap Salsa semangat dan bangkit dari bahu suaminya.

Tanpa disadari Salsa, ia ada di posisi yang sangat dekat dari wajah Erlangga. Wajah keduanya sudah sangat dekat ketika smartphone Salsa berbunyi dan menampilkan nama Ayahnya di layar.

Dengan terburu-buru, Salsa mengangkat panggilan itu, tetapi dia langsung menjauhkan smartphone dari telinganya ketika terdengar suara jengkel Ayahnya di seberang sana.

''Sadira Salsabila, Kamu sengaja lupa tidak menelpon Ayah atau bagaimana?''

Kisah Putri Matahari dan Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang