BAB 88 - TUHAN JANGAN AMBIL DIA

39.6K 4K 6.9K
                                    

Haii semuanyaa!! Sebelum baca vote dulu yaa jangan lupa komennya juga di setiap paragraf!

PENTING! Jangan ada yg bawa cerita lain ke dalam cerita aku. Semoga kalian mengerti masing-masing lapak ya. Jangan oot plis 🥰

Target part ini 2,2k vote + minimal 6,5k komen. Semangat!

Kalian tim happy ending / sad ending?

Samudera bakalan terbit! Nanti aku kasih tahu kapan terbitnya. Kalian fokus nabung dulu aja muehehe 💗

Semoga suka sama part ini 💗

Ayo puter balik waktu dimana kita tak saling mengenal, menggenggam, bahkan mendekap mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo puter balik waktu dimana kita tak saling mengenal, menggenggam, bahkan mendekap mu. — Caramel Aqilla Jasmin.

Sosok Ketua yang memimpin 110 orang, berdiri paling depan menyoraki nama kebesaran gengnya telah hilang. — D'Handzels.

88. Tuhan Jangan Ambil Dia.

For the last.

Jasmin terus memandangi kertas yang ada di genggamannya seolah tak bosan. Matanya terlihat lelah memandang terus ke arah kertas yang ada di genggamannya tetapi Jasmin tak bisa memberhentikan pandangan matanya ke arah lain. Matanya sudah sembab, air matanya tidak turun seolah sudah habis.

"Bener, Sam. Kamu enggak salah nulis ini. For the last, untuk yang terakhir kalinya. Dan, kamu bener-bener ninggalin aku tanpa jejak. Semuanya hilang."

Sudah dua hari rumah di depannya kosong, tidak ada lagi suara motor besar yang selalu mengalihkan pandangannya, tidak ada lagi seorang laki - laki yang berani memanjat pohon mangganya, dan ... tidak ada lagi yang memanggil Jeje.

Samudera lah yang menamainya Jeje karena pada waktu kecil Samudera kesulitan memanggil dirinya Jasmin.

"Nama kamu mirip kartun princess yang pernah aku liat. Aku enggak mau samain kamu sama kayak film kartun yang pernah aku liat. Aku panggil kamu dari huruf depan Jasmin, ya?"

"Jeje. Aku panggil kamu Jeje."

Kondisi Jasmin sempat menurun, pasca operasi dokter sudah mewanti - wanti untuk tidak melakukan hal yang berat sampai jahitan tepat di area jantungnya benar - benar kering. Gadis itu tak mengindahkannya, pagi itu Jasmin terus mencoba menelepon seluruh anggota keluarga Samudera yang Jasmin punya. Tetapi, hasilnya tetap saja. Nihil.

Jasmin meletakkan frame foto Samudera, Jasmin, dan Benua kecil yang sedari tadi di pelukanya di atas nakas samping tempat tidurnya. Kepalanya menyembul dari balik selimut, tubuhnya terasa panas. Sesekali tubuhnya beranjak ke arah balkon rumahnya memastikan bahwa Samudera akan kembali.

Jasmin percaya Samudera tidak akan meninggalkannya.

Samudera punya banyak janji kepada Jasmin.

SAMUDERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang