Dalam beberapa hari ke depan, Kampus Erlangga akan mengadakan festival. Berbeda dengan sebelumnya yang lebih fokus untuk menyambut musim panas, festival ini lebih menekankan ke budaya baik itu Jepang maupun negara lain.
Karena itulah untuk kali ini banyak stand atau pertunjukkan yang akan menampilkan ciri khas dari suatu negara. Erlangga dan beberapa temannya yang orang Indonesia sepakat untuk membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok yang berjualan serta yang menampilkan kesenian.
Karena untuk kesenian sudah diwakilkan oleh teman mereka yang bisa bermain angklung, maka Erlangga dan beberapa orang lainnya mengurus tentang makanan. Menurut rencana, mereka akan membuka stand yang menjual nasi goreng dan juga sate.
Dikarenakan beberapa orang Indonesia juga ikut dalam kegiatan klub, kemungkinan besar mereka akan butuh tambahan bantuan ketika berjualan. Alasan itulah yang membawa Salsa kembali hadir di kampus Erlangga.
Saat ini, Salsa tengah memperhatikan Erlangga yang tengah memberi penjelasan tentang bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk berjualan nasi goreng dan juga sate. Sebenarnya, Salsa sudah tahu informasi yang Erlangga sampaikan karena sudah pernah dibahas di rumah. Tapi hal itu tidak menghentikan Salsa untuk memperhatikan suaminya. Sepertinya, Erlangga memang punya aura yang membuat orang tertarik untuk mendengarkan ketika Ia bicara, sehingga meskipun sudah tahu isinya, Salsa tetap mendengarkan apa yang diucapkan suaminya.
''Salsa-San, Kau terlihat serius sekali,'' ucap Kawaguchi tiba-tiba yang hampir membuat Salsa lompat dari kursi yang didudukinya.
''Maaf, Aku membuatmu terkejut,'' ucap Kawaguchi sambil berbisik.
''Uun, tidak apa-apa Kawaguchi-San. Maaf, kalau Aku tidak memperhatikan sekeliling,''
''Aku bisa paham itu kok, pasti sulit mengalihkan perhatian ketika suamimu sedang ada di depan sana,'' ucap Kawaguchi.
''Hm...tapi kurasa bukan hanya Aku, setiap orang sepertinya mendengarkan dengan serius,'' ucap Salsa.
''Ya, Erlangga memang punya aura yang membuat orang lain menurut ya ketika berbicara. Waktu Kami melakukan presentasi di kelas pun, setiap orang di kelas mendengarkannya dengan serius.''
Salsa tidak terkejut dengan ucapan Kawaguchi yang satu itu. Sebab, Ia juga merupakan salah satu orang yang dulu selalu memperhatikan apa yang diucapkan Erlangga sebagai contoh untuk mengajar.
''Salsa-San,'' panggil Kawaguchi tiba-tiba.
''Ya?''
''Maaf kalau Aku tidak sopan, tapi apa Erlangga pernah merasa cemburu?''
''Eh?cemburu?hm...rasanya tidak pernah,'' jawab Salsa setelah berpikir sejenak.
''He,ternyata begitu,'' ucap Kawaguchi sambil tertawa geli.
''Ano...apa ada sesuatu dengan Erlangga-San?'' tanya Salsa khawatir
''Oh tidak. Tidak sama sekali. Aku hanya penasaran bagaimana lelaki yang jarang menampilkan ekspresi sepertinya bersikap ketika cemburu,'' jawab Kawaguchi sambil kembali tertawa geli.
Salsa terdiam mendengar kata-kata Kawaguchi. Dirinya baru sadar kalau selama ini belum pernah melihat sosok suaminya yang cemburu. Tiba-tiba muncul sedikit rasa penasaran di dalam diri Salsa akan seperti apa sosok suaminya jika cemburu. Namun agak sulit membayangkannya ketika ingat kalau Erlangga adalah lelaki yang minim ekspresi.
Ketika Salsa sedang mencoba membayangkan ekspresi suaminya jika cemburu, tiba-tiba saja Erlangga ada dihadapannya memberikan botol minum.
''Mas, sejak kapan ada disitu?'' ucap Salsa terkejut.
''Baru saja, apa yang Kamu pikirkan sampai melamun seperti itu?'' Tanya Erlangga.
''Eh? Aku...'' Salsa bingung harus menjawab apa, sangat tidak mungkin kalau dirinya menyebutkan memikirkan bagaimana sikap Erlangga yang cemburu sebagai jawabannya bukan? Tapi apa yang harus dia katakan? Sementara berbohong akan selalu terbaca oleh Erlangga
''Mas,''
''Hm?''
''Aku memikirkan Mas,'' jawab Salsa yang membuat Erlangga memandangnya sementara Kawaguchi menatap mereka penasaran karena Salsa bicara dalam bahasa Indonesia.
''Apa Kamu sedang menggombal Salsa?''
''Tidak Mas, Aku benar-benar memikirkan Mas, Aku berpikir rasanya sudah lama tidak melihat Mas mengajar di kelas,''
Salsa tidak sepenuhnya berbohong, setidaknya itulah yang ada di pikirannya sebelum Kawaguchi mengajaknya bicara.
Sesaat, Erlangga memberi pandangan yang seolah ingin memberitahu Salsa kalau jawabannya itu meragukan. Tapi untungnya Ia memilih untuk tidak melakukannya dan mengajak Kawaguchi bicara tentang tenda.
Dalam festival kali ini, Kawaguchi memang tidak ikut berjualan, tetapi Ia siap dimintai bantuan jika memang dibutuhkan.
''Oh ya, apa Kau sudah dengar kalau selain film dokumenter, akan ada juga film spesial yang diputar saat acara nanti?'' tanya Kawaguchi.
''Iya, tapi bukankah ini terlalu mendadak?'' kata Erlangga.
''Aku juga kurang paham informasi lengkapnya, tapi sepertinya ini proyek yang bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Kabarnya mereka akan memilih beberapa orang untuk bergabung dalam proyek ini,''
Baru saja Kawaguchi menyelesaikan kalimatnya, pintu kelas terbuka dan muncul sosok yang membuat mata Salsa membesar ketika melihatnya.
''Fu...ku-Chan,'' ucapnya pelan tapi masih terdengar oleh Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
General FictionCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr