BAB 62

166 34 31
                                    

Park Jimin mengucek-ucek matanya. Ia menoleh jam digital di sudut kanan layar komputernya yang menunjukkan waktu hampir setengah tiga malam. Sejujurnya, otaknya yang letih sudah menolak untuk bekerja, tapi Jungkook memberinya tugas yang tidak mudah. Ia harus memelototi banyak sekali catatan.

Hari itu Jimin telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksa catatan rekening bank, imigrasi, telepon, bahkan rekaman cctv dari berbagai tempat. Dan itu semua membuat kepalanya serasa mau pecah.

Jimin bangkit berdiri untuk menyeduh secangkir kopi decaf untuk yang kesekian kalinya malam itu. Jika boleh jujur, ia berpendapat bahwa Lee Kyunglah yang sebenarnya membunuh Sharon Yang. Hipotesanya sederhana saja: Lee Kyung dan Sharon Yang bertengkar mengenai uang yang mereka dapatkan dari Ji Changwook. Lee Kyung kemudian membunuh Sharon dan menimpakan semua kesalahan pada Changwook.

Jimin menggelengkan kepalanya. Kenapa pengacara secerdas Jeon Jungkook tak pernah berpikir ke arah situ? Kenapa bosnya malah bersikukuh mengenai adanya orang ketiga yang menjadi dalang pembunuhan yang sesungguhnya?

Jimin mengangkat bahu. Ia takkan pernah mengerti jalan pikiran orang pintar. Ia menarik kursi dan segera duduk di atasnya sebelum menyeruput kopi yang baru saja diseduhnya. Tapi kopi itu terlalu panas dan  membakar lidahnya.

Jimin tersentak akibat panasnya cairan pekat yang menyengat lidahnya. Ia buru-buru meletakkan cangkir kopinya ke atas meja kerjanya dan menyingkirkan berbagai macam catatan yang memenuhi meja tersebut.

Namun kemudian dahinya berkerut. Ia mengambil dua lembar kertas yang menarik perhatiannya dan buru-buru membacanya secara bergantian. Jimin mengerjap-ngerjapkan mata dengan rasa tak percaya. Semoga saja rasa kantuknya tidak membuatnya berhalusinasi.

"Mustahil...." Ia berbisik sendiri. "Bagaimana bisa aku melewatkan hal sepenting ini sejak tadi?"

________________________________________________________________________________

Jungkook duduk terdiam di atas ranjangnya. Ia tahu ia tidak seharusnya begadang selarut ini, besok pagi ia harus menghadiri sidang Ji Changwook. Tapi matanya tak mau juga terpejam. Ia tahu ada banyak hal yang telah dilewatkan oleh otaknya----beberapa petunjuk penting untuk membongkar kasus pembunuhan Sharon Yang. Tetapi ia tak tahu fakta mana saja yang telah luput dari perhatiannya.

Besok adalah sidang penting. Yoona akan menyampaikan kesaksiannya, begitu juga dengan Lee Kyung. Mantan fotografer tersebut akan bersaksi melawan Changwook. Dan kesaksiannya lebih dari cukup untuk menggiring Changwook ke depan regu tembak. Jungkook mengatupkan bibir. Jika saja ada satu petunjuk yang bisa ia temukan----seremeh apapun itu----asalkan itu adalah petunjuk yang akan membawanya pada pelaku kejahatan yang sebenarnya....

"RRRRRRRR."

Jungkook langsung menyambar telepon genggam yang selalu ia letakkan di samping tempat tidurnya. Apakah itu dari Jimin? Jika benar, berarti hanya ada satu kemungkinan.

"Jungkook Byeonhosanim,"

Tak pernah dalam hidupnya, Jungkook merasa segembira sekaligus setegang ini. "Katakan padaku bahwa kau menemukan sesuatu." Lelaki yang sangat tampan itu menahan nafas. Diliriknya Jieun yang tengah tertidur pulas di sampingnya. Jungkook tahu ia harus membangunkan istrinya itu sesaat lagi.

Jungkook berusaha untuk meredam deburan jantungnya saat ia mendengarkan penuturan Jimin dari balik telepon.

"Apa kau yakin?" Jungkook menautkan kedua alisnya.

"Tidak salah lagi, Byeonhosanim."

"Kalau begitu aku akan ke sana sekarang juga." Jungkook melompat dari atas tempat tidur dan menyalakan lampu meja.

BECAUSE YOU HATE ME || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang