"Perutnya masih sakit?" tanya Erlangga pada Salsa yang sedang bersandar di bahunya sambil memegang perut. Mereka berdua sedang duduk di lantai beralaskan karpet dengan Erlangga yang bersandar pada tempat tidur sementara dirinya menjadi sandaran bagi sang istri.
Tadi ketika Erlangga sedang bicara dengan Ayah Salsa, Salsa menelponnya untuk minta dibelikan pembalut yang ternyata persediaannya sudah hampir habis.
Sekarang terkuak sudah misteri perubahan mood Salsa, selain karena kondisi badan yang sedang tidak fit.
"Masih,tapi sudah berkurang kok Mas," ucap Salsa kembali tidak bersemangat.
"Kamu ingin Mas ambilkan sesuatu?"
"Enggak, cuma ingin seperti ini," jawab Salsa masih sambil memegangi perutnya.
Mengerti dengan jawaban Salsa, Erlangga membiarkan Salsa bersandar padanya sambil mengelus lembut pundak Salsa.
Erlangga tahu kalau di masa awal datang bulan, Salsa akan sakit perut dan tidak bersemangat. Hal yang biasa dilakukan oleh Erlangga di saat seperti itu adalah menemani Salsa termasuk membiarkan Salsa manja padanya.
''Mas,'' panggil Salsa tiba-tiba
''Ya?''
''Apa...Mas benar-benar berhenti dari pekerjaan?''
Erlangga akui kalau kata-kata yang mengungkapkan ingatan perempuan itu sangatlah kuat memang benar adanya. Hal yang tadi sempat terlupakan karena kedatangan sang Ayah, tiba-tiba muncul ke permukaan. Memang, akan lebih baik kalau dibicarakan secepatnya, tetapi dengan situasi sekarang, apa Salsa sanggup menerimanya?
''Iya, benar,'' jawab Erlangga. Dia tahu akan lebih menyakitkan bagi Salsa kalau ia tidak mengucapkannya dengan jujur.
Erlangga bisa merasakan kalau tubuh Salsa menegang, kemudian istrinya itu ingin menjauh darinya. Namun Erlangga menahannya sehingga posisi Salsa masih duduk.
''Kamu mau kemana?" tanyanya lembut.
''Mas, berhenti kerja gara-gara aku sakit?"
''Bukan,''
''Benarkah? Kalau begitu kenapa waktunya bisa tepat sekali?aku kan kesini ingin menemani Mas, tapi malah membuat kacau. Apa sebaiknya aku pulang...'' Ucapan Salsa terhenti ketika Erlangga memeluknya kemudian mengelus kepalanya.
''Mas?"panggil Salsa yang terkejut dengan sikap Erlangga.
''Boleh Mas minta waktu untuk menceritakan semuanya? Supaya tidak ada kesalahpahaman dan kita bisa menyelesaikannya bersama,'' pintanya dengan suara lembut.
Suara yang akhirnya membuat Salsa terdiam dan setuju untuk mendengarkan Erlangga.
Salsa kembali bersandar pada Erlangga yang kini memeluknya sambil mengelus lembut lengan Salsa.
''Apa Kamu ingat waktu Mas cerita kalau kontrak mengajar Mas akan segera habis ?"
''Iya aku Ingat,'' jawab Salsa setelah sempat berpikir sejenak.
''Saat itu Mas bingung apakah perlu melanjutkan atau tidak kemudian meminta pendapatmu,''
''Iya, Mas bilang kalau bekerja disana sedikit kurang nyaman karena kurang ramah dengan orang asing tetapi memberikan penghasilan yang cukup bagus serta lokasinya yang cukup dekat,''
''Lalu ketika itu Kamu bilang kalau sebaiknya Mas coba pikirkan kembali kan, apa Mas benar-benar ingin melanjutkannya atau tidak,''
''Saat itu, Mas berpikir untuk melanjutkan pekerjaan itu , tetapi ketika hendak membicarakannya, Mas mendapat kabar kalau Kamu pingsan. Mas meminta izin sebentar waktu itu untuk bisa melihat keadaanmu. Tetapi, mereka keberatan dan saat itu juga Mas memilih untuk melepasnya.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
Tiểu Thuyết ChungCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr