Salsa perlu mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak berpikir terlalu jauh tentang sesuatu. Selain karena dirinya bukan tipe pemikir jangka panjang, apa yang ada di pikirannya sering tidak sesuai dengan kenyataan. Contohnya seperti yang terjadi sekarang.
Akibat obrolannya dengan Kawaguchi dan juga Fukuzawa yang mempertanyakan sikap Erlangga ketika cemburu, Salsa jadi penasaran bahkan berpikir bagaimana dia akan menghadapi Erlangga ketika cemburu.
Tapi satu yang Salsa lupakan adalah memastikan apakah Erlangga benar merasa cemburu atau tidak, bukankah itu perasaan suaminya yang sebenarnya. Kalau dipikirkan lebih jernih, jawaban Erlangga atas pertanyaan Salsa kemarin tidak salah, itu bahkan membuktikan kalau suaminya tidak berpikir macam-macam tentang dirinya dan itu patut Salsa syukuri.
Salsa bisa mendapatkan kesimpulan itu setelah bicara dengan Hitomi. Ya pulang dari kampus kemarin, Ia menemui Hitomi untuk berdiskusi tentang apa yang tengah berkecamuk di pikirannya. Salsa tahu kalau masalah yang berhubungan dengan rumah tangga tidak sebaiknya diceritakan kepada orang lain. Hanya saja dia bingung harus bicara pada siapa mengingat sosok yang biasa menjadi temannya berbagi cerita justru yang membuatnya berpikir kali ini.
Tapi, Salsa bersyukur berbagi dengan Hitomi karena temannya itu kemudian menyadarkan Salsa bahwa apa yang dikatakan Erlangga adalah bukti bahwa Ia percaya Salsa.
Sebaliknya, Hitomi justru mempertanyakan kenapa Salsa begitu khawatir kalau Erlangga akan cemburu? Yang meskipun tidak menuntut jawaban dari Salsa berhasil membuat gadis itu merenung.
Ya, bukan tanpa alasan, gadis itu khawatir Erlangga akan bereaksi atas kehadiran Fukuzawa. Tetapi Salsa sudah memutuskan untuk tidak berpikir terlalu banyak dan menjalani hidupnya seperti biasa. Dimulai dari bersikap biasa ketika menyambut Erlangga pulang sampai tadi sarapan dan berangkat bersama ke kampus.
Mulai hari ini, Salsa akan merekam suaranya untuk video yang diputar di festival nanti.
Jadi, dalam beberapa hari ini, Ia akan melakukan rekaman sebelum akhirnya membantu Erlangga mempersiapkan tenda dan lainnya.
Meskipun terlihat akan sangat sibuk nantinya, Salsa menikmati semua itu. Ia teringat masa-masa sibuk menjadi panitia acara kampus yang otomatis mengingatkan dirinya juga pada sosok yang tengah berbicara pada salah satu mahasiswa asing yang baru saja menyelesaikan proses rekamannya..
''Salsa, ini giliranmu,'' Kata Fukuzawa pada Salsa.
''Ba...baik,' jawab Salsa gugup.
''Kenapa terlihat gugup begitu? Kau hanya akan bicara di depan mic,'' ucap Fukuzawa.
''Ini Pertama kali bagiku, wajarkan kalau Aku gugup?'' tanya Salsa balik.
"Tentu saja, tapi sebaiknya Kau mencoba untuk lebih santai,'' jawab Fukuzawa sambil tertawa pada Salsa lembut.
Akhirnya Salsa pun memulai proses rekamannya. Meski sulit dan sempat melakukan kesalahan beberapa kali, Ia akhirnya bisa menyelesaikan bagiannya untuk hari ini. Salsa pun duduk sambil istirahat sebentar sebelum menghampiri Erlangga.
''Lega?''Tanya Fukuzawa setelah melihat Salsa menghembuskan napasnya setelah menyelesaikan rekamannya.
''Iya, rasanya seperti beban berat terangkat dari tubuhku,'' jawab Salsa.
''Bagaimana rasanya merekam suaramu sendiri?''
''Gugup dan agak sulit karena Aku perlu memperhatikan betul waktu antara adegan yang ditampilkan dengan saatnya Aku bicara. Tapi sangat menyenangkan,''
''Bukankah sudah sejak dulu Aku katakan kalau Kau punya suara yang bagus dan layak diperdengarkan ke banyak orang?Salsa dulu lebih suka ada dibelakang layar,''
''Iya benar, tapi itu tidak berubah kok, sampai sekarang aku masih lebih suka ada di belakang layar dan menjadi tim pendukung,''
''Apa maksudmu pendukung untuk suamimu?'' tanya Fukuzawa dengan nada meledek yang sontak membuat Salsa tersenyum malu dan menganggukkan kepalanya.
''Salsa sedikit berubah ya,''
''Benarkah?''
''Iya, dulu Kau akan benar-benar tidak pernah mau mengucapkan apa yang kau rasakan secara terus terang. Sekarang meski samar, kau berani mengakui apa yang Kau rasakan,''
''Maaf,''
''Ah tidak, kau tidak perlu minta maaf, Aku ikut senang karena itu artinya Kau mengalami perubahan yang bagus,''
''Terima kasih, Fuku-c...zawa-San,'' ucap Salsa terbata. Ia ingin membiasakan diri menyebut Fukuzawa dengan nama yang benar tetapi lidahnya masih saja hampir selalu salah.
Di Jepang panggilan nama bisa menggambarkan hubungan antar seseorang dan karena mereka bukan berada di kampus mereka dulu, Salsa merasa akan lebih tepat jika Ia memanggil Fukuzawa dengan nama yang benar. Ditambah, Ia ingin menjaga perasaan Erlangga.
''Salsa,'' panggilan Fukuzawa menyadarkan Salsa dari lamunannya.
''Ya?''
''Apa Kau melamun?''
''Tidak kok,''
''Kuperhatikan Kau sering canggung menyebut namaku,''
''Ma...maaf ya,''
''Tidak masalah, Kau pasti ingin menjaga perasaan Erlangga-San kan?'' ucap Fukuzawa sambil tertawa.
Salsa hanya diam. Sungguh Ia tidak tahu apa yang sebaiknya diucapkan di saat seperti ini.
''Tapi...Salsa, Mungkin ini bukan saat yang tepat tapi ada satu hal yang selalu ingin Aku tanyakan tapi selalu ragu untuk melakukannya,''
''Eh? Kenapa?''
''Aku takut kalau akan ada yang berubah diantara Kita kalau dulu Aku membicarakannya,''
''Maksudnya?''
''Apa...Kau pernah berpikir yang berbeda tentang Aku?''
''Berbeda ?''
''Iya, berbeda seperti bukan melihatku seperti teman, melainkan seperti seorang pria?'' tanya Fukuzawa hati-hati.
Mata Salsa membesar dan tidak bisa berkata apapun karena terkejut. Hal yang paling dikhawatirkannya ternyata terjadi yaitu hari dimana perasaannya untuk Fukuzawa yang dulu pernah dirasakannya terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Putri Matahari dan Pangeran Es
Ficção GeralCerita tentang putri matahari dan pangeran es yang berjuang menjalani kehidupan bersama di negeri asing. DISCLAIMER: Untuk Saat Ini Hanya Diposting Di Wattpad Cover by: @avondr