Sudah satu bulan sejak Veux dipaksa untuk dirawat di rumah sakit sampai sembuh.
Dan hari ini, adalah hati kebebasannya dari seluruh obat-obatan yang ada di rumah sakit.
Veux sendiri tengah duduk menyamping di atas brankar, dengan headset bluetooth yang ia kenakan di telinganya, tangan kanannya ia gunakan untuk mengotak-atik ponselnya.
Veux hanya butuh menunggu Ceux datang untuk mengajaknya pulang, karena sekarang kakaknya itu masih berada di kantor dan akan segera ke rumah sakit.
Sheett
Pintu di dorong ke dalam oleh seseorang. Memang pintu sengaja tidak di tutup oleh Veux karena ia baru saja keluar.
Orang asing?
Veux memicingkan matanya saat mendapati orang asing yang baru saja masuk ke ruangannya dengan membawa paperbag kecil di tangan kanannya.
"Bagaimana kabarmu?"
Veux berkedip beberapa kali untuk merefresh pikirannya, bahkan hanya wajah polos yang ia tunjukkan.
"Kau siapa?" Tanyanya
Pemuda tersebut nampak tersenyum menunjukkan dua lesung Pipinya yang membuatnya lebih manis.
"Kau tidak mengenalku Fabregascha?"
Siapa yang masih mengingat seseorang yang memanggil Veux Fabregascha ? (・∀・)
Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan Fabregascha, dan dia ingat sekali inisialnya.
Y?
"Kau orang yang selalu memberikan ku kaset musik saat di rumah sakit waktu lalu?"
Pemuda tersebut mengangguk dengan senyum tipis, bahkan seperti senang jika Veux bisa menebaknya.
"Tapi siapa namamu? Dan siapa dirimu?"
Orang tersebut merubah ekspresinya menjadi datar dan dingin, dengan tatapan mata elangnya.
"Yuvi Georgia. Seorang pembunuh berdarah dingin" jawabnya
Pemuda tersebut kembali tersenyum manis saat Veux terlihat membeku di tempat.
"Yupi?"
Pemuda tersebut mengerucutkan bibirnya, baru pertama kalinya seorang Yuvi menunjukkan sikap kekanak-kanakannya.
"Yuvi, Y-U-V-I. Bukan Yupi!" Kesalnya
Veux nampak ingin tertawa namun tetap memasang ekspresi bingung. "Bukannya itu nama produk permen di Indonesia?"
"Veux!!!" Tegur nya
Hahahaha
Suara tawa pecah saat ia di tegur oleh Yuvi dengan nada kesal.
"Jangan tertawa Veux, itu sangat membuatku candu"
Veux terdiam, "apa kau juga seorang pecandu?" Tanyanya
"Bukan... Aishh sudahlah... Aku bawakan kau sebuah gelang tangan yang sangat indah"
Veux bahkan sampai terpukau melihat gelang tangan silver dengan hiasan logo dari seorang Yuvi, yaitu daun semanggi yang berdaun empat.
Unik? Memang, karena itu memang sudah turun temurun daru generasi Georgia.
"Apa kau suka?" Veux mengangguk antusias
Senyumannya seketika memudar saat ia mendongak menatap siapa yang sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan datar nan mampu menusuk itu.
"Kita pulang Veux?" Veux mengangguk
Yuvi berbalik arah melihat siapa yang sedang bertanya pada Veux.
Dia Ceux. Ceux sudah mengawasi mereka saat di jalan, dan ia langsung menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai di sana.
Ceux langsung saja menggandeng Veux untuk keluar dari ruangan itu, bahkan Yubi mengikuti mereka.
"Kau tidak boleh menyela pembicaraan seseorang Ceux !"
Ceux berhenti dan berbalik, "apa kau tadi berbicara pada adikku? Aku rasa pertanyaan mu itu cukup di akhiri oleh anggukan kepala adikku"
Wow! Sebuah keajaiban! Seorang Ceux yang berbicara panjang lebar dengan tatapan sinis nan tersirat penuh rasa geram.
"Aku belum selesai bicara dengan Veux"
Ceux memutar bola matanya jengah, lalu berbalik badan lagi dan menggandeng tangan Veux untuk pulang.
"AKU BELUM SELESAI DENGAN MU, CEUX!!!" Teriaknya
Ceux hanay menganggukkan kepalanya, "KAU SALAH SASARAN YUVI!" baliknya berteriak
Yuvi terdiam di tempat, masih merenungkan apa yang diucapkan oleh Ceux barusan.
"Kau salah sasaran? Apa aku salah mendekati Veux? Argh kenapa anak itu membuatku gila dengan tingkah dan senyumannya!?" Gerutunya
Aku akan menanti kesalahan apa yang telah aku perbuat, Ceux.!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Teen FictionBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...