0.58

1.2K 65 0
                                    

Brak!

Pintu kembali di dobrak oleh Reggy karena ia tergesa-gesa.

"Ada apa?" Tanyanya

"KAU APAKAN PELURU ITU? KAU BERI PELUMAS RACUN ATAU APA!?" Bentak Ceux

Reggy nampak diam, ia tak tau apapun mengenai hal itu, seingatnya itu adalah peluru biasa.

"Itu peluru biasa-"

"BOHONG!"

"BUKAN AKU, CEUX! ITU PELURU BIASA YANG BIASA AKU PAKAI" sentak Reggy dengan nafas menggebu-gebu

Cklek

Arnold datang dengan beberapa dokter dan juga beberapa hasil lab yang mereka bawa.

"Tuan Ceux bisa anda kemari?"

Tanpa bantahan, Ceux langsung saja menurut, ia mendekat ke arah brankar Veux.

"Tuan Jeux, anda bisa membantu saya sebentar?"

Arnold megambil sedikit darah dari Ceux dan juga Jeux, lalu mencampurnya dengan cairan putih.

Seperti uji coba lab, namun ini secara nyata di depan publik.

"Bagaimana Dokter Ar?" Tanya salah satu dokter

Arnold mendongak sembari tersenyum, "Berfungsi" ujarnya

Mereka menambahkan jarum infus lagi untuk jalur masuk darah yang sama dengan darah Veux.

"Dad"

Veux terlihat ketakutan melihat tangannya di beri jarum infus satu lagi, namun di sekitar lekukan lengan.

"Tenanglah Boy, tidak sakit" jawab Peux

Mereka memasang Nebulizer di area hidung, lalu di sambung dengan memasang alat pendeteksi Jantung.

Setelah lebih dari 20 menit, kini Veux sudah tertidur, karena sebelum di pasang Nebulizer tersebut sudah disemprot obat tidur.

"Tuan Reggy, peluru tersebut bukan dari peluru anda, melainkan dari musuh lain" ujar Arnold.

Arnold menunjukkan peluru yang sudah ia keluarkan dari tulang belikat Veux. Di ujungnya terdapat kode yang bukan dari Reggy.

"056 D?" Gumam Aux

"Ikut aku Regas, kita basmi mereka"

Tanpa bantahan ataupun tolakan mereka langsung saja pergi dari sana bersama Reggy, hanya menyisakan Peux, Poix, Erick, dan teman Veux.

"Biarkan tuan muda istirahat tuan, silahkan kalian juga istirahat" ujar Arnold

"Ya, terimakasih" jawab Poix

Arnold pergi dari sana bersama para dokter lainnya, karena tugasnya belum selesai.


























"Tuan, kami sudah menemukan keberadaan nya"

"Hm, bawa mereka ke markas bawah tanah"

"Baik tuan"









Di ruangan gelap, kedap suara, bahkan hanya ada tiga orang yang duduk dengan jeratan di tubuhnya menempel pada sandaran kursi.

Brukh!

"Bagus sekali perbuatan kalian"

"Maafkan kami tuan, jangan hukum kami, kami hanya menjalankan tugas"

"Siapa yang menyuruh kalian? Dan apa imbalanya?"

"Tuan Ridik, dia menyuruh kami, jika tidak anak istri kami akan tiada"

"Baiklah, sekarang bawa orang yang sudah menyuruh kalian untuk ke sini, dan aku akan membebaskan kalian, dengan syarat kalian harus pergi dari wilayah ini bersama anak dan istri kalian"

"Baik tuan"

Tut.... Tut.... Tut....

'Apa?'

"Tuan, bisakah anda ke alamat xxx, kami meminta imbalan kami sekarang"

'Besok'

"Kami ingin sekarang tuan, jika tidak kami akan melaporkan anda pada pihak bersangkutan"

'kirim alamatnya'

"Baik tuan"

Tut



"Hahaha, jangan percaya dengan perkataan nya"

"AWASI SEKITAR WILAYAH XXX KITA AKAN KESANA, DAN AMANKAN LAINNYA!"

"baik"















"Apa ini yang kau mau? Ambilah!" Orang tersebut memberikan segepok uang, namun dengan pisau di baliknya

Dor!

Arrrgggghhh!!!

Tepat sasaran, pria tersebut langsung saja di bawa ke markas mereka, yang tak jauh dari sana.

"Pergilah, berikan uang itu pada panti asuhan, aku akan mentransfer uang lain untuk kalian"

"Baik tuan, maafkan kami"

"Hmmm"
















𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang