Tersenyum hanya sebuah topeng, dan wajah datar hanya sebuah hiasan.
-Veux-🌞
Seorang pecandu psikotropika, menjadi anak kecil yang pendiam? Mungkin itu yang di rasakan oleh mereka semua. Namun mereka belum mengetahui jika Veux merupakan pecandu psikotropika, mereka hanya tau jika Veux sering mengonsumsi obat penenang karena sering bisa tidur nyenyak di malam hari.
Veux sudah sering mendapat teguran dari keluarganya namun ia tak menghiraukan itu, bahkan ia sampai sering minum tanpa mabuk. Beberapa kali temannya juga heran, Veux menghabiskan tiga botol Vodka putih tanpa mabuk sedikitpun. Sebenarnya Veux itu manusia atau hantu sih? Pikir mereka
Namun itulah Veux yang sebenarnya, segala yang ia lakukan akan tetap dalam pendiriannya tanpa ada perubahan sedikitpun.
Mereka salah jika menganggap Veux menjadi pendiam, justru Veux sekarang menghindari keluarganya. Ia terasa canggung karena sudah sangat lama tak bersama mereka.
"Veux, makan dulu ya" bujuk Jeux kesekian kalinya namun tetap mendapat gelengan kepalan dari Veux, atau hanya sekedar di abaikan oleh Veux.
Veux menatap Jeux datar, bahkan ia memalingkan wajahnya ke arah jendela luar. Jeux hanya menatap iba adiknya yang sering susah di suruh makan, apalagi saat ini ia sedang sakit.
"Mau apa, hmm?" Tanya Jeux yang berganti membelai Surai hitam adiknya
"Coklat" jawab Veux lirih
"Iya, nanti kakak belikan. Sekarang makan dulu ya" Veux tetap menggeleng
Jeux langsung saja keluar ruang inap itu untuk ke toko coklat, jika tidak di turuti, Veux bisa marah besar terhadapnya. Dan ia tak mau itu terjadi.
Di sisi lain, Veux masih menatap luar jendela dengan tatapan datar. Mata dan pikirannya sinkron, sama sekali tak ada argumen.
Hingga ia tersadar saat memikirkan kejadian kemarin. Ia mencari ponsel miliknya, namun tidak ada, bahkan Jack pun ikut mencari, tetap saja hasilnya nihil.
"Mencari sesuatu?"
Mereka berdua menoleh mendengar suara berat dari pintu, mereka mengangguk seperti orang bodoh.
"Apa yang kalian cari?"
"Ponsel tuan muda" jawab Jack
"Keluarlah, tidak akan ketemu juga"
Jack mengangguk lalu keluar ruangan. Bisa dilihat ekspresi dari Veux yang terus saja cemberut kesal. Ditambah tadi kakaknya bilang jika tidak akan bisa ketemu.
"Kamu mau sesuatu?"
Veux menggeleng, ia masih tetap membaca buku novel di tangannya. Bahkan saat ada seseorang yang menaruh dua batang coklat di atas dadanya, membuatnya menatap orang itu dengan berbinar.
"Makasih kak" ujar Veux pada Jeux yang terlihat datar
Jeux mengangguk lalu duduk di sofa dengan bermain ponsel. Sedangkan Faux masih tetap diam di tempat. Melihat senyum adiknya yang tipis membuatnya iba.
Eh? Sejak kapan dia membaca buku? Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang tidak aku sadari dari tadi. Batin Faux heran dengan ekspresi yang bisa di tebak.
"Baby boy, kamu mau makan apa?" Ulangnya
"Tidak, terimakasih" jawab Veux datar
Faux menghela nafas berat, ia tak pernah berniat jahat namun tetap di hindari oleh adiknya itu. Ia lantas duduk di samping Jeux dengan kepala di pangkuan Jeux.
Jeux memilih menumpuk tangannya di belakang kepalanya dengan bersandar di perut sofa. Bahkan Faux sudah hampir terlelap tidur.
"Dimana ponselku?"
Ups!
Mereka sampai membuka matanya lebar-lebar data mendengar ucapan Veux. Seperti bom mentah yang mengarah pada mereka. Mereka hampir lupa jika ponsel adiknya masih ada di tangan Ceux, bahkan sekarang ceux sedang di luar kota setelah setibanya Veux di mansion.
Next°•°>>>

KAMU SEDANG MEMBACA
𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓
Fiksi RemajaBagaimana jika seorang remaja yang baru saja menginjak kata 'Remaja' nekat kabur dari kekangan keluarganya yang dibilang super overprotektif terhadapnya. Bahkan tak hanya Keluarga, Sepupunya juga ikut overprotektif terhadap dirinya. Ia di jaga oleh...