Part 19: Emosi Aksara!

12.5K 624 1
                                    

°°°

"Aku sepertinya harus memindahkanmu ke kantor cabang lain! Aku merasa sangat kesal!" Suara Aksa mengeras.

Kila terkejut. Aksa membentaknya? Apa dirinya melakukan kesalahan?

"Maaf Pak Aksa?"

Mata Aksa tampak mengkilap, dagunya mengeras, terlihat jelas pantulan amarah Aksa. Apakah ayah dan ibunya mengatakan sesuatu? Atau Bhadrika menyinggung Aksa?

"Aku harusnya tidak menyetujui berpura-pura sebagai pacarmu!" Aksa membentak Kila lebih keras lagi. Kila bingung.

"Pak, Maafkan kalau ada kata-kata yang menyinggung pak Aksa" Kila menatap mata Aksa yang terlihat membencinya. Aksa hanya diam, dia tampak lebih kencang menjalankan mobilnya.

Dada Kila terasa sakit. Air matanya hampir jatuh. Kila tidak mengerti kenapa Aksa begitu emosi sepulang dari rumahnya. Padahal mereka hanyalah berpura-pura. Ada yang dia simpan dan dia tidak suka, Kila sudah mengenal sifat Aksa.

"Aku minta maaf pak Aksa" Kila mengucapkannya lagi. Air matanya menetes, Kila menahan suara isak tangisnya supaya tidak terdengar. Bukankah Sedari dulu Kila tidak berniat menyakiti siapa pun dan juga tidak ingin memaksa siapa pun untuk menerima dirinya.

Aksa berusaha tidak menghiraukan tangisan Kila. Aksa tidak marah kepada Kila ataupun keluarganya.

Aksa hanya membenci dirinya sendiri. Mereka memang hanya berpura-pura tapi Aksa marah karena dirinya yang egois. Aksa selalu merasa hanya dirinya lah yang memiliki Kila. Jelas-jelas hubungan mereka bukanlah sepasang kekasih. Aksa sulit mengakui dirinya mulai menyukai Kila. Dirinya keras kepala dan masih beranggapan berkomitmen untuk mencintai itu masih sangat sulit. Emosinya jadi bercampur aduk.

"Kita terlalu sering bertemu, walaupun sebagai bos dan sekretaris. Hubungan kita sudah tidak sehat. Apa lebih baik kita berjauhan saja" Aksa mengetes Kila lagi.

Kila menghapus air matanya mendengar perkataan Aksa. Kila memejamkan matanya dan mengatur napasnya. Kila tidak tahu kenapa Aksa marah. Dari awal sudah jelas hubungan mereka hanya untuk seks. Memang sulit mencari yang cocok dengan dirinya bahkan sekarang Aksa juga membencinya.

"Aku setuju pindah kantor!" Kila menegarkan suaranya. Dia menghapus Air matanya lagi.

Kila bersyukur, mobil Aksa sudah hampir sampai di depan rumah Kila. Kila hanya ingin cepat pulang dan tidur saja!

"Apa kamu tidak akan menyesal?"

"Apa yang harus saya sesali?" Jawab Kila, Aksa terus memancing Kila.

"Buktinya kamu menangis? Apa kamu tidak mau berpisah denganku?"

Kila merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Aksa.

"Saya hanya tidak suka orang yang emosi!"

Saat Aksa menghentikan mobilnya di depan rumah. Kila langsung membuka pintu mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

Tapi... Kila lupa mengucapkan terima kasih kepada Aksa, karena menemaninya ke rumah orang tuanya hari itu. Kila membuka pintunya, dan terkejut Aksa sudah di depan pintunya.

"Ah, maaf pak saya lupa mengucapkan terima kasih" Kila tidak mau memandang Aksa.

Aksa diam. Dia melihat wajah Kila terlihat sangat sedih. Dirinya lah membuatnya menangis.

"Apa kamu sekarang membenciku Kila?"

"Sudah kita berhenti saja Pak Aksa!" Kali ini Kila berani menatap Aksa. Dia merasa sudah capek mengimbangi emosi Aksa!

HADIAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang