Terdiam, itulah reaksi Erlangga akan kecupan yang baru diterimanya dari Salsa. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar, sampai akhirnya tersadar dan segera menuju lemari es untuk mengambil air.
Panas sekali, batinnya.
Ketika mengembalikan botol, matanya menangkap bungkusan berwarna kuning yang sejak tadi selalu dipegang erat oleh Salsa.
Kalau melihat dari apa yang dibawa Salsa, Erlangga bisa menebak kalau bungkusan itulah yang membuat Salsa tidak langsung pulang seperti ucapannya tadi pagi.
Sebenarnya, ia ingin bertanya pada Salsa, tetapi melihat sikap istrinya membuat Erlangga menahan diri. Sejak bertemu dengannya di stasiun, Salsa hanya diam dan menunduk.
Meski tidak diucapkan, Erlangga paham kalau Salsa merasa takut. Sebab, Salsa belum pernah naik kereta di waktu ramai seperti itu. Berbeda dengan dirinya yang sudah pernah merasakannya.
Menghadapi keramaian di kereta bisa jadi hal yang cukup melelahkan, tidak heran Salsa sampai tertidur. Ajaibnya adalah ia masih bisa memegang bungkusan itu meski akhirnya diambil alih oleh Erlangga karena takut jatuh.
Rasa penasaran Erlangga makin besar ketika melihat Salsa panik ketika melihat bungkusan itu dipegang olehnya.
Apa yang ada di dalamnya ya, ucapnya dalam hati.
Tapi Erlangga memutuskan untuk tidak membukanya. Ia memilih untuk melanjutkan belajarnya. Erlangga tidak bohong saat mengatakan itu untuk tugas menyampaikan pemahaman atas materi yang baru disampaikan, hanya saja Erlangga tidak mengatakan kalau tugas tersebut sebenarnya adalah tugas kelompok.
Sebenarnya, tujuan Erlangga menelpon Salsa adalah memberitahukan kalau ada kemungkinan ia akan pulang terlambat namun niat tersebut langsung berubah begitu tahu situasi yang dihadapi istrinya.
Erlangga menduga kalau Salsa bisa saja merasa bersalah jika mengetahui hal itu makanya ia memilih tidak menyampaikannya.
Setelah kurang lebih waktu berjalan selama satu jam, Erlangga menyudahi belajarnya dan kembali ke kamar.
Dilihatnya posisi tidur istrinya sudah berada di bagian tepi kasur, sedikit lagi saja bergerak, Salsa akan terjatuh.
Dengan sigap, Erlangga memindahkan tubuh istrinya supaya tidak jatuh. Tetapi Salsa malah meringkuk ke arahnya seolah tahu kalau suaminya ada di dekatnya. Erlangga memandang wajah tidur istrinya dan mengusapnya lembut, sebelum akhirnya tertidur juga di sampingnya.
Suara alarm mengingatkan Erlangga, kalau sudah waktunya untuk membuka mata. Namun,ia sedikit terkejut ketika mendapati tubuhnya tidak bisa digerakkan. Disadarinya kalau Salsa menjadikan tubuhnya sebagai guling yang dipeluk erat.
Dengan perlahan, Erlangga membalikkan tubuh dan memanggil nama Salsa pelan untuk membangunkannya.
Erlangga hampir terjungkal dari kasur ketika Salsa tanpa sengaja mendorongnya karena terkejut dengan posisi mereka. Namun Erlangga hanya tersenyum dan mengajak Salsa untuk shalat Subuh bersama.
Suasana masih canggung diantara mereka ketika sarapan dimana Salsa masih tidak banyak bicara, merasa ini tidak boleh terus berlanjut, Erlangga berinisiatif untuk buka suara.
''Salsa,''
''Mas,''
Diluar dugaan, mereka hendak bicara pada waktu yang bersamaan dan akhirnya tertawa bersama.
''Kamu mau bicara apa?" tanya Erlangga
''Ehm...aku mau minta maaf, karena aku Mas jadi repot, padahal niatku ikut datang kesini kan mendukung Mas, tapi malah menyusahkan,'' ucap Salsa, akhirnya.
''Kamu tidak menyusahkan,'"
''Eh?"
'' Sama sekali tidak, tapi bolehkah Mas tahu apa yang membuatmu tiba-tiba ingin pergi ke suatu tempat?''
Salsa kemudian berdiri dan mengambil bungkusan yang sudah mengundang rasa penasaran Erlangga. Dikeluarkannya kotak dari bungkusan itu kemudian dibukanya.
Erlangga memandang Salsa dengan tatapan yang sulit diartikan,ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu.
Sebuah kue lemon cheese cake, diletakkan oleh Salsa di meja makan. Bentuknya bulat dengan aroma lemon yang menggoda..
''Ini?''
"Iya, aku mendapat selebaran yang menuliskan kalau kemarin sedang ada penawaran khusus satu hari untuk lemon cheese cake. Aku ingin membelinya, makanya menyusun rencana supaya tetap bisa pulang tepat waktu. Tapi akhirnya malah seperti itu, maaf ya Mas,''
Erlangga terdiam, tidak terpikirkan olehnya kalau apa yang membuat Salsa tersesat di stasiun adalah demi membelikan kue favoritnya.
Didekatinya sang istri, kemudian ditangkupnya wajah Salsa dengan kedua tangannya.
''Boleh Mas cium?"
''Eh?Aku jadi malu kalau ditanya begitu,'' jawab Salsa tersipu namun dia tidak menghindar ketika Erlangga benar melakukannya.
''Kalau memang kamu beli untuk Mas, kenapa kemarin diam saja?''
''Aku bingung,''
''Bingung?''
''Iya, Tadinya aku ingin menyuguhkannya setelah makan malam. Tapi ketika Mas menawarkan onigiri, aku merasa Mas seperti melarangku melakukannya. Di rumah juga Mas memilih belajar di dapur seperti tidak ingin diganggu, aku bingung apakah Mas marah atau tidak, lalu ketika Mas bilang kalau ada tugas penting aku pikir sebaiknya aku tidak bicara dulu,'' aku Salsa.
Erlangga sungguh terkejut mendengar pengakuan Salsa, sikapnya yang sebenarnya ingin memberi Salsa waktu untuk istirahat malah membuat istrinya salah paham.
''Maaf,''
''Kenapa Mas minta maaf?"
''Sikap diam Mas, tadinya Mas berpikir itu akan memberimu waktu untuk menenangkan diri dan istirahat, tapi ternyata malah membuat kamu bingung dan sedih,''
Ucapan Erlangga mau tidak mau membuat Salsa terkesima. Sungguh tidak terpikir olehnya kalau sikap diam Erlangga kemarin itu karena memikirkan dirinya yang butuh istirahat.
Erlangga baru sadar kalau inilah kenapa banyak orang bilang komunikasi itu penting bagi pasangan supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
''Terima kasih,''
''Eh?''
''Terima kasih karena sudah mau berusaha membelikan ini untuk Mas. Mas senang sekali. Tetapi,Mas akan lebih senang kalau Kamu mau mengajak Mas untuk membelinya bersama,''
Ekspresi Salsa yang tampak tersipu setelah mendengar permintaannya terlihat sangat lucu bagi Erlangga.
''Iya, maaf ya Mas, tapi aku juga boleh minta sesuatu Mas?''
''Apa itu?"
''Boleh tidak aku minta kalau Mas sedikit lebih berekspresi?supaya aku tidak salah paham,minimal aku bisa tahu Mas tidak sedang marah,'' ucap Salsa malu-malu.
''Hm, sepertinya itu akan sulit tapi Mas akan berusaha ya,'' ucap Erlangga.
''Baik, kalau begitu kita janji,'' kata Salsa sambil mengangkat jari kelingkingnya sebagai tanda mengikat janji.
Erlangga dan Salsa masih dalam posisi mengikat janji dengan kelingking dan melupakan sarapan kalau tidak ada bunyi bel di pintu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
General FictionCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr