• 0.40

1.3K 107 0
                                    

Sudah sejak kemarin tepatnya dua Minggu setelah keluar dari mansion Re, tubuh Veux menjadi panas dingin.

Sekarang ini bahkan ia terbaring lemas di atas ranjangnya sendiri, di temani oleh seluruh anggota keluarga.

Entah apa yang terjadi pada Veux sekarang ini, manik indahnya terus saja mengeluarkan liquid bening, namun tak terisak, bahkan Tatapan menatap kosong televisi di depannya.

Aux yang memeriksa keadaan Veux pun sampai menghela nafas berkali-kali saat Ia mengajak bicara Veux sang adik justru memilih diam.

"Baby boy, sekali lagi kakak tanya, apa yang sakit?"

Veux menoleh menatap Aux datar, namun sesaat saja ia menangis histeris.

"Boy, ada apa? Apa yang sakit?"

Sekarang bahkan Veux sudah berada di gendongan sang Daddy, namun ia masih tetap menangis.

"Boy, ada apa? Apa yang sakit?" Tanya Poix yang kini menyeka air mata Veux.

Dan itu hanya membuat Veux semakin histeris. Sepertinya ada yang mereka lupakan sekarang.

Veux memberontak dari gendongan Daddynya, dan saat sudah diturunkan dari gendongan Peux, ia langsung lari ke kamar mandi.

Mereka mengikuti Veux, namun langkah mereka tercekat melihat cairan merah pekat nan kental keluar dari mulut Veux.

Darah!?

Mata mereka rasanya ingin lepas saking terkejutnya melihat darah keluar dari mulut adiknya.

"Panggil Arnold!"

Jeux langsung saja merogoh saku celananya dan menelfon Arnold untuk segera datang.

Setelah Veux benar-benar sudah tidak merasa mual, ia di tuntun oleh Faux untuk berbaring lagi.

Tok tok

Cklek

Arnold datang dengan pakaian kasual, bahkan ia hanya beralaskan sandal outdoor.

"Maaf, bagaimana keadaan tuan muda? Apa sudah tidak mual?"

Veux menggeleng, namun raut wajahnya menjadi sayu dan pucat.

Arnold dengan cekatan memeriksa Veux tanpa ada yang menyuruh, ia tau saat ini keadaan sedang tegang.

"Bagaimana Ar?"

Terdengar samar akan suara helaan nafas gusar dari Arnold yang membuat mereka resah. Sekarang Veux bahkan sudah di bius oleh Arnold agar istirahat.

"Terdapat cidera parah pada area perut, dan itu menjadi pemicu utama dari muntah darah tadi."

Mereka nampak sedikit terkejut dan juga bingung, pasalnya mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka daripada Veux.

"Luka tembakan dan juga tusukan kembali terbuka, dan itu membuat perutnya kembali cidera"

Mereka nampak masih belum bisa memahami sepenuhnya, hanya satu yang mereka takutkan.

"Apa ini akan sering terjadi?"

Arnold juga langsung menatap Faux bingung, "mungkin iya, karena cidera membutuhkan waktu yang lama untuk kembali pulih"

Aux yang faham akan kemana arah pembicaraan itu pun langsung mendahului.

"Tapi dia tidak suka obat"

Arnold menggeleng keras, "itu salah besar tuan Aux, bukannya dia tidak suka tapi dia takut."

Mereka mengerutkan dahinya bingung, apa yang tidak mereka ketahui lagi sekarang ini?

"Apa maksudmu, Ar?" Desak Ceux

"Dia psikotropika"

Deg!

Bagai disambar petir di siang hari, hati mereka serasa mati rasa mengetahui hak tersebut dari orang lain.

"Veux, pecandu?"

Arnold mengangguk yakin, "Dia seorang pecandu, dia butuh ketenangan, oleh karena itu ia sering ke pusat rehabilitasi sampai bertemu dengan tuan Zee"

Damn!

Mereka mengumpat dalam hati, bagaimana hal sebesar ini tidak mereka ketahui sejak dulu!?.

"Saya sudah meracik obat untuk tuan muda, silahkan di tambahkan saat menyajikan segelas susu putih di pagi hari"

"Dan lebih baik jangan membahas tentang obat padanya, dan juga tentang apa yang aku katakan barusan" lanjutnya

Setelah memberikan sebotol obat kaca lonjong nan kecil, Arnold langsung melenggang pergi dari sana.

Ini pasti bohong kan! tidak mungkin Veux seorang pecandu!.

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang