• 0.1

15.4K 657 2
                                    

Tit tit !

Tit tit !

Tit tit !

Jam weker digital terus berbunyi sampai jarum jam panjang bergeser ke arah kiri, namun tak ada pergerakan pun dari remaja yang masih terlelap tidur menjelajah alam mimpinya tersebut.

Hingga 30 menit, jam digital tersebut masih saja berbunyi, sampai akhirnya remaja tersebut bangun dari tidurnya.

Eunghh

Tit !

Tangannya mematikan jam weker digital tersebut, namun tubuhnya masih menggeliat dan merengkuh tak nyaman. Tangan kirinya meraih ponselnya di samping kanannya, melihat notifikasi masuk. Bisa dilihat jika ada panggilan dari Nick, salah satu temannya.

"Apa Nick?"


                           "Apa kau baru bangun? Ini sudah siang"

"Iya, maaf"

Panggilan diputus sepihak oleh Veux sebelum mendengar sumpah serapah temannya di pagi hari yang sejuk ini. Veux bangkit dan duduk guna mengumpulkan nyawa sejenak, sebelum beranjak untuk mandi.

Pakaian kasual dan sepatu Converse membuat perpaduan yang unik. Tangannya menyambar kunci motor kesayangannya yang berada di atas nakas meja kamarnya, dan keluar kamar untuk pergi ke cafe.

Motor biru metalik yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya sendiri dan dengan tambahan dari uang yang ia hasilkan dari balapan.

Saat sampai di depan cafe, netranya menangkap segerombol remaja yang duduk dengan bersenda gurau tanpa makanan di meja membuatnya mengernyitkan bingung. Langkahnya mendekati mereka dengan tatapan datar.

"Kalian tidak sekolah? Atau membolos?"

Mereka tersentak ketika mendengar suara yang tak asing di pendengaran mereka. Sedikit halus namun terdengar datar.
Mereka semua lantas menoleh guna melihat orang yang bertanya tersebut.

"A-attali? K-ka-kau di sini?"

Veux Memicingkan matanya dengan senyuman tipis, yang menurut mereka itu sangat menakutkan. Melihat reaksi Veux membuat nyali mereka menciut.

"Jika ada orang bertanya itu di jawab, jangan bertanya balik"

Mereka menunduk takut, nyali untuk berbicara mereka seketika menciut, mendengar perkataan Veux yang terlampau datar.

"I-itu, kami tadi terlambat, jadi di suruh pulang" jawab Nicky

Veux tersenyum tipis, lalu duduk di samping Remond. Pandangannya masih menatap luar.

"Sekolah. belajar untuk bekal nanti" ujar Veux secara tiba-tiba membuat atensi mereka menatap Veux bingung

"Lihat mereka yang diluar, banyak yang membutuhkan uang dan tempat tinggal yang layak, serta pendidikan yang layak"

"Jangan sia-siakan waktu kalian hanya untuk bersantai" sambung Veux

Semua teman Veux di sana hanya menunduk, jujur mereka merasa bersalah telah keluar dari sekolah hanya karena membolos.

"Maafkan kami Al, besok kami tidak akan membolos lagi" ujar Bram

"Baiklah, jangan ulangi lagi" jawab Veux santai

Hening

Tak ada satupun orang yang angkat bicara, mereka masih tetap dalam pendirian mereka. Begitupun dengan Veux yang duduk dengan menghadap luar jendela.

Dor !

Pyarr !

"AL!"

Sasaran yang sangat tepat. Veux masih santai menatap orang itu yang juga masih tak bergeming.

"Menarik"

Bukannya takut, Veux justru mendekati pria itu. Mengabaikan darah dan juga temannya yang khawatir.

Semua pengunjung cafe dibuat heboh, namun Nicky memberitahu agar tetap diam di tempat.

"Kau ingin bermain-main denganku, badebah?" Ujar veux yang berjalan mendekati pria tersebut

Anehnya, pria itu justru berdiri  tegak tanpa rasa takut melihat korbannya mendekati dirinya. Oh ayolah semua orang ketakutan melihat itu.

"Memangnya apa yang kau bawa? Apa kau membawa senjata? Cih" pria itu berdecih meremehkan di depan Veux

Veux hanya tersenyum miring mendengar itu, ia membawa senjata, namun tidak ia perlihatkan yang sebenarnya.

"Lionel Andres... Seorang psikopat pecandu narkoba yang mengincar putra bungsu keluarga Fabregas, yang konon katanya kebal terhadap tembakan serta senjata apapun. Apa itu benar, Tuan Lionel?" Tanya Veux dengan mengintimidasi

Lionel sendiri hanya tersenyum, senyum iblis yang ia tunjukkan. Lionel sepertinya salah sasaran kali ini, namun tetap nekat.

"Sudah 16 tahun aku mengincar dirimu, dan kali ini tidak akan aku sia-siakan kesempatan ini" Jawab Lionel

"Dan akan aku kembalikan 16 tahun mu itu dalam satu kesempatan"

Aura menyeramkan menyelimuti sekitar mereka, dan tanpa mereka sadari ada banyak orang yang menyaksikan itu dari kejauhan.

Bhusss !

Bruk !

Satu tembakan peluru misterius menembus dada kiri bertepatan dengan jantung Lionel. Saat itu juga Lionel tewas di tempat tanpa ada darah yang mengalir.

Veux berbalik dan tertawa kecil. Lantas menelfon polisi untuk membersihkan TKP. Veux menjadi saksi atas tindakannya, namun tidak tertahan di sel karena tak ada yang berani menahannya di sel penjara.

^_^See u >>>

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang