•0.44

1.2K 85 4
                                    

Sudah satu Minggu ini Veux duduk diam di mansion dengan pengawasan layaknya narapidana yang melakukan kejahatan kelas bandit.

Kini ia menjadi tenang di dalam kamar tanpa ada gangguan, walau setiap jam makan pagi, siang, malam selalu ada Daddy atau mungkin kakaknya yang akan memberitahunya.

Tok tok tok

Veux yang tengah duduk di ayunan dengan menyesap Vape miliknya dan tengah fokus ke luar balkon menjadi tersentak saat ada yang mengetuk pintu kamarnya

Cklek cklek

"Veux!"

Veux masih diam menatap pintu kamarnya dengan dalam, ia tak tau harus bagaimana sekarang.

"Veux buka pintunya!"

Suara yang berbeda lagi, veux bahkan sampai menyatukan alisnya bingung.

"Siapa?"

Veux bertanya saat mendengar suara ricuh di luar kamarnya, bahkan ia sangat terkejut mendengar suara itu.

"Zee"

Veux langsung memegang gagang pintu kaca tersebut, dan ia tarik ke dalam, membuat pemuda yang tengah berada di depan pintu kamar Veux tersenyum lebar.

Berbeda dengan Veux yang masih menatap Zee datar, bahkan ia menoleh ke kanan-kiri nya seperti mencari sesuatu.

"Kamarmu itu satu lantai Veux, kau mencari apa?"

Veux hanya menggelengkan kepalanya, lalu kembali melangkah duduk di ayunan dengan menyesap Vape nya

Zee ikut duduk di sofa bundar samping ayunan tersebut, tangan kanannya terulur menyentuh gelang yang melingkar di pergelangan tangan kanan Veux.

"Siapa yang memberikanmu gelang ini!?"

Veux sempat tersentak dengan nada sedikit tinggi nan dingin dari Zee.

"Yuvi Georgia" jawab Veux datar

"APA KAU TIDAK TAU JIKA ORANG ITU BERBAHAYA VEUX!?"

Veux nampak menyatukan alisnya dengan sangat dalam, ia sebenarnya terkejut namun rasa herannya membuatnya bingung.

"Apa maksudmu? Apa kau tidak menyadari jika kau juga seorang psikopat?"

Zee nampak mengusap wajahnya kasar, bahkan ia menatap Veux nyalang.

"Itu berbeda Veux!... Cobalah mengerti dengan apa yang aku katakan padamu"

Veux masih menyimak tanpa niat untuk menjawab sedikitpun.

"Dia seorang pembunuh berdarah dingin, penembak jitu yang handal, dan seorang kriminal. Tidak ada yang bisa memenjarakannya!"

"Aku tidak suka kau berdekatan dengannya, itu sama saja membahayakan nyawamu sendiri!"

Veux masih belum memberikan respon apapun pada perkataan Zee, bahkan ia masih santai menyesap Vape dengan menatap setiap pergerakan dari Zee.

"Veux kau bisa mendengar ku bukan!?"

Veux mengangguk, "Dia yang memberikanku gelang ini, aku pikir dia orang yang baik" jawabnya

"Bukan seperti itu astaga!!!! CEUX!!!" Teriaknya di akhir dengan memanggil Ceux

Brakk!

Ceux datang dengan Aux. Bagaimana yang lain? Mereka belum pulang bahkan Faux tengah ikut dengan Daddynya untuk membantu pekerjaannya.

"Ada apa?"

Zee menoleh ke arah Veux sebelum ia memulai berbicara pada Ceux.

"Adikmu sudah di tandai oleh Yuvi"

Ceux yang semula masih berdiri pun kini duduk dengan raut wajah gelisah.

"Dia tidak akan pernah lelah mengejar adikku, biarkan saja, jika dia berbuat akan aku musnahkan dia"

Zee semakin terlihat frustasi, "Bukan seperti itu Ceux!! Dia telah di tandai, apa kau bisa menebak itu di list hitam atau tidak!?"

Ceux menggeleng, "Tidak, dia di list privat" jawabnya

Zee nampak mengerutkan dahinya heran, lalu ikut duduk di samping Ceux.

"Bagaimana kau tau?"

"Dia akan mengincar seseorang, dan tidak mungkin ia menafsirkannya ke list hitam" jawabnya

Zee mulai menyadari jika Yuvi adalah orang gila, seorang psikopat gila yang menyamar sebagai seorang CEO di kota itu.

"Dia sudah gila"

𝖆𝖙𝖙𝖆𝖑𝖎 '𝖛' 𝖋𝖆𝖇𝖗𝖊𝖌𝖆𝖘𝖈𝖍𝖆 [𝖊𝖓𝖉]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang