°°°
Kila menatap bayangan di cermin, setelan blazer pink muda tampak pas di tubuhnya. Ini pertama kalinya dia menemani Aksa bertemu dengan orang-orang petinggi di kantor pusat. Pagi-pagi sekali Mereka terbang ke Jakarta.
"Masih 2 minggu lagi kita akan menetap di Jakarta. Aku harap kamu akan betah disini, sayang." Aksa memeluk Istrinya yang sudah rapi itu.
"Aku belum pernah bertemu dengan petinggi-petinggi PT Kalandra. Jadi sedikit gugup." Kila mengelus punggung suaminya. Aksa hanya tersenyum.
"Kita hanya makan siang sayang. Dan kamu hanya perlu menutup kupingmu. Tidak perlu mendengarkan jika ada perkataan tidak baik." Aksa mencium pipi Kila.
"Perkataan tidak baik?". Kila tidak mengerti.
"Kita turun ke lobi hotel, supir sudah menunggu kita." Aksa memakai Jasnya. Kila membantu merapikannya.
Hanya makan siang, entah kenapa perasaan Kila tidak enak. Dari dulu memang Kila tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang kantor pusat secara langsung. Dia hanya pernah tahu dari komen dari manager sebelum Aksa, orang-orang dari kantor pusat suka merendahkan pekerja-pekerja yang berada di Kantor cabang. Salah satunya Aksa, saat datang pun dia sangat menjengkelkan, kesalahan di management cabang itu karena kantor pusat tidak pernah memantau atau memberikan masukan, mereka tidak tahu betapa susahnya mengatur manajemen sampai ke Site.
"Lagi-lagi kamu melamun?" Aksa mengusap punggung Kila, Kila menyadari pintu Lift terbuka.
"Hm, tidak." Kila mengandeng Aksa. Kila merasa bodoh, dia terlalu khawatir. Dirinya sudah bukan karyawan PT. Kalandra, dan orang kantor pusat, si General manager yang dia pernah benci itu malah sudah jadi suaminya.
"Yakin?" Aksa merangkul Kila.
"Aku baik-baik saja Sayang."
°°°
Kila merasa khawatir, baru saja menyusuri jalan raya di waktu menjelang siang. Mereka sempat terjebak macet, dan semua orang tampak emosi. Entah bagaimana kalau dirinya mau keluar rumah atau sekedar jalan-jalan. Aksa hanya tertawa saat Kila mengatakan kekhawatirannya.
"Tapi, kamu belum sehari disini sayang."
Kila hanya menghela napas panjang. Belum sehari saja dia merasa khawatir apalagi tinggal selamanya di sana.
Mobil mereka memasuki kawasan perkantoran dengan gedung-gedung tinggi mengelilingi jalan raya. Tower PT Kalandra tampak menjulang di depan mereka, saat memasuki halaman parkir yang luas. Supir membuka pintu untuk Kila.
"Ayo sayang." Aksa menyambut tangan Kila.
Mata Kila tampak tidak sanggup menatap ujung gedung PT Kalandra yang tinggi itu. Kila merasa seperti liliput karena gedung itu sangat tinggi.
"Memangnya tower gedung ini PT. Kalandra?" Tanya Kila.
"Ini memang tower milik PT. Kalandra yang di sewakan untuk perkantoran juga. PT. kalandra ada di lantai 45." Jawab Aksa.
"Tapi benar ini milik ayah Kalandra?" Kila berbisik, dia sangat kagum.
"Iya sebagian besar, tapi ada beberapa saham petinggi PT. Kalandra juga. Di atas ayahku masih ada CEO kan."
Aksa dan Kila memasuki lobi Tower PT. Kalanda. Kila sangat gugup, dia tampak seperti orang udik yang baru masuk ke sebuah tempat mewah. Kila memandangi Aksa yang berjalan menuju pintu Lift. Kakinya ragu melangkah.
"Kila?" Aksa menoleh, karena Kila berhenti.
"Aku bernapas sebentar."
"Kenapa kamu gugup?" Aksa mengusap rambut Kila. Kila diam dan memejamkan matanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...