0.51

1.1K 86 0
                                    

"Darimana kamu tau?" Tanya Gareth

Veux mendongak lalu tersenyum manis sekilas dan kembali ke atensi semula. "Dia adalah orang yang aku temui di kota lama"

"Apa!?"

Veux bahkan sampai menutup mata dengan kedua tangan memupuk kedua telinganya. Suara mereka berdua sungguh membuat telinganya dalam bahaya.

"Apa? Kenapa kalian berteriak?" Tanya Veux saat melepaskan tangannya dan menatap mereka bingung

"Dimana kau bertemu dengannya tadi?" Ulang Gareth

Veux memutar bola matanya jengah, "Kata Mommy dulu, jika ada yang bertanya harus di jawab terlebih dahulu bukan bertanya lagi"

Gareth nampak tersenyum tanpa sepengetahuan dari Zee, "Baiklah, maafkan aku"

Zee langsung saja melotot saat melihat Gareth berjongkok di depan Veux dengan meminta maaf.

Apa dia sudah gila?. Pikir Zee

Tak lama Zee tersadar dari rasa terkejutnya, "baiklah-baiklah, kami tadi hanya refleks" jawab Zee

Veux nampak tersenyum pada Gareth yang juga tersenyum tulus padanya. "Di kota lama, sekitar taman belakang gedung no.5"

"Apa yang ia katakan padamu?" Tanya Zee

Veux menggeleng, "Dia hanya memberikanku kalung salib berwarna perak" jawabnya

"Sudah kuduga ia mempunyai niat terselubung" gumam Zee

Gareth mendongak sekilas pada Zee, lalu berdiri mendekati Zee, "apa maksudmu?"

"Dia tidak akan berhenti untuk mendekati Veux, walaupun ia sekarang sedang dalam skandal kasus" jawab Zee datar

Gareth nampak tersenyum licik, "Aku tidak ingin membahas itu, aku hanya ingin dia bekerja sama untuk menghancurkan Dion"

Zee menoleh dengan alis tertaut, "apa maksudmu? Apa kau mempunyai masalah dengan pecundang itu?"

Gareth nampak mengangguk, "Dia menghancurkan dua cabang perusahaan ku"

"KAKAK!"

Mereka terkejut mendengar teriakan Veux, bahkan tak hanya itu, Mereka seperti orang linglung melihat Veux berlari melewati mereka.

Seperti masih loading, mereka masih melihat pintu kamar yang sudah terbuka, dan suara lift yang terbuka.

Mata Zee dan juga Gareth terbelalak melihat siapa yang baru saja lari melewati mereka dan bahkan berteriak.

"VEUX!" Seru mereka

Mereka bahkan menekan tombol lift dengan cepat, mereka seperti sedang mengejar pencuri yang baru saja kabur.

Sampai di lantai dasar, mereka melihat Veux yang memeluk Ceux dengan sangat erat.

Tunggu! Ceux!? Kapan dia kembali dari Austria!?. Pikir Zee

Mereka berjalan ke arah Ceux dan juga Veux. Ceux yang semula mencium ujung kepala adiknya pun langsung mendongak.

"Kapan kau kembali dari Austria, Ceux?"

"Austria?" Sahut Gareth

Ceux hanya mengangguk kecil, "Kemarin malam" jawabnya

Ceux berganti menatap Gareth dari atas sampai bawah, "Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Ceux

"Aku mencari informasi tentang Lesson, tapi adikmu sudah tau terlebih dahulu"

Ceux mengerutkan keningnya, "Veux?"

Veux mendongak, "Aku bertemu dengan pemuda berambut hitam dengan ombre hijau lemon di kota lama, bukankah itu Lesson?"

Hening

Ceux tak bisa mengelak lagi, ia tau adiknya baru saja di berikan kalung salib yang sebenarnya sudah ada alat pelacak kecil di tengah salib nya.

"Jawab kakak"

Ceux tersadar lalu mengangguk cepat karena refleks, "Jangan dekati dia, Baby"

Veux hanya mengangguk, "Pulang kak"

Suara deheman dari Gareth membuat mereka menatapnya bingung, bahkan Veux menoleh.

"Apa kau tidak mengenalku Boy?"

Mereka tau siapa yang sedang di tanya oleh Gareth. Dia adalah Veux. Namun Veux masih diam.

"Kau tadi menyebut nama ku, Veux"

Veux mencoba mengingat nama dari iblis di depannya, "Gareth?"

Gareth mengangguk lalu tersenyum, "Gareth Liong"

Veux nampak terkejut mendengar nama marga dari Gareth. Marga yang tak asing baginya, namun terasa asing.

"Kau yang memberikan hadiah berupa iPad keluaran terbaru dengan earphone berwarna ungu?"

Gareth mengangguk Cepat, "benar, itu aku" jawabnya

"Orang gila" Sarkas mereka

"Aku masih waras" bela Gareth

"Seharusnya kau di rumah sakit jiwa bukan di sini!" Ketus Zee

"Kau yang seharusnya di rehab, bukan diriku!"

Bungkam

Bahkan Veux sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, bahkan Veux hanya memandang mereka datar.

"Dasar anak kecil"

"Apa katamu!?" Sahut mereka berdua kompak

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang