49. Alasan Sikap Aneh Putri Matahari

20 0 0
                                    

''Sudah tenang?'' tanya Erlangga pada Salsa yang kini tengah duduk bersandar padanya. keduanya sudah pindah ke kamar dan duduk di karpet yang sering menjadi tempat mereka mengobrol setiap harinya.

Salsa menganggukkan kepalanya pelan, namun Ia masih belum berani memandang suaminya. Hatinya campur aduk sekarang di satu sisi ada perasaan bersalah tetapi Ia juga tidak bisa menepis perasaan takut yang dirasakannya.

''Salsa, Mas minta maaf kalau bertanya hal yang menyulitkanmu, Mas hanya ingin membantu,'' jelasnya tenang. Meski dalam hatinya justru menjadi lebih berkecamuk karena melihat Salsa menangis barusan, bukankah itu artinya istrinya memiliki hal yang sulit untuk diutarakan? Tetapi bagaimanapun juga Ia sadar kalau tidak bisa memaksa Salsa bicara.

Sementara Salsa yang terdiam di bahu suaminya pun berpikir kalau sikapnya terus seperti ini maka akan menyulitkan mereka berdua. Bukannya menjaga seperti yang diinginkannya, hubungannya dan Erlangga bisa jadi malah akan kacau kalau ini terus berlanjut.

Perlahan, Salsa bangkit dari bahu suaminya dan memberanikan diri untuk memandang Erlangga yang juga tengah memperhatikan Salsa dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

''Mas,''

''Ya?''

''Sebenarnya memang ada sesuatu yang kupikirkan, hanya saja Aku selalu bingung apakah hal ini perlu kusampaikan atau tidak. Kalau bisa sebenarnya Aku tidak ingin mengatakannya karena kupikir ini akan menyakiti perasaan Mas, tapi tampaknya kalau Aku diam saja, situasi diantara Kita akan terus menjadi aneh,'' ucapnya sambil meremas bagian bawah kaos yang dikenakannya.

Erlangga memandang Salsa kemudian mengelus pipinya dan mengarahkan Salsa untuk memandangnya.

"Kamu khawatir pada Mas?" tanyanya lembut.

"I...iya,"

"Terima kasih, Mas hargai perasaan khawatir itu. Tapi rasanya berat bagi Mas kalau harus melihat Kamu tersiksa melindungi Mas seperti itu. Boleh Kita ganti rencana jadi memikirkannya bersama?maukah Kamu membagi pikiranmu dengan Mas?" tanya Erlangga.

Salsa hanya bisa memandangi suaminya tidak percaya tapi karena Ia ingin mencoba menyelesaikan kerumitan yang dibuatnya, Ia akan mengumpulkan keberaniannya.

"Se...sebenarnya hal yang membuatku kebingungan adalah..."

''Adalah?''

''Hm...'' Salsa masih tampak kesulitan untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

Erlangga mengingatkan dirinya untuk tenang dan sabar sebelum memanggil nama Salsa.

''Salsa,''

''Y...ya?''

''Apa kamu ingat, obrolan Kita sebelum menikah?''

''Ingat Mas,''

''Kamu ingat tentang pertanyaan Kita tentang apa yang paling ingin Kita lakukan setelah menikah?''

Ya, bagaimana mungkin Salsa lupa, ketika mereka sedang mencoba mengakrabkan diri dengan banyak mengobrol, sempat terselip beberapa obrolan tentang kehidupan setelah menikah yang mereka berdua inginkan. Salah satunya adalah berbagi cerita tentang apa saja.

Setelah mengingat apa yang pernah mereka bicarakan, Salsa kembali mencoba untuk memberanikan diri bicara.

''Aku...ingin bicara tentang Fuku-C...Fukuzawa-San,'' ucap Salsa akhirnya. Ia memandang reaksi Erlangga sebelum melanjutkan ucapannya.

Melihat Erlangga yang menunggunya, Salsa pun melanjutkan apa yang hendak dibicarakannya.

"Apa Mas ingat tentang ceritaku dulu?"

"Cerita?"

"Iya, cerita tentang seseorang yang akrab denganku waktu kuliah sampai menarik perhatian dari sekelilingku,"

Erlangga terdiam sejenak mencoba mengingat pembicaraannya dengan Salsa, pembicaraan kecil sebelum mereka memutuskan menikah.

"Apa maksudmu Fukuzawa-San adalah orang yang pernah kau sukai waktu kuliah?" tanya Erlangga memastikan.

Anggukan kepala Salsa menjadi jawaban atas pertanyaan Erlangga.

Suasana hening sejenak, Salsa tidak tahu apakah ceritanya perlu dilanjutkan atau tidak, dirinya sudah tidak berani memandang Erlangga setelah mengucapkan kejujuran barusan.

Ditambah, Ia tidak tahu apakah mengakui kalau teman lama yang ditemuinya ternyata adalah orang yang pernah disukainya kepada suami akan membuat suasana menjadi aneh atau tidak.

"Syukurlah."

"Eh?"

"Syukurlah kalau ternyata Fukuzawa bukan orang yang pernah memperlakukanmu dengan buruk," ucap Erlangga.

"Ti...dak kok, Mas, dia...dia baik padaku. Dulu Kami sering mengobrol karena Ia belum lancar berbahasa Indonesia. Maaf kalau Aku kesulitan menyampaikan hal ini. Tapi...tapi Aku tidak berpikir atau merasa begitu lagi kok. Hanya...hanya..."

" Kamu bingung apakah harus mengatakan hal yang sebenarnya atau tidak pada Mas?" tanya Erlangga yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Salsa.

Erlangga menatap Salsa yang tidak berani memandangnya. Sungguh ini diluar perkiraannya, sikap aneh istrinya ternyata disebabkan oleh kemunculan orang dari masa lalunya.

"Mas...apa Mas marah?"tanya Salsa sambil menarik-narik bagian lengan dari kaos berwarna biru yang tengah dikenakan Erlangga.

" Kalau boleh jujur, rasanya sedikit aneh bagi Mas. Kamu mengatakan bertemu dengan orang yang pernah Kamu sukai, Meski itu masa lalu. Tapi Mas juga sangat berterima kasih atas kejujuranmu, Salsa,"

Pertanyaan Salsa terasa sangat rumit untuk dijawab. Bagi Erlangga, sulit untuk menggambarkan apa yang dirasakannya sekarang. Tapi Ia juga tidak mau membuat Salsa menyesali pilihannya untuk berkata jujur.

Bagaimana pun usahanya untuk berkata jujur perlu Erlangga hargai.

''Maaf, Aku takut menyakiti Mas tapi malah membuat Mas merasa bingung dan khawatir,Aku...Aku hanya takut Mas marah padaku,'' ucap Salsa.

''Mas mengerti, itu bukan hal yang mudah untuk dibagi, makanya Mas berterima kasih,'' ucap Erlangga sambil menarik lembut pinggang Salsa agar dekat dengannya.

Salsa bergelung dalam pelukan Erlangga. Setidaknya hatinya sedikit lega sekarang. Proses rekamannya juga sebentar lagi selesai dan Ia bisa fokus membantu Erlangga di festival.

Salsa hanya berharap semuanya lancar tanpa perlu ada situasi aneh dan tidak terduga yang kerap datang kepadanya.


Kisah Putri Matahari dan Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang