Nama adalah doa.
Tampaknya, prinsip tersebut yang dipegang oleh teman-teman Erlangga ketika memikirkan nama Tertancap Dalam Hati untuk kedai yang mereka jalankan di festival.
Sebab, bagi Salsa, sebenarnya nama itu terdengar aneh dan tidak umum untuk dipakai sebagai nama kedai makanan.
Namun, dari apa yang didengarnya dalam diskusi Erlangga dan teman-temannya ketika hendak memutuskan nama kedai itu semalam, Salsa mengambil kesimpulan kalau nama itu sekaligus menjadi doa supaya makanan yang dijual kedai ini akan memiliki rasa yang menyentuh hati dan lidah penikmatnya. Sehingga orang yang mencobanya pun akan senang ketika memakannya.
Dan, harapan itu ternyata menjadi kenyataan, Sebab, sejak dibuka tadi pagi, Salsa tidak berhenti melayani pesanan dari orang yang mampir ke kedai mereka. Sampai Ia sedikit kewalahan dalam melayani semua pesanan.
Untungnya,meski sedikit kewalahan, Salsa tetap bisa semangat melayani pesanan orang-orang karena ada satu orang lagi yang bekerja bersama dengannya. Mereka akan berganti shift ketika orang yang sedang ada kegiatan lain datang nanti.
Sebenarnya, sepanjang yang Salsa tahu, biasanya orang yang memasak juga akan melayani pembeli. Tetapi kedai Tertancap Dalam Hati menerapkan konsep yang sedikit berbeda karena jumlah orang yang terbatas, sehingga Erlangga dan beberapa teman pria yang lain lebih fokus menyiapkan menu.
Sesuai keputusan saat rapat,selain nasi goreng, mereka juga menyediakan sate dan bakso. Meski bakso bisa dibilang menu dadakan yang tidak direncanakan sejak awal, Salsa bersyukur karena menu itu bisa disiapkan dengan baik sehingga dapat disajikan di kedai ini.
Meski untuk persiapannya sendiri bisa dibilang sangat melelahkan, kerja sama dari mereka semua rasanya terbayarkan dengan melihat orang tampak menikmati makanan yang mereka sajikan.
Salsa tidak pernah menduga kalau festival kebudayaan yang tengah diadakan kampus tempat Erlangga menuntut ilmu ini akan lebih ramai jika dibandingkan dengan waktu musim panas. Padahal festival saat musim panas saja sudah sangat ramai baginya.
Festival yang ramai tentu akan sangat menyenangkan, tetapi itu juga berarti kesibukan ekstra bagi mereka yang bertugas menjalankan kedai. Apalagi, jumlah mereka terbatas karena sebagian besar orang perlu melakukan tugas lain juga di klub yang diikuti.
''Ini dua nasi goreng dan satu porsi sate, terima kasih sudah membeli. Silakan datang kembali,'' ucap Salsa ramah pada tiga orang mahasiswa asing yang baru saja memesan makanan di kedai mereka.
Setelah ketiganya pergi dengan membawa pesanan mereka, Salsa sedikit menghela napas. Namun dirinya tiba-tiba sigap untuk melayani lagi ketika namanya dipanggil.
Hanya saja, Ia menjadi gugup ketika sadar kalau yang memanggil dirinya adalah Erlangga. Sekarang, suaminya itu sudah ada di dekatnya sambil memberikan 2 buah botol air, yang diterima Salsa dengan buru-buru.
''Salsa,'' panggil Erlangga lagi dengan nada suara yang membuat Salsa bukan hanya gugup tapi juga merasa tegang.
''I...iya Mas?''
''Minumlah ini dulu, sebentar lagi Kalian bisa beristirahat,'' ucapnya singkat sebelum akhirnya kembali ke posisinya.
Ada sesuatu yang menggelitik hati Salsa melihat sikap Erlangga padanya. Entah kenapa, Ia merasa kalau hari ini suaminya itu bersikap tidak seperti biasanya.
Seperti yang terjadi barusan, Erlangga langsung memberikannya minum tanpa bertanya apa yang diinginkan Salsa, seperti yang biasa dilakukannya.
Hal ini mungkin terasa berlebihan bagi sebagian orang, tapi sebagai orang yang mengenal dan tahu kebiasaan Erlangga. Perubahan ini jelas menimbulkan tanda tanya besar bagi Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
General FictionCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr