BAB 63

175 33 56
                                    

08:59 KST

Petugas polisi Sung Joon memerhatikan dari dalam mobil yang ditumpanginya seorang pria yang dikenalnya sebagai pengacara Ji Changwook keluar dari dalam rumah yang disediakan oleh pihak kepolisian sebagai tempat tinggal sementara Lee Kyung.

Polisi muda itu menoleh pada atasannya, Jo Sungha. "Kyeongwi-nim, mau apa Jeon Jungkook datang ke tempat Lee Kyung?"

Jo Sungha menarik rem tangan. "Aku tak tahu. Mungkin dia mau membujuk Lee Kyung sekali lagi."

"Apakah mungkin Lee Kyung akan mengubah kesaksiannya?" Tanya Sung Joon.

Sungha melepaskan sabuk pengaman yang melintang di dadanya. "Itu bukan urusanku. Ayo pakai topimu, sudah saatnya kita bawa Lee Kyung ke pengadilan."

Sung Joon menuruti perintah atasannya. Setelah merapihkan seragam kepolisian Korea Selatan yang dikenakannya, Sung Joon berjalan mengikuti Jo Sungha memasuki pekarangan rumah yang kini ditempati oleh Lee Kyung untuk sementara waktu. Ia menatap punggung detektif senior yang baru beberapa bulan ini menjadi atasannya. Pria paruh baya itu sungguh tampak jelas dungunya. Pantas saja dia tak pernah mendapatkan penghargaan maupun kenaikan pangkat yang signifikan. Untuk seorang polisi senior, Jo Sungja tolol seperti kerbau. Naluri kepolisiannya tumpul. Dia tak mampu mendeteksi sesuatu yang jelas-jelas mencurigakan.

Selagi memerhatikan atasannya mengetuk pintu, otak Sung Joon berpikir keras. Untuk apa Jeon Jungkook datang menemui Lee Kyung satu jam sebelum persidangan dimulai? Apakah pengacara tadi sudah berputus asa dalam menyelamatkan kliennya dari hukuman mati dan kini ia berusaha untuk mengubah kesaksian Lee Kyung untuk yang terakhir kalinya? Bagaimana caranya? Dengan menawarkan sejumlah uang?

"Lee Kyung, buka pintu. Ini Detektif Jo Sungha dan petugas polisi Sung Joon. Kami datang untuk menjemputmu." Sungha menggedor pintu rumah untuk yang keempat kalinya.

Sung Joon mengerutkan dahi. Ada sesuatu yang tidak beres. "Kyeongwi-nim, sebaiknya kita dobrak saja rumah ini."

Detektif Jo Sungha segera menyetujui usulan Sung Joon.

"Braaaak!!!!"

Pintu yang terbuat dari kayu mahoni itu menghantam tembok dengan keras.

"Lee Kyung?" Sungha mengeluarkan pistol dari pinggangnya. Ia berjalan masuk sambil memasang kuda-kuda. Ia memberi aba-aba pada Sung Joon.

"Lee Kyung ssi, kami akan masuk ke ruang tengah." Sungha berseru.

Sung Joon menggenggam pistolnya erat-erat seraya melangkah dengan hati-hati. Namun begitu melihat pemandangan di ruang tengah, polisi muda itu kontan menurunkan pistolnya.

Lee Kyung terkapar di lantai sambil menahan nyeri di bagian perutnya.

"Lee Kyung ssi," kedua petugas polisi tadi buru-buru menghampiri Lee Kyung yang mengerang hebat. Tercium bau bawang putih yang samar dari sela-sela nafasnya.

Sung Joon menoleh ke arah meja makan. Nasi yang dimasak bersama tauge, ikan asap pedas, dan semangkuk sup. Segera saja ia mendekati meja makan. Kecurigaannya membuat pria tersebut mengendus-endus piring serta mangkuk makanan yang belum habis dimakan itu. Bau bawang putih yang samar-samar kembali menusuk hidungnya.

"Hueeeekkkk!!!"

Lee Kyung memuntahkan isi sarapan yang belum habis dicerna oleh lambungnya.

Sung Joon berjongkok di samping Lee Kyung sambil menatap tajam atasannya. "Racun arsenik. Seseorang mencoba untuk membunuh Lee Kyung." Bau bawang putih yang kuat adalah ciri mencolok dari racun arsenik yang mematikan.

BECAUSE YOU HATE ME || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang