Taehyung dan Yoona menikmati kebersamaan keluarga mereka dalam keceriaan. Natal, ulang tahun Taehyung, dan tahun baru dilalui mereka sekeluarga dengan mengunjungi ayah Taehyung di dalam tahanan. Kim Yeonggyu sangat gembira bisa melihat dan bercengkrama dengan ketiga cucu yang sangat ia sayangi. Lelaki tua itu juga sangat terharu ketika Jiwoo membawa kue mangkuk buatannya untuk sang kakek. Mantan produser film itu bahkan sampai meneteskan airmata penuh keharuan.
"Halabeoji, sehat-sehat ya." Kata Jiwoo sambil melambaikan tangannya sebelum ia dibawa oleh ibunya keluar dari ruang kunjungan.
"Iya, Jiwoo ah, Halabeoji akan sehat-sehat saja karena makan kue buatanmu." Yeonggyu menyusut airmata yang membasahi pipinya. Cucunya yang cantik jelita itu sudah bertambah besar.
Taehyung tak kuasa menahan senyumnya. Ia menggigit bibir. "Appa, persiapkan diri Appa baik-baik. Aku yakin Appa akan segera keluar dari sini."
Kim Yeonggyu sudah menjalani sidang perdananya, dan ia merasa puas dengan kinerja Jeon Jungkook. Ia mengangguk optimis.
"Jungkook masih muda, tapi dia sangat cerdas. Appa bangga kau telah membuat banyak keputusan yang tepat. Seandainya Appa bisa sebijaksana dirimu, mungkin Appa takkan berada di sini sekarang ini."
"Jangan sesali apa yang sudah terjadi, Appa. Aku juga sama sekali tidak bijaksana. Kita semua pernah melakukan kesalahan." Jawab Taehyung.
"Appa tidak menyesali apa yang sudah terjadi, Tae. Appa hanya sedih karena Appa telah membuat kalian menderita dan kehilangan banyak hal."
Taehyung mendekat dan menatap wajah tua ayahnya. "Kita hanya kehilangan harta, Appa. Harta bisa dicari, tapi cinta dan kebahagiaan sejati merupakan anugerah. Aku semakin menyadari hal itu di saat-saat sulit seperti ini. Aku merasa apa yang terjadi pada kita semua merupakan berkah tersembunyi. Appa percaya itu?"
Yeonggyu mengangguk.
Taehyung dan keluarganya kembali ke apartemen mereka setelah seharian berkeliling Seoul dan menyaksikan kota metropolitan itu bermandikan cahaya lampu.
"Kriiiing! Kriiiiing!"
Taehyung menatap layar ponselnya. "Halo?"
"Tut. Tut. Tut." Telepon kembali terputus.
"Siapa, Tae?" Yoona membuka kancing jaket Shiwoo.
"Entahlah, nomor ini sudah menghubungiku beberapa kali sejak tadi. Tapi setiap kali kuangkat, teleponnya selalu terputus."
"Telepon balik saja. Mungkin itu panggilan yang penting." Saran Yoona. Ia menggantungkan jaket milik Jiwoo, Shiwoo, dan Hyunwoo di atas gantungan mantel.
"Anak-anak, kalian mau Halmeoni buatkan cokelat marshmallow?" Nenek mereka menawari.
"Mau!!!" Ketiga anak itu serempak menjawab.
"Ikut Halmeoni ke dapur."
Taehyung menghubungi nomor yang tadi meneleponnya. "Halo? Halo?" Taehyung berkata setelah seseorang mengangkat telepon tersebut. Terdengar bunyi-bunyi yang tak jelas di ujung sana. Taehyung berusaha mendengarkan. "Halo, siapa ini?" Tanyanya.
"Tut. Tut. Tut." Setelah sepuluh detik, sambungan telepon itu terputus.
"Brengsek." Maki Taehyung pelan.
Yoona melirik tajam. Ia tak suka jika Taehyung mengeluarkan kata-kata kasar di rumah. Ia tak mau ketiga anak mereka sampai mendengar dan meniru kata-kata kasar tersebut. Untunglah anak-anak mereka sedang merecoki sang nenek di dapur.
"Siapa yang meneleponmu? Ada jawaban, tidak?"
Taehyung mengangkat bahu dan membuka jaketnya. "Mungkin hanya orang iseng yang ingin mempermainkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE YOU HATE ME || VYOON FANFIC
FanficGara-gara sebuah ramalan yang aneh, Taehyung dipaksa untuk menikahi Yoona padahal mereka sama sekali tidak saling kenal apalagi saling suka. Terlebih lagi, diam-diam Yoona sebenarnya berencana untuk menikah dengan Changwook, tapi semua itu berantaka...