°°°
"Aku tidak tahu, apa tidak lebih baik harusnya kita menikmati hari ini di ranjang saja." Aksa hanya memandangi hotel di depannya. Kakinya enggan melangkah. Beberapa poster besar dengan wajah Setyo Kalandra terpajang di kanan-kiri jalan di sekitar Hotel. Setyo adalah seorang professional violinist.
"Sekali-sekali kita nonton pertunjukan kakakmu, biar aku juga kenal dekat." Kila merangkul tangan Aksa. Aksa menghela napasnya, dipandangi Istrinya yang terlihat cantik dengan gaun hitamnya.
"Tapi aku lebih memilih di kamar vila." sahut Aksa sambil menuntun Kila menuju lobi hotel.
"Sabar sayang." Bisik Kila.
Aksa senang Kila memanggilnya dengan lembut. Istrinya itu selalu jadi penyeimbang moodnya. Apapun asal bersamanya Aksa menurut saja apa maunya.
Hotel yang terletak di pusat kota Bali itu sangat megah. Kila tidak menyangka, padahal gedung hotel itu tidak terlalu tinggi ternyata saat masuk ke dalam, hotel itu punya area yang luas.
Tiba di resepsionis, Aksa menunjukkan undangan khusus dari Setyo. Resepsionis memberitahu kemana mereka harus menuju. Ini pertama kalinya Kila menonton pertunjukan musik klasik.
Kila memperhatikan sekelilingnya, beberapa orang yang memakai jas dan gaun juga sedang menunggu untuk konfirmasi di resepsionis.
"Apakah kak Setyo terkenal?" Bisik Kila bertanya kepada Aksa.
"Iya, kalau di dunia musik klasik, kakakku termasuk pemusik professional. Di luar negeri dia sangat terkenal, apalagi di Inggris." Aksa menggandeng Kila menuju hall concert yang berada di belakang Hotel itu.
"Ah benarkah?" Kila baru tahu. Aksa tersenyum.
"Sayang, kamu mau ke toilet? Atau minum sesuatu sebelum nonton konser?" Tanya Aksa sambil merapikan gelungan rambut Kila. Kila menggeleng.
"Kita sebaiknya tidak keluar saat pertunjukan." Aksa memberikan buku program konser kepada Kila. Kila menerima buku itu dan membacanya, dia cukup terkejut ternyata ada beberapa aturan yang tidak boleh dilakukan saat konser berlangsung. Terutama dilarang berisik.
"Baiklah, ini benar-benar pengalaman pertamaku." Gumam Kila.
"Apa kamu senang, sayang?" Aksa memperhatikan Kila yang tampak grogi itu, kalau Kila tidak senang tentu saja Aksa akan membawanya keluar dari sini.
"Aku senang kok." Kila menatap suaminya yang memakai Jas hitam itu. Kila tahu, Aksa mengkhawatirkan dirinya kalau tidak nyaman. Kila merapikan kerah jas Aksa, seperti biasa Aksa memang selalu terlihat ganteng. Bagi Kila, Aksa salah satu pria yang semakin tua semakin keliatan hot. Kila ingin sekali mencium leher Aksa itu.
"Hm... Apa mukaku aneh?" Aksa mengelus pinggang istrinya. Kila menggeleng.
"I love you." Bisik Kila.
Aksa tersenyum, Kila terlihat menggemaskan sekali. Dia ingin mencium bibir istrinya itu. Tapi terlalu banyak orang yang berkumpul di depan hall concert itu.
"Ayo kita masuk, handphonemu jangan lupa dimatikan saja." Aksa menggandeng tangan Kila.
Saat masuk, Kila takjub melihat desain dalam aula besar itu, tampak modern dan sangat megah. Candelier besar di atasnya pun membuat Kila terkagum-kagum. Mereka duduk di baris ketiga pas di depan panggung. Kila duduk dan menatap Aksa yang mematikan handphonenya. Aksa mengelus punggung Kila. Aksa berharap Kila tidak bosan nantinya.
Kila mulai fokus, acara segera di mulai. Lighting pun mulai diredupkan dan diiringi alunan musik piano. 5 menit kemudian Setyo muncul dengan tuxedo putih. Mata Kila membesar, Setyo terlihat seperti seorang penyihir. Dia mengangkat bow di tangannya, saat Lighting menyorotinya, sosoknya terlihat lebih dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...