Ruangan temaram itu terasa sepi meski di dalamnya terdapat banyak orang.
Beberapa dari mereka tampak serius membaca penjelasan dan sebagian lainnya tampak menyeka air mata.
Salsa menahan napas supaya air mata yang sudah terasa di pelupuk matanya tidak jatuh membasahi pipi.
Tangannya tampak balik memeluk Cia yang tengah sesenggukan sambil memeluknya.
Salsa sudah sering mendengar tentang tempat ini dan memang ingin mengunjunginya , tetapi tidak pernah terpikirkan baginya kalau hatinya akan merasa sedih dan tercabik-cabik seperti ini.
Mereka kini sedang ada di museum yang ada di Hiroshima Memorial Park atau dalam bahasa Jepang sering disebut Hiroshima Heiwa Kinen Koen.
Taman ini merupakan salah satu tempat yang banyak didatangi wisatawan baik lokal maupun asing. Hiroshima Memorial Park adalah taman yang dibangun untuk menghormati peristiwa jatuhnya bom atom yang terjadi pada tanggal 6 Agustus tahun 1945.
Museum yang didatangi Salsa dan rombongan adalah Museum Perdamaian Hiroshima, dimana mereka bisa melihat beberapa barang asli dari korban bom atom, foto-foto bahkan animasi sederhana tentang proses jatuhnya bom tersebut.
Dada Salsa makin terasa sesak ketika melihat foto dari anak-anak yang menjadi korban, mereka dan korban lainnya kehausan sampai harus minum air berwarna hitam yang jatuh dari langit.
Air itu disebut kuroi ame atau hujan hitam jika diartikan dan sebenarnya merupakan hujan radioaktif.
Air mata Salsa akhirnya lolos dari matanya ketika melihat sepeda yang sudah hancur milik anak yang ketika peristiwa itu terjadi, sedang bermain dengan sepedanya.
Selesai berkeliling di dalam museum, mereka pun keluar masih dengan wajah sedih dan mata sembab. Mami Cia bahkan mengutarakan protes kepada suaminya.
''Papi, Mami gak tega loh liatnya, Papi kok kuat banget?. Kenapa Papi ingin pergi ke tempat yang bikin sedih sih?''
''Bukan begitu Mi, Tapi Papi ingin lihat salah satu tempat bersejarah yang bisa mengingatkan kita akan akibat perang. Di sini, kita bisa lihat kalau perdamaian bukan cuma sekedar kata yang harus diucapkan tetapi juga butuh diwujudkan dengan aksi nyata.''
Sementara Papi Cia sedang menghibur sang Mami, Erlangga melihat Salsa yang menghibur Cia yang masih tampak shock dengan apa yang dilihatnya di dalam museum.
''Cia, Kamu tidak apa-apa?'' Salsa mengelus bahu Cia yang sedang minum untuk menenangkan diri.
''Gak apa-apa Kak Salsa. Maaf ya aku cengeng,''
''Tidak kok,'' jawab Salsa berusaha menenangkan Cia sambil meremas tangannya sendiri.
Tiba-tiba dari belakang Salsa, ada yang membuka payung untuk menutupi kepalanya dan Cia yang terkena sinar matahari langsung.
Ketika membalikkan tubuhnya terlihat sosok Erlangga yang sedang memegang payung kemudian menyerahkannya pada Salsa.
Setelah Salsa menerima payung tersebut, Erlangga menepuk lembut punggung sang istri.
Erlangga tahu kalau istrinya itu sebenarnya juga merasa sedih dan takut. Tapi dia berusaha terlihat kuat karena ada Cia yang berusia lebih muda serta terlihat lebih takut dari dirinya.
Hari semakin panas sehingga membuat rombongan ini harus terus bergerak. Erlangga kemudian memandu mereka untuk melihat berbagai monumen yang ada di taman ini misalnya Monumen Anak Korban Bom Atom.
Monumen ini dibangun untuk memperingati kisah Sadako Sasaki, salah satu korban bom atom Hiroshima.
Sadako Sasaki adalah gadis yang masih berusia dua tahun ketika bom itu jatuh dan berhasil selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
General FictionCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr