Baru kali ini, Seorang Zee Charlie merasa takut akan kehilangan.
Rasanya ia tak rela membagi Veux pada siapapun juga, cukup dengan keluarganya.
Ditambah ia mendapat info dari Dante mengenai kembalinya 'mereka' dari Ceux.
Ruang kerjanya sekarang menjadi seperti kapal pecah, tak ada keseimbangan antara emosi dan juga peredam dirinya.
Drrttt...
Drrttt...
Halo?
Apa kau tidak akan kembali?
Pasti, tapi tidak sekarang
Lakukan semau mu, jangan libatkan ruang lingkup keluarga Veux
Itu yang sedang aku lakukan sekarang
Baiklah, sampai jumpa
Hm
Zee keluar ruangan kerjanya dengan tergesa-gesa, bahkan Dante hanya mengikutinya
"Pesankan tiket ke Prancis, kita kembali sekarang"
"Baik tuan" jawab Dante cepat
+.+.+
Keadaan di ruang inap Veux terkendali, hanya ada ketenangan di sana.
Ceux ikut tertidur di sofa panjang setelah ia selesai menyelesaikan pekerjaan dia mendapati adiknya yang sudah terlelap tidur dengan wajah damainya.
Hari sudah mulai malam, satu persatu anggota keluarga datang dan sudah memakai pakaian semi-formal.
Dan lagi, mereka dibuat terkejut melihat Veux membaca begitu banyak memo dari orang asing.
"Dari siapa?"
Veux mendongak, merentangkan tangannya pada orang yang bertanya.
Jeux mengutip setiap memo yang berada di atas selimut Veux agar tidak berserakan.
Kini Veux tengah menikmati nyamannya di gendongan sang Daddy. Walaupun tangan kirinya terpasang infus, ia tetap bisa memeluk leher Daddynya.
Poix juga ikut adil dalam kesempatan itu, ia menyuapkan bubur yang masih hangat pada Veux, dan anehnya tanpa penolakan dari Veux sendiri.
Dan beralih pada Aux yang kini mencampur obat untuk Veux, ia yakin jika Veux tidak ingin meminum obat.
Sedangkan Faux kini tengah memasang kaos kaki dan sarung tangan berbulu dengan hiasan Winnie the Pooh, salah satu kartun kesukaan adiknya.
Ceux masih tertidur, ia lelah bekerja sedari pagi belum benar-benar bisa dikatakan pagi, sampai siang yang panas.
Jeux memeriksa setiap memo yang tadi di baca adiknya, ia semakin yakin jika ada kejanggalan di sini.
"Udah pa, kenyang" keluhnya
Poix terkekeh geli melihat ekspresi keponakannya yang begitu menggemaskan.
Dilanjut oleh Aux yang memberinya minum, berupa susu putih.
"Kakak, kapan aku bisa pulang?"
"Hm?" Aux seperti orang telmi saat Veux bertanya seperti itu.
"Kapan aku bisa pulang kak?" Ulangnya
"Beberapa hari lagi, okay. Sekarang kamu harus istirahat agar cepat pulang dan sekolah kembali" jawab Aux
Veux mengangguk lalu menyerahkan kembali gelas susu yang telah kosong pada Aux, dan memeluk leher Daddynya. Veux menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Daddynya, dan mulai nyaman, hingga terdengar sapuan nafas yang teratur.
"Tidur?" Bisik Faux
Peux mengangguk, ia dengan hati-hati membaringkan tubuh ringkih itu di atas brankar kembali dan menyelimutinya.
Cup
"Sleep well baby boy, have a nice dream"
Mereka juga melakukan hal yang sama sebelum mereka melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda.
Ceux merengkuh tak nyaman, ia bahkan berganti posisi menjadi tengkurap, Peux bahkan dibuat terkejut dengan hal tersebut.
"Sleep well boy" ujar Peux yang mengecup pipi Ceux yang terlihat berisi.
Kapan aku bisa melakukan hal itu pada Veux!?. Batin seseorang secara serentak
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Fiksi RemajaBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...