Part 1 : Gosip

58.1K 1.2K 4
                                    

***

"Ah, sial aku terlambat!"

Kila tampak pasrah melihat bus sudah melaju meninggalkan halte. Untung saja pagi itu tidak hujan lagi. Kila melirik ke arah jam tangannya.
Kalau dia naik angkutan online, sudah pasti dia merugi 50.000! Tapi bagaimana lagi, Kila menepuk pipinya. Baru saja memegang handphonenya, tiba-tiba bus yang ditunggunya datang.

"Wah, untung saja aku sabar!" Kila tampak berseri-seri saat busnya datang.

Hanya tersisa 1, kursi lagi. Kila menghela napasnya, tapi pagi ini dirinya benar-benar beruntung!

Kila melihat di samping kursi kosong itu, seorang pria berbaju hitam yang sedang membaca buku.

"Permisi." Kila menyapanya.

Pria itu hanya tersenyum dan menangkap mata Kila.

"Ah... Raynar?" Mata Kila bersinar, dia mengenali pria di sampingnya itu.

"Ah.. Kila... Benar?" Raynar mencoba mengingat nama Kila. Kila segera duduk dan mengiyakan.

"Kok tumben naik bus?" Kila melirik ke arah buku yang dipegang Raynar.

"Hm, aku habis hunting beberapa barang baru. Tapi mobilku sedang bermasalah. Naik bus tidak buruk juga" Raynar tersenyum menjawab pertanyaan Kila.

Raynar, pemilik toko barang antik di dekat tempatnya bekerja. Karena Setiap hari Kila melewati tokonya, akhirnya mereka saling menyapa. Tapi Kila belum pernah masuk ke dalam toko yang kelihatannya menyeramkan itu. Akhirnya mereka hanya diam. Kila juga tidak punya topik pembicaraan.

Bus itu melewati beberapa blok jalanan kota yang mulai ramai. Bus jadi berjalan dengan lambat. Kila melirik ke arah jam tangannya, 15 menit lagi Kila akan telat masuk kerja.

"Apa kamu sudah terlambat masuk kerja?" Tanya Raynar.

"Hm, semoga tidak..." Jawab Kila sambil memasukan handphonenya. Kila menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap Raynar yang juga memperhatikan aktivitas di luar bus.

Kila menyadari, Raynar ternyata memiliki warna mata yang berbeda. Perbedaannya cukup terlihat karena tersorot cahaya matahari pagi yang menembus kaca jendela bus. Garis muka dan rahangnya yang tegas menunjukan dia orang yang rupawan.

Raynar menangkap mata Kila yang menatapnya. Kila tiba-tiba gugup.

"Kita hampir sampai..." Raynar tersenyum.

Kila tersadar dan segera berdiri dan menyangkutkan tasnya di bahu. Raynar mengikutinya dan berdiri di belakangnya.

Bus berhenti pas di depan halte. Halte itu pun padat, mereka mengantri menunggu beberapa penumpang yang turun.

Kila lega, tapi dia harus segera ke kantor. Entah tinggal berapa menit lagi dia jelas akan terlambat!

Raynar berjalan lebih dulu di depannya. Entah berapa tingginya pria itu, hingga kakinya lebih cepat melangkah daripada dia.

"Aku duluan, selamat bekerja." Raynar berhenti di depan tokonya.

"Selama bekerja..." Kila melambaikan tangannya kepada Raynar. Kila masih berlari-lari kecil. Pintu masuk kantornya sudah nampak, dan jam di atas pintu itu menunjukan Kila tidak telat!

"Syukur lah." Kila menghela napas lega, akhirnya dia mulai berjalan santai. Beberapa orang juga ada yang baru datang.

"Selamat pagi Kila." Sapa security di depan pintu.

"Selamat pagi pak." balas Kila sambil meletakan jempolnya di mesin finger print.

Kila hampir menekan tombol lift. Tapi seseorang mendahuluinya.

Kila menoleh, ternyata Aksa. Aksa hanya tersenyum simpul menatap Kila.

"Ah.. maaf pak!" Kila memundurkan badannya. Kila menjauhi Aksa. Mereka menunggu lift terbuka.

"Apa kamu sibuk?" Tanya Aksa. Kila diam. Kila hanya memandang sepatu bosnya itu.

"Saya harus mempersiapkan bahan meeting." Jawab Kila sambil menunduk.

Aksa tidak bertanya lagi. Pintu lift terbuka. Mereka masuk ke dalam. Kila menjaga jarak dengan bosnya itu. Pintu lift tertutup.

"Kamu belum jawab pertanyaanku minggu lalu."

Kila diam.

"Aku masih menunggu jawabanmu..." Lanjutnya lagi.

Killa berusaha tenang, tapi dia tidak akan menjawab apa pun. Minggu lalu adalah kesalahan terbesar dirinya!

Tangan Aksa akan mengelus tangan Kila.

Pintu lift terbuka. Kila menghindari tangan bosnya itu dan mendahuluinya keluar Lift.

Kila hanyalah seorang sekretaris. Di umurnya yang 26 tahun ini, dia tidak memiliki pacar ataupun menyukai seseorang. Walaupun kedua orang tuanya sudah hampir setiap minggu menanyakan kapan dirinya mempunyai pacar!

Aksa melewati meja kerjanya. Kila menunduk agar lebih rendah daripada sekat mejanya, agar terhindar kontak dengan bosnya itu.

Kila tahu, tidak mungkin dia selalu bisa menghindari Aksa. Dirinya sangat menyesali kejadian minggu lalu.

"Hei, kamu sudah siap buat meeting sejam lagi." Lina tiba-tiba menepuknya dari belakang.

"Astaga, kamu mengejutkanku!" Kila menepuk lengan Lina.

"Aku baru mau cek lagi presentasiku di laptop." Kila baru menyalakan komputernya yang sudah diperbaiki.

Lina menatap ke arah ruang kerja Aksa. Memang ruang kerjanya transparan. Dia bisa dengan mudah mengawasi pekerjanya dari balik jendela-jendela itu.

"Benar-benar ganteng pak Aksa." gumam Lina.

"Hm?" Kila hanya menyahut sekenanya. Dia sibuk membuka file-filenya di komputernya.

"Ada gosip dia sedang ada hubungan spesial, sepertinya salah seorang di kantor ini."

Kila melirik ke arah Lina. Dia masih menatap Lina.

"Gosip?"

"Iya, minggu lalu sempat hebohkan, Beberapa orang melihat bekas kissmark di lehernya." Bisik Lina

Kila membesarkan matanya.

"Ba.. bagaimana bisa menyimpulkan itu ada hubungan spesial dengan orang kantor ini?" Kila mulai panik.

"Entahlah, kan kamu tahu minggu kemarin 3 hari pak Aksa kan tidak pulang karena sibuk urusan kantor cabang baru." Lina melipat tangannya dan menatap Kila.

Lina diam dan masih menatap Kila.

"Yang pasti bukan kamu" Lina tertawa meninggalkan Kila.

Kila memaksakan dirinya ikut tertawa. Kila memejamkan matanya, dia tahu dirinya sangat bodoh!

"Haaah?" Kila menelungkupkan kepalanya ke meja kerjanya. Dia tidak tahu dia meninggalkan bekas kissmark di tubuh bosnya itu!

Aksa jelas pria menawan. Umurnya juga cukup untuk menikah. Dia gagah dan sangat mapan. Sayangnya, Kila tidak tertarik dengan bosnya itu!

***

Feb 17, 2022

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang