•0.19

2.7K 181 0
                                    

"Maafkan kami tuan muda, kami hanya menjalankan perintah dari tuan besar, dan-"

Dor!

"TUAN MUDA!"

"VEUX!"

"AL!"

.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.

Tubuh Veux limbung seketika saat mendapatkan serangan mendadak dari belakang kerumunan bodyguardnya.

Terdengar di telinganya jika mereka meneriaki namanya saat tubuhnya cegah oleh Jack saat hampir menyentuh ubin dingin tersebut.

Darah segar mengalir dari dada kiri Veux, untung saja tidak tepat di area jantungnya, namun tetap saja mereka panik.

Mereka semua membawa Veux ke rumah sakit, dan suasananya sangat mencengkeram. Bahkan hanya sebuah iklan jika terlihat beberapa suster, dokter yang berlarian keluar masuk ruangan dimana Veux berada sekarang.

"JACK!"

Mereka terhenyak mendengar suara nyaring tersebut, bahkan Jack sampai ketakutan.

"Apa yang terjadi dengan putraku!?" Tanya Peux yang mencengkram kerah kemeja hitam Jack

"Ma-maafkan kelalaian kami tuan, tadi ada seseorang yang menembak t-tu-tuan muda dari belakang, bahkan tanpa ada yang menyadarinya" jawab Jack gemetaran.

"Cari pelakunya sekarang, atau nyawamu yang akan menjadi taruhannya" Peux menyentak tangannya yang mencengkram kerah kemeja Jack hingga Jack mundur satu langkah ke belakang.

"Ba-baik tuan" jawab Jack

Kepergian Jack dan bodyguard lainnya membuat suasana menjadi tegang. Bahkan para dokter dan suster belum bisa memastikan apapun mengenai keadaan Veux sekarang.

Setelah berjam-jam mereka menunggu hasil dari dokter, akhirnya beberapa dokter dan suster keluar dengan raut wajah yang lega.

"Bagaimana keadaan putraku?" Tanya Peux to the point

"Syukurlah keadaan tuan muda sudah baik tuan, tuan muda melewati masa kritisnya setelah berjuang keras untuk hidup. Hanya menunggu tuan muda sadar" jawab dokter tersebut

Tak perlu menjelaskan apapun lagi, dokter tersebut lalu mengangguk seperti memberi kode terimakasih kepada dokter lainnya, sehingga dokter lainnya pergi berpencar. Dokter tersebut kembali masuk bersama para perawat laki-laki untuk memindahkan brankar Veux ke ruang inap.

Sampai saat ini, mereka, teman Veux sudah kembali karena di usir oleh Faux yang melihat Nicky di sana juga.

Jari pucat nan putih itu bergerak, dan netranya mulai mengerjap perlahan.

Semua atensi mereka mengarah pada Veux, bahkan mereka mendekat ke arah brankar Veux.

Peux duduk di kursi samping brankar putih tersebut, tangannya menggenggam tangan pucat putra bungsunya yang sangat dingin.

"Daddy, ini dimana?" Tanya Veux serak serta lirih bahkan sampai tak terdengar

"Di rumah sakit, boy" jawab Peux

Sekarang beralih pada Aux yang baru saja berpindah tempat menjadi di kiri brankar adiknya dengan menyingkirkan rambut adiknya yang menutupi bagian mata Veux.

"Apa ada yang sakit?" Tanya Aux

Veux mengangguk, namun tak bisa menunjukkan letak rasa sakitnya, karena keadaannya yang lemah bahkan untuk menggerakkan tangannya saja susah.

"Kakak tau letak rasa saki tmu itu, sabarlah baby, nanti juga akan sembuh" ujar Aux yang halus membuat Veux mengangguk

Tangan kanannya merasa ada yang aneh, saat ia menoleh mendapati Daddynya yang tengah membaluri telapak tangan sampai punggung tangannya dengan minyak telon, dan yang satunya juga.

"Rasanya sakit ya kak"

Huh?

Kakak? Orang yang di panggil kakak oleh Veux pun terkejut dan mengalihkan atensinya pada Veux, namun tidak bisa menjawabnya

"Sakit bagaimana boy? Nyeri atau apa?" Tanya Poix yang baru saja datang

"Nyeri, tubuhku serasa mati rasa, sulit di gerakkan, Pa" jawab Veux lirih

Mereka terdiam cukup lama. Bahkan mereka tidak pernah membayangkan jika seorang pembunuh merasakan sakit melihat bungsu yang sangat mereka sayangi hampir tewas di tangan orang lain.

"Dad" panggil Veux lirih

Peux menoleh, "ada apa boy?"

"Pulang ya"

"Hah!?"

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang