29. Bulan yang Istimewa bagi Putri Matahari dan Pangeran Es

8 1 0
                                    


Salsa dan Erlangga sedang duduk berhadapan dengan kedua tangan diletakkan di belakang tubuh mereka. Salsa berusaha membelalakan matanya sementara Erlangga tetap dengan wajah datarnya.

''Apa Mas sudah siap?''

''Sudah,''

''Oke,''

Salsa dan Erlangga pun bersiap, kemudian menggerakkan tangan sambil mengucapkan '' Jan Ken Pon,'' secara bersamaan.

Salsa kemudian menutup mulutnya untuk menahan teriakan yang hampir saja keluar dari mulutnya. Ia sungguh gemas setelah melihat hasil suit yang menunjukkan kalau dia kalah karena mengeluarkan gunting melawan suaminya yang mengeluarkan batu.

''Aku kalah,'' ucapnya sambil menunjukkan mimik wajah sedih.

''Kalau begitu hari ini giliran Mas ya,''

''I..iya, tapi apa tidak apa-apa mas, maksudnya apa Mas tidak lelah? Kan nanti harus kuliah dan kerja?'' tanya Salsa.

''Salsa,''

''Ya?''

''Apa Kamu tidak senang kalau Mas melakukannya?'' tanya Erlangga dengan wajah serius.

''Eh?''

"Tadinya Mas pikir melakukan ini supaya Kita bisa berbagi tugas, tapi apa itu membuatmu tidak senang?'' tanya Erlangga dengan wajah serius.

"Aduh, maksudku bukan begitu Mas, tentu aku senang. Aku cuma khawatir kalau nanti Mas terlalu lelah karena kegiatan Mas kan padat," ucap Salsa yang langsung panik, takut menyinggung perasaan Erlangga.

"Terima kasih karena Kamu khawatir. Kalau Mas lelah nanti Mas akan bicara jujur jadi Kita tidak perlu suit,bagaimana?"tawar Erlangga.

"Benar ya?Mas harus jujur,dan izinkan Aku untuk ikut membantu juga," ucap Salsa yang disetujui Erlangga.

"Baiklah, kalau begitu kyou yoroshiku onegaishimasu," ucap Salsa dengan senyum.

Erlangga membalas ucapan Salsa dengan senyum tipis dan mulai membuka lemari es untuk mengambil daging giling serta brokoli dan juga jamur.

Saat ini merupakan waktu yang istimewa bagi Salsa dan juga Erlangga. Karena ini merupakan kali pertama mereka akan menjalankan ibadah puasa sebagai suami dan istri.

Bagi Salsa sendiri, bulan ini juga istimewa karena merupakan kali pertamanya berpuasa di luar negeri. Awalnya, Salsa pikir menjalankan puasa di negeri orang, terutama di tempat yang jarang orang melaksanakannya akan terasa sepi.

Erlangga yang sudah terlebih dahulu merasakan bagaimana melaksanakan ibadah puasa di Jepang pun mengakui perbedaanya. Misalnya, tidak terdengarnya suara Adzan ketika datangnya waktu berbuka atau tidak adanya pedagang kaki lima yang muncul di sore hari untuk menjual takjil.

Berbeda dengan di Indonesia, di Jepang memang suara Adzan tidak terdengar keras melalui pengeras suara. Umumnya suara adzan akan dikumandangkan di dalam masjid atau mushola. Suasana ini tentunya sangat berbeda dengan yang terjadi di Indonesia.

Tapi hal itu ternyata juga mendatangkan hikmah lain. Misalnya saja kebersamaan yang terjalin antara sesama muslim yang ada di Hiroshima. Mereka rutin mengadakan acara buka puasa dimana Erlangga dan Salsa diundang di akhir pekan nanti.

Hal lain yang bisa Salsa petik dari puasa pertamanya sebagai istri adalah belajar untuk berkompromi lagi terhadap hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum menikah.

Selama beberapa hari menjalankan puasa, Salsa menemukan kalau dirinya dan Erlangga ternyata memiliki kebiasaan puasa yang sangat bertolak belakang.

Salsa bukan tipe orang yang biasa makan nasi ketika sahur. Ia lebih memilih untuk mengkonsumsi roti atau buah seperti apel ketika sahur dan baru akan mengkonsumsi nasi ketika berbuka nanti. Sementara Erlangga terbiasa untuk makan nasi ketika sahur namun sering berbuka dengan makanan ringan dulu sebelum nantinya makan nasi setelah shalat.

Kisah Putri Matahari dan Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang