• 0.45

1.2K 83 0
                                    

Sudah satu bulan ini hidup Veux bagaikan burung yang berada di dalam sangkarnya.

Bagaimana tidak? Setiap pergerakannya selalu diawasi oleh para iblis, dan di seluruh penjuru mansion dipasang cctv.

Veux sudah mulai bersekolah kembali, namun ada yang mengganjal menurutnya. Setiap langkah yang ia pijak dan setiap trotoar yang ia lalui selalu diawasi oleh seseorang.

Veux sengaja berjalan kaki, walaupun sudah di larang oleh keluarganya, namun tetap nekat. Untuk masalah hukuman bisa nanti, sekarang ia ingin bahagia dahulu.

Veux masih berjalan santai dengan kedua tangan di dalam saku celana, dan topi di kepalanya.

"Tuan muda!"

Veux dengan cepat menoleh ke arah kanannya saat merasakan tangan di bahu kanannya yang menghentikan langkahnya serta panggilan yang tak asing baginya.

"Kau siapa?"

Pemuda tersebut dengan cepat membungkuk hormat, lalu kembali mendongak menatap manik biru laut Veux yang tenang.

"Saya Rion tuan, saya yakin anda tidak melupakan saya"

Veux baru mengingat jika pemuda yang tengah berdiri di depannya dengan pakaian kemeja yang di selaraskan dengan celana pensil dan sepatu hitam yang mengkilap.

Dia adalah Rion, pemuda yang menginginkan menjadi tangan kanan Veux namun tak diijinkan oleh Veux.

"Tidak" jawab Veux singkat

Veux melanjutkan langkahnya yang terhenti, walaupun selalu dibuntuti oleh Rion, ia tetap santai berjalan.

Jarak dari mansion ke sekolah lumayan jauh, sekitar 800 Meter dengan arah yang berbelok karena jalanan ke arah sekolah tidak selurus seperti akan pergi ke perpustakaan.

"Maaf tuan muda, apa anda sudah mengijinkan saya menjadi tangan kanan anda?"

Veux mendengus kesal mendengar pertanyaan yang sudah lama tak terdengar di telinganya, kini terdengar lagi.

Veux memilih mengabaikan pertanyaan Rion daripada nanti Ia menjadi naik darah akibat keras kepala Rion.

Sudah lebih dari 20 menit, kini Veux dan Rion sudah sampai di lingkungan sekolah, walaupun hampir terlambat namun tetap berangkat.

Veux tanpa sengaja berpapasan dengan seorang pria paruh baya yang memakai pakaian kemeja hijau daun dan celana kain hitam serta sepatu hitam.

Pria paruh baya tersebut segera menundukkan kepalanya saat melihat Veux datang, walaupun Veux melihatnya ia tetap tak mengindahkan itu.

"Veux!"

Veux tersentak menoleh mendengar suara panggilan dari temannya, tak hanya temannya namun ada Faux dkk juga di meja batu.

"Apa?"

Sebelum duduk di samping Remond, Faux sudah dulu menarik tangan kanan Veux hingga terduduk di pangkuannya.

Veux menyandarkan kepalanya di bahu kiri Faux, tangan kanan Faux terulur untuk mengusap dahi adiknya yang bercucuran keringat.

"Apa kamu lelah baby?" Veux mengangguk

"Nanti pulang kita ke Villa mau?" Veux mengangguk lagi

EKHEM!!!

Mereka berdehem kencang saat melihat kakak adik itu tengah mengobrol santai seperti tidak ada orang di sekitarnya.

Veux yang sadar situasi pun langsung segera berdiri dan berpindah di samping Remond.

Dimana Rion? Dia sudah pergi saat melihat Faux dkk tengah menanti kedatangan Veux.

Veux tengah santai menikmati angin yang semilir seperti di lapangan terbuka. Dengan sesekali meneguk lemon dingin yang di bawa kakaknya.

Sreeettt!

"VEUX!!"

"AL!!"

"TUAN MUDA!!"

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang