BAB 67

197 35 76
                                    


20 Menit Sebelumnya

Lee Byunghun mengacungkan pistolnya sebatas siku dan siap untuk membidik penumpang yang duduk di bangku belakang Bugatti Veyron hitam. Pembunuh bayaran itu menarik pelatuk.

Namun apa yang dilihatnya? Mobil mewah tersebut kosong. Tak ada seorangpun di dalamnya. Ia menoleh kiri dan kanan. Ke mana ketiga calon cacing tanah tadi melarikan diri?

"Jatuhkan senjatamu!"

Lee Byunghun diam. Seorang pria muda yang mengalungi lencana polisi di dada tengah mengacungkan pistol ke arahnya.

"Akhirnya aku bisa melihat wajahmu, Lee Byunghun." Song Jiru menyeringai puas.

Byunghun mengangkat kedua tangannya. Ia sudah bersiap-siap untuk memutar pistol dan menembak kepala si polisi muda.

"A-ah, jangan coba-coba. Kau sudah dikepung oleh kepolisian Metropolitan Seoul." Song Jiru memberi kode pada rekan-rekannya.

Pengemudi truk barang dan penumpangnya turun sambil mengacungkan pistol. Begitu juga dengan para pengemudi lain yang memadati jalanan tersebut. Mereka semua turun sambil mengacungkan senjata mereka ke arah Lee Byunghun.

Lee Byunghun tertawa menyadari bahwa ia sudah masuk ke dalam sebuah perangkap maut. Sang pembunuh bayaran harus memuji kelihaian para penegak hukum di ibu kota yang berhasil memperdayainya. Pasukan polisi Seoul mengarahkan senjata mereka ke arahnya dari segala penjuru.

"Jadi semua kemacetan ini adalah ulah para polisi untuk membekuk diriku?"

"Benar. Tak ada jalan keluar bagimu." Song Jiru menurunkan senjatanya. Ia melucuti pistol Smith & Wesson milik si pembunuh bayaran dan memasang borgol di kedua pergelangan tangan Lee Byunghun.

"Lee Byunghun, kau ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Lee Kyung dan.... Aku percaya ada ratusan kasus pembunuhan lain yang sudah menantimu."

Lee Byunghun masih tertawa saat ia dimasukkan ke dalam mobil polisi. Ia menertawakan kisah perjalanan seorang pembunuh bayaran yang harus terhenti akibat kebodohannya sendiri.

"Siapa namamu, Nak?" Tanya Lee Byunghun dari balik mobil.

"Song Jiru, detektif polisi Metropolitan Seoul." Jiru memberi kode agar rekannya membawa pembunuh legendaris tadi ke dalam tahanan.

"Song Jiru... Hmmm," Byunghun menggumam. "Kau polisi yang hebat, aku takkan melupakanmu. Dan juga ketiga targetku tadi." Ujar Byunghun sambil menyunggingkan sebuah senyuman. "Sampai berjumpa lagi.'

"Bawa dia pergi." Jiru menepuk atap mobil polisi. Ia menatap kepergian mobil tadi sambil berkecak pinggang. "Bukan aku yang harus kau beri pujian, tapi atasanku." Polisi muda itu bergumam dan teringat bahwa ia harus melapor pada Jo Sungha mengenai kesuksesan misi mereka. Ia menempelkan telepon genggamnya ke telinga.

Tut. Tut. Tut.

Jo Sungha tak mengangkat telepon miliknya.

________________________________________________________________________________

Sung Joon spontan menoleh ke kanan----ke arah pintu kamar. Sesuatu yang tidak mengenakkan perlahan-lahan merambati hatinya. Dahinya tertekuk dalam menatap detektif polisi yang sedang tergolek di depannya. Ia harus segera membunuh Jo Sungha atau.....

Sung Joon menarik pelatuk pistol yang tadi dijatuhkan oleh Taehyung. Sebagai seorang polisi, Sung Joon paham ia tak boleh menggunakan peluru miliknya untuk menembak Jo Sungha karena seorang polisi harus membuat laporan untuk setiap peluru yang ditembakkannya. Dan bagian forensik akan dengan mudah mengenali jenis peluru yang bersarang di tubuh Sungha sebagai peluru yang digunakan oleh satuan kepolisian. Dan sama seperti halnya manusia, setiap pistol juga memiliki sidik pelurunya sendiri-sendiri. Untung baginya Taehyung malah meninggalkan pistolnya, alih-alih membawa lari senjata itu.

BECAUSE YOU HATE ME || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang