Di malam yang tenang ini, semua orang yang tengah di ruangan putih tersebut duduk dengan menggosok tangannya, bahkan mereka seperti sedang di kutub.
Sedangkan sang pasien tengah santai duduk bersandar pada kepala brankar dengan bermain video game yang baru dibelikan Zee untuk kedua kalinya.
"Veux, ini suhunya berapa? Dingin sekali"
Veux mendongak lalu tertawa kecil, "santai kakak, hanya aku turunkan 10°c saja" ujarnya tenang
Mereka melotot dengan mulut menganga tak percaya sampai tak bisa berkata-kata lagi mendengar jawaban itu. Bahkan Veux tidak terasa dingin sama sekali.
"Ini sangat dingin Veux" tegur Ceux
Veux menggeleng lucu, "keluar jika dingin"
Mereka saling menatap, bahkan Faux seperti membisikkan sesuatu pada Aux, sampai Aux tersenyum licik.
"Nanti kalo kamu demam bagaimana? Tidak jadi pulang dong"
Veux termenung sebentar, lalu menggeleng. Mereka dibuat bingung dengan tingkah Veux.
"Jangan kira aku tidak ingin pulang, tapi sepertinya kalian yang harusnya pulang ke Italia"
Mereka tertegun mendengar ucapan Veux yang mungkin seperti ramalan yang memang akan terjadi. Mereka akan kembali ke Italia untuk beberapa Minggu.
"Tidak bisa menjawab bukan, lebih baik kalian pergi sekarang"
Mereka menoleh dengan kaku, menatap Veux yang masih tetap bermain video game dnegan tatapan kosong.
"Baby boy, kami memang akan kembali, tapi tidak dengan kakakmu Ceux. Dia akan tetap di sini" ujar Peux
Veux mengangguk tapi sekejap saja ia mendongak seperti ada yang salah.
Televisi di sana menyala memperlihatkan berita pembunuhan sadis yang belum bisa terkuak, bahkan kasus tersebut sudah di tutup.
Kami dari stasiun televisi xxx mengabarkan bahwa adanya pembunuhan sadis dengan motif yang belum bisa di jelaskan. Pelaku belum bisa di temukan, dan kasus ini sudah ditutup oleh pengadilan hukum. Latar belakang di balik pembunuhan tersebut adalah balas dendam.
Veux langsung saja mematikan televisi tersebut, dan kembali bermain game. Tatapan seluruh orang di sana sangat dingin.
"Bisa kita jelaskan Veux?"
Veux mendongak, "bisa kita pulang?"
Aux berdiri, melepas infus dan nasal adiknya. Mereka membantu Veux untuk berganti pakaian, dan pulang. Mudah bagi seorang pemilik rumah sakit uang bisa keluar dan masuk tanpa ijin.
+.+.+
Sesampainya di mansion, sudah ada Nicky dkk, dan juga Rion. Mereka sudah duduk di ruang tamu dengan hening.
"Baiklah anak-anak, bisa kalian jelaskan berita tadi sore?"
Mereka semua mendongak, bahkan Veux kini tak bisa melakukan apapun, pergelangan tangan kirinya di cekal kuat oleh Peux.
"Berita apa?"
Mereka menatap sinis orang yang bertanya itu.
"Tidak usah berpura-pura tidak tau Nicky!" Ketus Jeux
Glek
Mereka ingin mati saja jika begini, namun mereka menjadi semangat menghadapi situasi karena ada Veux yang terlihat sudah baikan.
"Berita tentang pembunuhan Digo Arion" ujar Veux santai
Mereka semua menatap pada Veux bahkan temannya menatap Veux bingung.
"Kasus itu sudah di tutup oleh Daddy ku, dan sebentar lagi berita itu akan hilang" sahut Nicky datar
Mereka berganti menatap Nicky bingung, seperti ada yang disembunyikan.
"Jadi kalian yang membunuhnya?"
Veux dkk menatap Aux tanpa ekspresi, namun sekejap saja teman mereka membuang pandangan ke bawah.
"Iya, kami yang membunuh"
Damn!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Teen FictionBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...