°°°
"Minumlah." Kandi meletakan segelas air di depan Kila. Kila menghapus Air matanya.
"Maafkan pak Kandi, tiba-tiba saja saya cengeng."
"Tidak apa-apa, menangis itu normal." Kandi masih berdiri di belakang Kila, dia menatap postur tubuh Kila dari belakang. Kila tidak terlalu kurus.
"Lebih baik kamu segera berbicara dengan Aksa." Kandi duduk kembali di depan Kila.
"Entahlah, saya belum bisa hari ini." Kila mengambil gelas air minumnya.
"Kenapa? kalian saling mencintai kan?"
Kila meletakan gelas di tangannya. Tentu saja, Kila sangat mencintai Aksa, tapi hari ini adalah hari yang paling membuatnya dia merasa kecewa dengan Aksa. Aksa selalu mengatakan dirinya adalah miliknya, ternyata di luar dia malah tidur dengan wanita lain. Kila membalas tatapan Kandi yang tidak berkedip menatapnya.
"Kamu hanya cemburu, Kila" Kandi tertawa.
"Hm, Mungkin..." Muka Kila memerah, dia menghapus sisa air matanya. Setelah menangis dia merasa lega.
"Sahabatku itu adalah orang yang sangat serius kalau sudah menemukan cintanya. Aku bisa melihat dia juga sangat stress hari ini."
"Hmm..." Kila hanya menunduk.
"Sebenarnya apa yang dikatakan wanita itu tadi pagi?" Kandi penasaran.
"Dia..." Kila enggan memberitahu Kandi, karena dirinya pasti akan menangis lagi.
"Kita tidak tahukan apa yang dikatakannya itu benar atau tidak. Kamu hanya tahu dari sebelah pihak."
Kila memainkan bibirnya, menandakan Kila sedang berpikir. Tapi yang dikatakan Kandi memang benar. Seharian tadi Kila lah yang menghindari Aksa untuk berbicara.
"Bulan lalu, Pak Aksa memang pergi ke Site. Wanita itu bilang dia berhubungan seks saat turun dari site. Pantas saja, pak Aksa tiba-tiba saja mengirim mawar untukku. Dia tidak pernah seperti itu dan juga membawaku ke rumah orang tuanya secara dadakan. Dia seperti sadar melakukan kesalahan di belakangku." suara Kila terdengar gemetaran.
Kandi memperhatikan Kila. Baginya emosi Kila sama seperti wanita-wanita lain yang mencurahkan isi hati kepadanya. Mereka terlihat rapuh, Kila pun begitu. Emosinya bercampur aduk. Perasaan cemburu, marah, patah hati dan sedih jatuh bersama air mata mereka.
Tapi Kila terlihat sangat manis. Napasnya yang sesak karena menahan kesedihan, tampak membuat tulang selangkanya menonjol, sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjangnya menegang. Kandi mengalihkan pandangannya. Bagaimana dia bisa tertarik dengan kekasih sahabatnya.
"Kalian memangnya berpacaran berapa lama?" Tanya Kandi.
Kila diam. Saat itu, mereka hanyalah pasangan seks. Dan harusnya memang mereka tidak saling mengikat, walaupun Aksa mengklaim Kila adalah miliknya. Kila harusnya menyadari, mereka bukan kekasih tapi hanya pasangan seks. Tentu saja Aksa masih bebas mau berhubungan dengan wanita mana pun.
"Hm... " Kila tidak ingin Kandi tahu soal perjanjian gila dirinya dan Aksa.
"Mungkin benar Aksa tidur dengan wanita itu. Dan dia menyadari kamu yang terbaik. Buktinya dia langsung mau membelikan kamu cincin kan?"
"... Melihat wanita yang sangat agresif itu, sepertinya dia memang terlihat lebih dari aku." Kila tersenyum datar.
Kandi mengingat-ngingat wajah anak Pak Artha itu. Dia memang sexy, tinggi semampai dan berkulit putih. Tapi dia terlalu menor dan gaya bahasanya terlalu liar. Tapi kalau disuruh memilih, Kandi tentu saja memilih Kila.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...