Wellcome to my new life, Veux~
-Veux-🌞
Pagi ini, ruangan yang biasanya sepi kini menjadi kacau. Mulai dari suara tangisan, teriakan, bentakan dan bahkan isakan dari mulut Veux.
"Dad, pulang ya" Ujar Veux yang masih terisak
Peux sampai memijit Pangkal hidungnya, ia sampai pening menghadapi Veux yang merengek ingin pulang.
Sedari tadi baru saja bangun, sampai di tinggal bekerja oleh kedua kakaknya, ia tetap meminta untuk pulang.
"Boy, dengarkan Daddy... Besok saja ya pulangnya, besok Daddy belikan Maccarone kesukaanmu" bujuk Peux kesekian kalinya
"No Daddy! Aku ingin pulang sekarang" kukuhnya
"Tapi boy--"
Sheett
"Ayo pulang"
Ucapan Peux terpotong saat suara lain datang memotong perkataannya dengan santai tanpa raut wajah berdosa. Bahkan ia mengajak adiknya untuk pulang. Drama apalagi ini Tuhan!?
"Ceux" tegur Peux
Ceux hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai jawabannya, ia tak faham kenapa mereka sering sekali membuatnya bingung.
Ceux pulang saat mendapat kabar jika adiknya masuk ke rumah sakit, dan sekarang bersih kukuh untuk diijinkan pulang oleh Daddynya
"Kenapa kamu memberikannya ijin untuk pulang? Dia belum sehat sepenuhnya, Ceux" ujar Peux sedikit ditekan
"Biarkan dia pulang Dad, dia juga bosan di sini" jawab Ceux datar
Ceux keluar ruangan untuk memanggil dokter Arnold. Ceux sudah dulu berkompromi dengan dokter Arnold.
"Anda sudah diijinkan pulang, tuan muda" ujar Arnold yang selesai memeriksa Veux
Peux justru melirik Arnold dengan tatapan membunuh. Arnold sampai tergidik ngeri.
"Jika ada keluhan bisa kabari saya, permisi"
Sebelum Arnold keluar, ia sudah dulu menyalami Ceux dengan botol obat kaca, bukan hanya satu, tapi tiga
"Setiap pagi sesudah sarapan" Ceux mengangguk faham atas bisikan Arnold
Ceux dengan cepat memasukkan tiga botol kaca itu ke saku jas dalamnya, lalu menepuk pundak Peux sekilas. Seakan faham, Peux pun mengambil pakaian bersih untuk Veux.
Setelah selesai, Peux langsung menggendong Veux ala koala. Diikuti oleh Ceux dan Jack di belakangnya. Ceux sendiri sudah mengabari para adik dan juga papa nya agar cepat pulang ke mansion.
Setibanya di mansion, Veux langsung di kurung di kamar. Bagaimana tidak? Pintu balkon dan pintu kamar di finger print, dan tak ada yang bisa membukanya kecuali mereka berenam.
Di mansion itu hanya ada tiga orang. Ceux tidur di kamarnya, sedangkan Peux dan Veux masih terjaga. Sebenarnya Peux hanya menemani Veux sebentar, namun berhubung rapatnya batal, ia mengurungkan niatnya untuk keluar kamar.
Sudah bisa di pastikan jika Veux akan selalu di awasi oleh enam iblis setiap waktu, setiap detik sekalipun. Mereka tak membiarkan Veux sendirian.
Bahkan sekarang saja mulut Veux sudah terasa tak nyaman. Biasanya ia akan menghirup Asap berasa, namun sekarang ia harus di awasi oleh mereka. Ingin rasanya ia keluar hanya untuk sekedar menghirup Asap berasa, namun itu sangat tidak mungkin.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Peux yang memang menemani Veux menonton film kotak kuning berongga
"Waffle red-berry, dad" jawab Veux berbisik
Peux mengangguk lalu memerintahkan Jack lewat pesan di iPad nya. Belum juga pesanannya datang, Veux sudah dulu tertidur saat Peux membelai rambutnya dengan halus.
"Permisi tuan--"
Sssttt!
Jack langsung bungkam. Netranya menangkap tuan mudanya sedang tertidur pulas. Oh, ia baru menyadari hal itu. Lantas menaruh box makanan itu di samping nakas meja ranjang, dan keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Teen FictionBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...