Sore harinya, Veux sudah diijinkan untuk pulang oleh Arnold.
Veux menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Daddynya, karena ia di gendongan ala koala oleh Daddynya.
Veux merasa ada yang asing di belakang kakaknya yang mengikutinya. Veux pun mendongak sedikit.
Dante? Dan.. bodyguard lainnya? Untuk apa mereka mengikuti ku?. Batin Veux
Veux semakin mengeratkan tangannya di leher Peux, ia masih takut dengan Dante. Apalagi rumor yang mengatakan bahwa ia adalah tangan kanan dari seorang Psikopat gila.
"Boy, darimana kamu mendapatkan kado itu?" Tanya Peux
"Dante" jawab Veux berbisik
Peux menghentikan langkahnya, begitu juga yang lainnya.
"Apa dia sering menemui mu?" Veux mengangguk
"Jauhi dia boy, Daddy takut dia jahat padamu" ujar Peux
Veux hanya mengangguk lagi. Peux melanjutkan langkahnya bersama yang lainnya.
Sedangkan Dante yang mendengar itu pun terkejut, ia memberitahu Zee secepatnya.
+.+.+
Malam harinya, Veux masih tertidur di kamarnya, namun tidak terlelap.
Semua orang pergi keluar karena urusan mendesak. Hanya ada dirinya sendiri, bahkan Jack ikut Peux pergi.
Veux beranjak bangkit dari tidurnya, mengambil kado dari Zee yang tergeletak di sofa kamarnya. Veux mengeluarkan isi hadiahnya.
Video game✓
Coklat✓
Kaset✓
Jam pasir unik✓
Hot Wiel✓
Miniatur Spongebob lengkap✓
Terakhir ada surat di dalam kaset. Ia pun mengambil surat itu dan membacanya.
To : Al Fabregas
Hai baby boy, ini Zee Charlie, orang yang pernah kamu temui sebelumnya. Aku bukan orang jahat, memang aku seorang psikopat, namun entah mengapa hatiku nyaman jika bersamamu. Aku harap kau tidak melupakanku, Al?. Jika aku sudah sembuh, aku akan menemui mu membawakan mu mainan.
Zee Charlie
Veux tersenyum manis melihat setiap baris kata yang tercetak di kertas putih bergaris tersebut, lalu melipatnya kembali dan menyimpannya.
Veux Menempatkan miniatur Spongebob dan hot Wiel tersebut di dalam lemari sudut yang berada di dalam walk in closed, lalu video game dan kaset di dalam laci kursi walk in closed, dan jam pasir di atas meja samping ranjangnya.
Coklatnya ia masukkan kedalam Freezer agar dingin. Ia menghitung coklat yang bertumpuk banyak itu, sekitar 10 batang coklat.
Setelah itu, Veux kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Ekor matanya menangkap sekelebat bayangan hitam di balkon kamarnya.
"Dante"gumamnya
Ia beranjak bangun, membuka pintu balkon kamarnya. Dante. Dia berdiri di samping pintu balkon.
"Ada apa?" Tanya Veux
"Maaf tuan muda, saya hanya ingin menyampaikan surat dari tuan Zee untuk anda" ujar Dante yang memberikan surat pada Veux
"Terimakasih"
Veux menutup kembali pintu balkon dan kembali tiduran di ats ranjang. Sementara Dante sudah turun lewat tangga di samping kamar Veux.
To : Al Fabregas
Maafkan aku jika belum bisa menemui mu. Tapi aku mohon jangan jauhi diriku, aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu dan tak akan kubiarkan seseorang menyakitimu lagi Al. Aku akan menjagamu sepenuh hati.
Zee Charlie
Veux melipat kembali surat itu, menaruhnya di dalam laci yang sama dengan surat lainnya.
Veux masih berfikir bagaimana cara Zee bisa mengetahui jika ia merupakan salah satu Dari Fabregas? Apa dia seorang cenayang? Oh tidak mungkin, lalu apa?
Pikiran Veux bercampur aduk, sampai ia memutuskan untuk tidur karena kepalanya yang sudah mulai pusing.
Sekitar pukul 2 pagi, pintu kamar Veux dibuka oleh seseorang, meninggalkan kado kecil pipih di atas nakas meja beserta memo singkat.
'Selamat pagi baby boy, tetaplah tersenyum dan bahagia'

KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Roman pour AdolescentsBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...