• 0.36

1.3K 107 2
                                    

"Iya, kami yang membunuh"

Damn!

Bagai panah yang melesat mengenai jantung mereka, detak jantung mereka serasa mati tak berdetak.

Hening menyelimuti mansion Fabregas, angin seperti badai yang menghantam mereka semua.

Prok

prok

prok

Tepukan tangan Peux membuyarkan renungan mereka, bahkan tak ada yang berani menahannya.

"Kejutan yang menarik, anak-anak"

Veux terlihat menoleh kaku ke arah Daddynya yang secara tidak langsung memujinya, bahkan sekarang Nicky berdiri dengan pandangan tertuju pada Peux.

"Apa maksud Daddy?"

Peux langsung berbalik badan ke arah Veux, tangan kanannya mencengkeram kuat dagu Veux.

"Siapa yang mengajarimu untuk membunuh orang Veux!?"

"Tidak ada, tapi dia membunuh Mommy dan juga mama ku!" Tegas Veux

Plak!

Peux yang sudah terlanjur tersulut amarah pun menampar pipi kiri Veux, hingga Veux terhuyung dan tersungkur.

"Aku tau aku salah Daddy, maafkan aku, tapi dia memang telah membunuh mommy ku!"

Jack melangkah mendekati Peux untuk memberikan berkas laporan yang memberikan informasi bahwa apa yang dikatakan Veux itu memang benar adanya.

"Ini tuan" Jack memberikan Berkas pada Peux

Peux membaca dengan sangat teliti, bahkan ada beberapa yang melibatkan Nicky.

Tap

Tap

Tap

Mereka menoleh mendengar suara langkah kaki yang terdengar sangat gagah dan arogan.

Pria jangkung dengan postur tubuh gagah dan arogan, rambut tersisir rapi, dan pakaian jas yang lengkap.

Dia adalah Edrick Hayden, Daddy dari Nicky, bahkan sekarang Nicky terlihat menggenggam tangan Veux dengan erat.

"Bagaimana buktinya Peux?"

Suara berat itu membuat senyuman tipis di bibir Peux. Bahkan Poix sekarang berjalan mendekat ke arah Peux.

"Terbukti, dan Nicky terlibat di dalamnya"

Veux berganti mencekal pergelangan tangan Nicky yang hendak pergi saat Edrick berjalan ke arah mereka.

"Nicky! Apa kamu tidak ingin memeluk Daddy mu ini?"

Nicky menggeleng kaku pada Veux namun Veux memasang wajah datarnya.

"Nicky, apa kamu tidak mendengar ucapan Daddy?"

Veux tersenyum pada Nicky, ia mengangguk menyuruh Nicky mendekat pada Edrick, namun sepertinya Nicky masih takut.

"Pergilah Nick, tempatmu bukan disini" bisik Veux

Nicky beralih menatap Daddynya yang sudah berdiri di sampingnya, dengan tatapan yang sedih.

"Aku tidak mau kembali ke italy!"

Entah kesal, geram, atau sengaja, Veux mendorong punggung Nicky hingga berada di dekapan Edrick.

"Apa kau akan menetap disini, Ed?" Tanya Poix

"Iya, sesuai keinginan putraku" jawab Edrick

Veux baru ingat jika ada temannya yang lain di sana, "kalian kembalilah ke basecamp, tidak ada apapun" ujarnya

Temannya pun hanya mengangguk dengan terpaksa, dan memilih untuk kembali ke basecamp daripada melihat para mafia yang kejam di depan mereka.

Setelah itu, Veux memilih untuk pergi ke kamarnya, mengganti finger print menjadi password dan menguncinya.

Pakaian yang sebelumnya ia kenakan sekarang sudah tergeletak di lantai. Ia menatap tubuhnya yang polos dengan dua bekas luka di dada kiri dan juga perut samping bagian kiri.

"Misi kita belum selesai, Al" gumamnya dengan senyuman misterius

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang