Setelah penolakan dari mereka berenam, kini Veux tengah menutup matanya untuk sekedar istirahat, karena semua orang sudah pergi ke kantor.
Ceklek
Pintu di buka oleh seseorang, namun Veux mencoba tetap tenang dan masih menutup matanya, ia menajamkan telinganya.
"Kami tau jika tuan muda tidak tidur, kami mohon buka mata anda, karena kami ingin membicarakan sesuatu yang penting" ujar orang tersebut
"Tuan muda"
Veux mengangguk lemah, namun netranya masih menutup. Orang tersebut menghela nafas berat.
"Baiklah tuan muda, kami kesini karena tuan khawatir pada anda" Veux mengangguk lagi
"Dan tuan... Tuan Zee mengirimkan anda hadiah"
Veux membuka matanya dengan perlahan, netranya menatap lekat kotak besar berwarna biru yang berhias pita besar.
"Tidak, terimakasih" jawab Veux lirih
Mereka saling menatap sebelum mereka berkeringat dingin mengingat ancaman dari tuan mereka.
"Ma-maaf tuan, apa anda tidak suka hadiahnya?"
Veux menyipitkan matanya, "kenapa memangnya?" Tanyanya balik
"Tu-tuan kami mohon, terima hadiah dari tuan Zee"
Veux tak terlalu memperdulikan mereka yang masih memasang wajah memohon.
"Apa ancamannya?"
Mereka mendongak menatap Veux bingung, namun kembali menundukkan kepalanya.
"Jika anda tidak menerima Hadiahnya, kami akan kehilangan nyawanya kami"
Jari telunjuk Veux menunjuk kursi samping brankar nya yang kosong. Mereka mendongak lalu mengikuti arah telunjuk Veux
"Letakkan di sana, sampaikan rasa terimakasih ku padanya" ujar Veux lirih
"Baik tuan"
Dante menaruh kotak besar berpita itu di kursi single.
"Kami permisi tuan muda" Veux mengangguk
Mereka pun pergi dari ruangan itu, sekarang hanya ada Veux dan Kado dari Zee gila itu.
Sore harinya, Veux merasa jika sedari tadi pagi sampai sore ada seseorang yang mengawasinya secara bergantian.
Ceklek
Atensinya teralih saat seseorang membuka pintu ruangannya dengan kasar
"Tuan muda, apa anda membutuhkan sesuatu?"
Dante. Dia yang datang dengan tergesa-gesa saat melihat Veux gelisah.
"Apa kau tidak bisa membuka pintu dengan perlahan. Aku tidak membutuhkan apapun" jawab Veux
Dante memicingkan matanya saat melihat tangan kiri Veux meremas sprei brankar tersebut.
"Sebentar saya panggilkan dokter" ujar Dante yang panik
Dante bergegas keluar mencari dokter, bukan tanpa di sengaja ia bertemu dengan Aux yang sedang berjalan santai.
Bruk!
Mereka bertabrakan sampai map di tangan Aux terjatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras
"Apa ka-"
Mata Aux membola melihat Dante alias tangan kanan dari sang Psikopat gila.
"Tuan, maafkan saya, tapi lebih baik jika anda segera ke ruangan tuan Veux karena ia sangat kesakitan" ujar Dante dengan cepat
Aux berlari cepat ke ruangan adiknya, sebelum jauh ia berbalik menunjuk beberapa map yang berjatuhan. Dante meminta para bodyguard lainnya untuk mengambil map milik Aux.
Dante menyusul Aux ke ruangan Veux. Dante meremang melihat keadaan Veux yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat. Bisa-bisa kepalanya hilang dari tubuhnya.
"Panggilkan Arnold kemari"
Dante melesat memanggil Arnold. Arnold sendiri tengah memeriksa pasien namun di seret oleh Dante ke kamar Veux.
"Ar, kenapa dosisnya tidak bereaksi?" Geram Aux
Arnold masih menatap Aux, obat dosis tinggi, dan Veux secara bergantian.
"Kau ingin membuatnya mati?"
Aux menegang di tempat, Bahkan botol kaca kecil di tangannya merosot pecah.
Aux baru menyadari tindakannya itu, lalu membuang suntikan di tangannya dan memeluk Veux.
"Maafkan kakak, kakak lupa"
Veux masih tetap diam, bahkan tidak ada reaksi apapun setelah dosis tinggi itu menjalar di tubuhnya.
"Pasang Nebulizer, tuan" ujar Arnold yang mulai menempelkan benda karet di dada Veux.
Setelah selesai semua, Veux masih mencengkeram ujung lengan jas hitam kakaknya tersebut, sampai Aux menoleh padanya.
"Pulang kak"
Hening.
Mereka masih meremang di sana, hampir saja nyawanya melayang, sekarang ingin pulang?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Teen FictionBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...