• 0.5

8.5K 422 4
                                    

Setelah perdebatan yang cukup rumit dan menguras tenaga mereka, kini mereka tengah tertidur di sunyinya sore. Bahkan saat Peux dan Poix datang, mereka terkejut menemukan ketiga anak mereka tengah tertidur dengan kondisi yang tidak elit.

"Apa kamu sudah makan boy?" Tanya Peux yang berjalan mendekati Veux yang tengah membaca Buku novel

"Belum" jawab Veux santai

"Makan dulu, papa suapi"

Veux menatap Poix horror, lantas menutup buku novelnya dan berkedip beberapa kali untuk menghilangkan rasa canggungnya

"Lebih baik aku tidur" ujar Veux

"No!, sekarang buka mulutmu"

Poix kembali menarik tangan Veux yang handak tiduran. Lalu mengambil mangkuk bubur di nakas samping brankar Veux.

"Aku muntah jika makan"

Peux menatap Poix bingung, seperti meminta penjelasan lebih detail. Bukannya menjelaskan, Poix hanya tersenyum tipis.

"Tadi kamu makan coklat kan? Apa muntah?"

Veux menggeleng. Tapi jujur rasanya perutnya sangat tak bisa di ajak kompromi, seperti di remas-remas.

"Kamu mau pulang tidak?"

"Mau" jawab Veux memelas

"Jika begitu makan"

"Apa jika aku makan, besok boleh pulang?" Tanya Veux

Poix mengangguk lalu menyuapkan sesendok bubur pada Veux tanpa ada tolakan dari sang empu. Namun sedetik kemudian Veux mencabut infusnya dan berlari ke kamar mandi.

Bahkan sekarang para kakaknya yang tengah tertidur pulas pun terperanjat kaget saat mendengar Veux muntah di kamar mandi.

"Baby kenapa?" Tanya Jeux khawatir

"Tenanglah, itu hanya efek dari lambungnya yang luka, hingga sulit menerima makanan masuk" jawab Poix menenangkan

Aux menyusul Veux ke kamar mandi dan memijat tengkuknya, namun Veux melarangnya. Alhasil Aux hanya berdiri di belakangnya menunggunya tanpa rasa jijik.

"Apa sudah cukup?" Tanya Aux

Veux mengangguk kecil, ia kembali berjalan je arah brankar dengan diikuti oleh Aux dari belakang. Namun seketika ia berjongkok dengan meringis ngilu, membuat mereka semua kalang kabut.

Aux langsung saja memanggil dokter spesialis dalam, saat melihat bayangan dokter tersebut berjalan melewati ruang inap Veux

"ARNOLD!"

Wth!-batin Arnold

Dokter bername tag Arnold Sirait pun tersentak, lalu bergegas ke ruangan Veux. Dokter tersebut terdiam sebentar mencoba memahami keadaan.

"Apa yang kau lakukan di sana bodoh!? Adikku kesakitan!" Bentak Aux

Arnold mengangguk, lalu pergi mengambil beberapa keperluannya untuk menghadapi tuan mudanya yang usah di atur itu.

Saat Arnold kembali, mereka menatap Arnold tajam seperti siap menguliti Arnold hidup-hidup. Namun Arnold mengacuhkan itu, ia fokus kepada Veux.

"Apa tuan muda mau sandwich?" Tanya Arnold memperlihatkan satu buah sandwich di dalam box-nya

"Boleh?" Tanya Veux

"Tentu saja tuan, silahkan di ambil" jawab Arnold sopan

Veux langsung saja menyambar sandwich itu, bahkan memakannya sampai habis. Arnold menyuntikkan obat pereda nyeri pada selang infus Veux tanpa mereka sadari. Bahkan infusnya sudah terpasang di punggung tangannya.

"Saya permisi tuan" ujar Arnold

Aux mengikuti Arnold keluar ruangan, seperti membicarakan hal yang penting. Di sisi lain, kelima orang yang di dalam ruangan Veux pun masih membeku melihat kejadian langka tersebut.

Bagaimana bisa seorang Veux yang tidak pernah memakan pemberian orang sekarang menjadi Veux yang berbeda. Bukan karena rakus, hanya saja Veux tergoda dengan tampilan box sandwich tersebut.

"Lebih baik baby istirahat, nanti dokter Arnold akan kembali dalam dua jam kedepan" ujar Aux yang baru saja masuk

Mereka tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum manis kepada Veux yang tengah menatap mereka tak berekspresi.

Veux menuruti perintah Aux, ia tidur saat matanya terasa sangat berat, bahkan bisa dihitung dalam hitungan menit. Setelah Veux benar-benar tidur, Aux dengan cepat menceritakan kepada keluarganya.

"Dad, Pa. Sebenarnya--

{Flashback}

Arnold keluar dari ruangan inap veux lalu bergegas kembali ke ruangannya. Arnold mengambil botol pipih panjang dengan obat bubuk di dalamnya, lalu pergi ke area dapur

"Permisi Chef, apa bisa buatkan saya Sandwich higenis untuk tuan muda?" Tanya Arnold pada koki dapur tersebut

"Tentu saja dok, sebentar saya buatkan" jawab chef tersebut dengan cepat

Saat hampir selesai, tinggal menambahkan mayonaise di atas sayuran, Arnold audah dulu mencegah chef itu.

"Akan saya campur vitamin, chef" tahan Arnold

Chef hanya mengangguk, lalu mengambilkan wadah kecil. Chef itu menuangkan mayonaise secukupnya, di lanjut dengan Arnold yang menambahkan isi dari botol yang ia bawa dari ruangannya itu sedikit, lalu ia aduk.

"Sudah dok?" Arnold mengangguk

Chef memindahkan mayonaise dari wadah ke plastik segitiga kecil, lalu di tambahkan ke atas sayuran tersebut dan menutupnya dengan roti lagi.

"Ini chef"

Arnold mengangguk lalu memasukkan botol tersebut ke dalam saku jas nya, dan mengambil box sandwich tersebut.

Arnold langsung saja memberikannya pada Veux. Bahkan ia sudah memasangkan kembali infus dan menyuntikkan obat pereda nyeri pada selang infus Veux.

{Flashback off}


"...begitu ceritanya"

Mereka hanya mengangguk sebagai jawabannya, jujur mereka bingung dengan tindakan Arnold yang terbilang handal.

"Kita harus menuruti apa yang ingin ia makan"

"Hah!?"

Mereka terkejut mendengar perkataan dari Aux yang terbilang sulit, bagaimana jika Veux meminta yang aneh-aneh?

Next-_->>>

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang