Part 2: Si Bos Galak 1

27.2K 1K 11
                                    

***

Kila semakin panik, bisa-bisanya listrik kantor anjlok. Alhasil, komputernya berlayar biru. Padahal hari itu dia harus mencetak list invoice untuk tagihan sewa unit alat berat di site.

"Apa kamu sudah menelpon teknisi IT kantor?" Tanya Lina.

"Sudah, tapi mereka mengusahakan secepatnya semoga hari ini bisa" Kila mengambil map besar di lemari arsipnya. Untung saja dia selalu mencetak pekerjaannya, untuk sementara dia aman karena ada hardcopy di raknya.

"Sementara aku ketik manual saja" Kila menaikan bahunya sambil melirik ke arah Lina.

"Semoga selesai ya.. mana meeting kan nanti malam" Lina menepuk bahu Kila.

Memang Bosnya suka semau-maunya, saat ini dia masih di site. Dia bilang sehabis dia pulang dari site langsung meeting! kemungkinan meeting sekitar jam 8 malam! Tidak bisa ditunda besok karena malam ini laporan harus masuk ke Pusat. Kila sebenarnya agak was-was apakah dirinya aman pulang kerja malam?

Yang Kila suka kerja disini, setiap kelebihan jam kerjanya selalu dihitung lembur dengan harga yang bagus. Jadi gajinya lumayan. Kila memang menyukai pendapatannya saat ini. Hanya saja bosnya barunya ini kadang tidak manusiawi, dan suka marah sesukanya.

Sejak ada kantor cabang baru, General Manager bosnya Pak Aksa pindah ke kantornya. Dulu kantornya hanya di awasi oleh supervisor. Jadilah sebagai Sekretaris, Kila pindah bos yang lebih tinggi jabatannya dan dia harus mengatur semua keperluan pekerjaan Pak Aksa.

Killa membuka laptopnya, dan mulai membuat laporannya.

Beberapa karyawan mulai beranjak dari meja dan ruang kerja mereka. Kila melirik ke dinding jam 6, pantas saja mereka sudah meninggalkan kantor.

"Aku duluan ya, kamu jangan lupa makan dulu sebelum lembur." Pesan Lina sambil menuju Lift.

"Aman nanti makan sama orang di divisi lain. Hati-hati ya" Killa membalas lambaian tangan Lina.

Kila mengetik laporannya dengan sedikit malas. Padahal kalau komputernya baik, dia tinggal cetak saja.

Ruangan itu tiba-tiba sangat sepi. Tapi ini bukan pertama kalinya Kila sendirian. Terkadang terdengar suara lift terbuka tapi tidak ada siapa-siapa yang masuk ke ruangan kantor itu.

Kila menekan tombol Printer-nya. Matanya menatap lagi ke jam dinding, jam 7 malam. Pak Aksa pun belum kelihatan. Sepertinya dia harus turun untuk makan.

"Hm, aku cetak dulu deh, baru turun sebentar." Gumam Kila.

Kila memeriksa lagi laporannya di laptop dan merapikan kertas yang baru dicetaknya itu. Setelah merasa sesuai, Kila mengambil Blazer dan tasnya. Dia beranjak dari kursinya.

Baru sampai di depan lift, saat lift terbuka pak Aksa muncul di depan Kila.

"Mau kemana kamu?" Tanya Aksa menatap Kila dengan alisnya yang berkerut. Dia pikir Kila akan kabur.

"Ah maaf pak, saya mau makan dulu"

"Kamu pikir aku sudah makan" suara aksa terdengar tidak senang. Aksa menghalangi Kila untuk masuk ke dalam Lift. Kila terpaksa mundur agak tidak ditabrak oleh tubuh Aksa yang lebih besar itu.

"30 menit lagi kita berangkat, kamu pikir sempat?"

Kila hanya diam. Dia hapal tabiat bos yang ini tidak mau mengerti kondisi pekerjanya. Tapi Kila hanya berpikir positif, mungkin dia sedang stress karena pekerjaan di tambang memang sedang lesu, biasanya dari bagian direksi pusat suka menekan targetnya.

"Maaf pak, sepertinya tidak sempat" Kila menunduk, berusaha agar Aksa tidak marah kepadanya.

Aksa diam.

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang