• 0.47

1.2K 89 3
                                    

Sudah dua hari ini setelah Veux dinyatakan melewati masa kritisnya, namun masih belum sadarkan diri.

Bahkan seluruh anggota keluarga tengah di ambang kegelisahan, lalu bagaimana yang lain? Mereka bahkan selalu mengawasi Veux dari sana.

Dan, Arnold bahkan Stiven ikut menemani mereka. Mau bagaimana pun juga Mereka sangat dibutuhkan oleh keluarga Fabregas.

"Kapan putraku akan sadarkan diri, Ar?"

Pertanyaan yang selalu terulang setiap saat membuat keadaan semakin gelisah.

"Menurut diagnosis saya, tuan muda akan sadarkan diri pada hari ini, tuan" Jawab Arnold

Tak ada perbincangan lain lagi, hanya ada suara keheningan di dalam ruangan putih dan fasilitas kesehatan yang lengkap.

Eunghh

Mereka sontak mendongak dan mengunci tatapan mereka pada seorang remaja yang tengah merengkuh.

Mereka bernafas lega melihat Veux sudah sadarkan diri, bahkan sekarang sepertinya kebahagiaan mereka kembali lagi.

Arnold dengan cekatan memeriksa keadaan Veux, tak ada yang terlewat satupun itu.

"Syukurlah tuan, keadaan tuan muda sudah baikan"

Senyuman mereka merekah mendengar jika kondisi Veux sekarang ini sudah baikan.

Netra coklatnya masih mengamati sekitar ruangan tersebut, sebelum akhirnya dia bangun dengan cepat seperti orang yang bangun dari mimpi buruk.

Nasal yang bertengger di hidung mancungnya ia lepas dengan paksa, dan juga pergelangan tangan kanannya yang di rantai dengan besi di pinggir brankar membuat matanya membola.

"Baby, jangan banyak gerak" peringat Aux yang menidurkan tubuh Veux kembali

Veux masih menatap Aux lekat walaupun terkesan datar namun ia tetap menatapnya.

"Aku kenapa?"

Diam

Hening

Mereka terdiam dan membuat keadaan hening seketika, mereka tidak bisa mencerna dengan baik pertanyaan Veux.

"Lehermu terkena sayatan Boomerang beracun" jawab Ceux santai

Veux nampak masih mencoba mengingat kejadian sebelum dirinya berada di ruangan terkutuk ini.

Mereka juga masih diam melihat Veux yang tengah mengingat kejadian tersebut.

"Sudah boy, jangan terlalu dipikirkan" ujar Poix

Veux menoleh ke arah Poix lalu tersenyum manis, dan tatapan mata yang masih sayu.

"Siapa dia dad?"

Semua orang menajamkan telinganya saat mendengar Veux bertanya pada Peux. Mereka juga ingin tau siapa orang tersebut.

"Dia musuh Daddy, inisialnya C, jangan pernah mendekatinya Boy" Veux mengangguk

Mereka masih memikirkan nama dari musuh Peux, bahkan Poix ikut memikirkannya.

"Apa itu Cellou?" Bisik Poix

Peux hanya berdehem sebagai jawabannya, ia tak ingin Veux mendengar nama dari musuhnya tersebut.

"Bisa kita habisi sekarang dad?"

Semua orang menolehkan kepalanya ke arah sofa putih yang terdapat seorang pemuda yang tengah bergulat dengan laptopnya.

"Tunggu waktu bermainnya, boy" jawab Peux

Ceux mendengus kesal mendengar jawaban dari Daddynya yang menurutnya tak adil.

"Kak Ceux"

Ceux yang semula menggerutu dalam hati kini tersadar dan mendongak menatap adiknya yang terlihat tersenyum manis.

"Ada apa Veux?"

Veux nampak mengayunkan tangannya ke atas ke bawah menandakan bahwa ia ingin Ceux mendekat ke arahnya. Dengan senang hati Ceux pun mendekati brankar adiknya.

Ceux nampak membungkukkan badannya 90° saat Veux mengulang ayunan tangannya.

"Apa orang yang dimaksud Daddy adalah Cellou Ge?" Bisiknya

Ceux nampak berdiri dengan kaku, tubuhnya menegang kala Veux mwngetahui inisial dari musuh Peux.

"Ada apa boy?"

Ceux nampak tersentak saat Peux menepuk pundak kirinya. Lalu menggeleng untuk menjawab.

Tanpa menjawab apapun, Ceux langsung saja duduk kembali ke sofa dan memangku laptop nya kembali.

Cellou Sialan!

Badebah kau Cell!

Cellou Bastard!

Tak akan ku ampuni kau Cell!

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang