°°°
Aksa terbangun, dia menyadari Kila sudah tidak ada di sampingnya. Aksa membuka Handcuff di tangan kirinya. Tadi sore baru saja sampai di rumah, Kila menggodanya untuk berhubungan seks. Tentu saja Aksa tidak bisa menolak.
Aksa mengambil semua pakaiannya yang berantakan di lantai, dia memakai piyamanya yang sudah di sediakan Kila di samping ranjang.
Aksa membuka pintu kamarnya, tercium bau wangi masakan. Meja makannya sudah berisi beberapa makanan. Kila masih sibuk dengan masakannya.
"Sayang, kamu sepertinya masak banyak?" Aksa melihat Kila menuang ikan berbumbu kuning di sebuah wadah. Aksa menelan air liurnya, dia memang lapar.
"Hm? Ini buat makan malam kita." Jawab Kila.
"Aku mandi dulu kalau begitu. Kebiasaan kamu ya, aku belum mandi, baru pulang, malah diserang." Aksa tertawa sambil memencet hidung Kila
"Mau bagaimana lagi? Lihat kamu kondisi capek begitu malah terlihat hot sepulang kerja." Kila tertawa, sambil meletakan ikan bumbu kuningnya di meja makan.
Aksa menggaruk kepalanya, dasar istrinya memang aneh. Padahal jelas-jelas dirinya tadi bau keringat dan kepanasan.
"Apa kamu mulai bosan di rumah sendirian?" Aksa mengelus rambut Kila.
"Sedikit bosan, mungkin belum terbiasa."
Aksa menganggap wajar, selama ini Kila adalah pekerja, jelas tidak mungkin mereka bekerja di kantor yang sama. Mengijinkan Kila bekerja dengan orang lain? Dirinya pasti tidak tenang. Lagi pula Kila sudah menikah, Aksa lah suaminya yang akan memenuhi kebutuhannya.
"Kenapa belum ke kamar mandi juga sayang? Nanti keburu dingin makanannya." Kila menatap Aksa yang bengong di depan meja makan.
"Aku makan dulu saja, aku mau kita ngobrol." Aksa juga sudah ngiler melihat makan malamnya. Aksa menarik kursi dan duduk di depan Kila.
"Ngobrol? Ngobrol soal apa?" Kila mengambilkan nasi untuk Aksa.
"Sayang, aku sudah dapat rumah. Ada halaman luas di belakangnya..."
"Benarkah?" Kila terlihat berbinar, senang.
"Tapi bukan disini, saat kita pindah... Kita akan menepati rumah itu di tempat baru."
Aksa melihat wajah Kila sedikit berubah. Kila tampaknya memaksakan dirinya untuk setuju-setuju saja. Kila meletakan piring di depan Aksa.
"Kamu masih takut untuk pindah?" Tanya Aksa.
"Sebenarnya bukan takut, aku hanya merasa capek berkonflik dengan orang."
"Bukankah kehidupan selalu seperti itu? Ada kalanya kita harus berani bergerak dari rasa nyaman. Mungkin nantinya, kita akan lebih bahagia di sana. Aku mengerti awalnya memang sulit." Aksa mengambil lauk ikan di depannya. Kila hanya menyimak sambil menuangkan air putih di gelas untuk Aksa.
" Seperti kamu dulu kan benci denganku, tapi sekarang?" Aksa memainkan alisnya, menggoda Kila.
"Hm, memangnya siapa yang mau nolak, dikejar-kejar pria mapan terus ganteng. Bos kantor lagi?" Kila tertawa membalas godaan Aksa. Aksa merasa tambah pede istrinya bilang dirinya ganteng.
"Tapi kalau kamu kesepian saat di sana, kamu boleh ikut kegiatan di luar kok sayang, selama dengan grup wanita. Jangan khawatir ibumu, orang tuamu juga boleh berkunjung kapan pun. Atau kamu mau pakai ART. Apapun..." Aksa menyantap lahap makan malamnya. Dia menyukai masakan Kila.
Kila tahu Aksa mencoba menguatkan dirinya sebelum pindah ke tempat baru. Aksa memang suami yang baik.
"Hm, semoga aku bisa cepat terbiasa di sana." Jawab Kila. Aksa menangkap ekspresi mata Kila, istrinya masih menyimpan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HADIAH
RomanceKila Damaya didiagnosa menderita compulsive sexual behaviour ringan. Dia memutuskan untuk tidak memiliki kekasih hingga dirinya benar-benar menemukan orang yang mengerti dirinya. Tapi Kila kelepasan mengeluarkan sisi liarnya dan meminta Aksa, atasan...