• 0.14

3.3K 212 0
                                    

Kamar yang sebelumnya sunyi menjadi sedikit berbeda, karena adanya suara dari televisi yang menyala.

Ceux duduk dengan bersandar pada kepala ranjang, tangan kanan yang terulur menyisir rambut coklat Veux ke arah kanan.

Veux sendiri tengah tiduran dengan menonton film. Di samping kanannya ada Jack yang masih setia duduk di sofa seperti semula.

"Jawab pertanyaan ku kakak"

"Itu hukuman untukmu" jawab Ceux datar

Sudah lebih dari lima kali jawaban yang sama terlontar dari mulut Ceux. Sampai Veux memutar bola matanya jengah.

Ceklek

Semua atensi mengarah ke Pintu coklat tersebut. Terlihat jelas jika ada salah satu maid membawa nampan kaca berisi piring yang entah apa isinya, dan juga segelas susu putih.

"Sore Tuan muda, saya mengantarkan makanan untuk anda"

Jack mengambil alih nampan kaca tersebut, dan maid tersebut membungkuk lalu keluar kamar.

"Berarti ada kak Aux di mansion?"

Ceux mengangguk menanggapi pertanyaan adiknya. Tangan kanannya yang semula membelai rambut coklat Veux, teralih untuk mengambil waffle original dari piring.

"Duduk, makan dulu"

Jack membantu Veux untuk duduk, karena kurangnya tingkat energi pada diri Veux.

Veux mengambil waffle dari tangan Ceux, dan memakannya.

"Sadis banget"

Veux menoleh, "tangan kakak banyak kuman" jawabnya sekenanya

"Anak kurang ajar" gumam Ceux

Veux mendengus kesal mendengar cibiran langsung dari kakak tertuanya.

"Minum susu nya sampai habis, jangan sampai tersisa"

Veux mengangguk acuh, "Dasar kakak tua" cibirnya

Mata Ceux membulat sempurna mendengar cibiran dari mulut manis adiknya itu.

"Ulang"

Veux tersentak menggeleng, ia lupa jika masih ada sang empu di sampingnya. Pandangannya tetap pada televisi di depannya dan tangannya sesekali menyuapkan waffle ke mulutnya.

Setelah selesai makan, kini Veux tengah bersandar di dada bidang kakak sepupunya. Aux sedang mengganti perban di bagian perut kiri Veux yang terluka.

"Tidak usah di perban kak"

Aux menghentikan aktivitasnya melilitkan kasa putih pada pinggang Veux.

"Kenapa?" Tanya Aux

"Aku terlihat seperti mumi jika di perban" keluhnya

Aux melanjutkan kegiatannya sampai selesai. Lalu membantu adiknya memakai kemeja hijau daun lengan panjang.

"Kakak, aku mau makan nasi, tapi kenapa selalu mual dan terasa perih?"

Aux mengacak rambut adiknya itu, "karena lambung mu luka" jawabnya

Veux mengangguk faham. Setelah Aux keluar, tidak ada seorang pun, hanya ada dirinya. Sendiri.

Malamnya, sebelum makan malam, ia tertidur tanpa mengancingkan kemeja panjangnya.

"Baby, ayo bangun dulu, makan malam" ujar Jeux yang menepuk lengan kanan Veux

"..."

"Boy, ayo bangun, kita makan dulu"

"..."

Ceux menarik paksa kedua tangan adiknya hingga terduduk dengan mata yang masih mengerjap.

"Aku tidak lapar" ujar Veux seperti berbisik

"Makan, jangan tidur dulu"

"Tidak mau" jawab Veux

"Jangan nakal, boy"

"Aku tidak mau makan"

"Veux" peringat Peux

"Lepas nggak?" Berontak nya

Tangannya masih di cekal oleh Ceux, bahkan sangat perih di pergelangan tangannya.

"Makan dulu"

"Huaaa... Sakit... Hiks lepas!"

Semua orang tertegun mendengar rengekan oh tidak lebih menjurus ke tangisan.

"Boy, jangan menangis ayo makan"

"Enggak hiks.. lepas, sakit"

Ceux melepaskan tangannya yang mencengkram kuat pergelangan tangan Veux.

"Baby, maafkan ka-"

Veux mendorong dada bidang kakaknya saat hendak duduk di sampingnya.

"Maafkan kakak, baby, kakak hanya reflek" ujar Ceux yang merasa bersalah

Saat Daddynya hendak menenangkannya, Veux sudah dulu menghindar.

"Pergi enggak" usirnya

"Boy, Dad-"

"PERGI!" bentak Veux

Mereka masih mematung di tempatnya semula.

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang